Prolog

215 37 46
                                    

Happy reading

Membaca novel, dan mendengarkan musik sambil rebahan adalah hobinya. Tidak ada yang lebih nikmat, daripada bersantai santai menikmati liburan tahun ini. Dia adalah Gisellea Selene Zefanya, biasa dipanggil Lea. Anak kedua dari Barend Zefaro dan Agita Syahara.

Lea orang yang ceria, murah senyum, dan memiliki selera humor yang rendah. Lea punya kakak laki laki bernama Reyhan Leonard Zefano, sifatnya berbanding terbalik dengan Lea. Kalau Lea ceria, justru Reyhan terkesan cuek.

Libur sekolah akan berakhir minggu depan. Artinya, minggu depan Lea akan mulai bersekolah, ia sangat antusias dengan hal itu. Bahkan, Lea sudah menyiapkan semua peralatan sekolah jauh-jauh hari. Awal masuk SMA pasti sangat menyenangkan, begitu pikir Lea. Tidak tahu saja, kedepannya akan seperti apa.

"REY!!" teriak Lea.

Reyhan yang sedang bersantai diruang tengah mendengus kesal, mendengar teriakan adiknya. Daripada dirinya akan terkena cubitan maut, lebih baik segera menemui adiknya itu. "Apa?"

"Anterin gue ke toko buku, sekarang!"

"Mau ngapain, ini masih pagi Le," ucapnya sabar.

"Pokoknya lo anterin aja!"

"Males."

Lea mendelik, "Sebentar doang kok. Anterin gue plis," Lea memohon terpaksa. Untuk meluluhkan Reyhan memang sangat sulit, apalagi jika urusan tak penting seperti ini. Sebenarnya penting, sangat penting bagi Lea. Tapi tidak dengan Reyhan, menurutnya itu hanya buang-buang waktu.

"Gak! Ini masih pagi."

"Kalo tokonya tutup gimana?!"

"Yaudah."

"Ck! Yaudah deh, gue berangkat sendiri aja!" ucap Lea lesu.

"Gak boleh!"

"Apaansih!"

"Yaudah gue anter."

"Gitu kek dari tadi." Setelah mengucapkan itu, Lea masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap.

Lea tipe orang yang simpel. Ia malas jika harus memakai baju yang ribet, jadi dia hanya memakai celana jeans dan baju polos lengan panjang saja. Siap dengan pakaiannya, ia memoleskan lip balm agar tidak terlihat pucat.

"Udah?"

Lea memutar bola matanya malas, "Belum!! Lo gak liat gue udah siap gini?!"

"Oh," hanya itu yang keluar dari mulut Reyhan. Jika saja Reyhan bukan kakaknya, mungkin Lea sudah membunuhnya sekarang juga.

Dari rumahnya ke toko buku memang tidak terlalu jauh, tapi sekarang tengah macet. Reyhan mendengus kesal, ia jadi menyesal mengantar adiknya ini. Reyhan tidak suka ramai, berisik, dan ia tidak suka diganggu! Tapi, kenapa ia mempunyai adik yang memiliki semua yang tidak ia sukai.

Lea sering berisik, dan sering mengganggu ketenangan Reyhan. Reyhan sendiri sudah terbiasa, jadi dia tidak terlalu memusingkan hal itu. Kebiasan Lea yang sering ceroboh, juga membuat Reyhan selalu kesal sendiri.

"Ck, macet," decak Reyhan kesal.

Lea menoleh sekilas, dalam hati ia menggerutu, pasti dirinya akan dimarahi oleh kakaknya itu. Lea berdehem, "Panas banget."

Reyhan menatap datar wajah Lea. Sedangkan Lea mengumpat dalam hati, benar-benar muka kesal Reyhan membuat Lea sedikit takut.

Setelah berlama-lama dalam kemacetan, kini akhirnya Lea sampai tempat yang dituju. Lea memasuki toko buku, jangan lupakan Reyhan yang menguntit dibelakang Lea, seperti anak ayam yang berlindung dengan induknya. Tapi bedanya, wajah anak ayam lebih seram dari pada induknya. Wajah datar Reyhan memandang lurus kedepan, langkah kakinya mengikuti jejak Lea.

Gisellea [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang