3. Reyhan di Hukum

98 24 23
                                    

Pagi ini Lea tidak berangkat dengan Reyhan. Di karenakan, kakaknya itu telat bangun. Sebenarnya itu hanya akal-akalan Lea, Reyhan telat karena keusilan adiknya. Malam itu sebelum Lea tidur, ia menyempatkan diri untuk masuk ke dalam kamar Reyhan. Lea ingin meminta pada Reyhan untuk menemaninya tidur, tapi dengan songongnya Reyhan mengusir dirinya. Lea sangat kesal, Lea berinisiatif untuk mengerjainya sebagai balasan. Ia mengambil jam beker milik Reyhan, kemudian mengganti alarm-nya lebih siang. Dan rencana Lea itu berhasil, kakaknya terlambat dan mungkin sebentar lagi Lea akan melihat Reyhan dihukum.

"Good pagi, Lea!!" seru Naya dari arah pintu kelas.

Lea memutar bola matanya malas, "Pagi jugahh."

"Tumben, jam segini lo udah berangkat," heran Naya.

"Lagi pengen aja."

"SELAMAT PAGI KAWANKU!" teriak Caca.

Kayla yang berada di sampingnya menggeplak bahu Caca, "Gak usah teriak, ogeb!"

"Gue enggak teriak, Kay!"

"Serah lodeh," Kayla berjalan cepat mendahului Caca yang masih setia berdiri diambang pintu.

"Kantin yuk!" ajak Kayla.

"Baru juga sampe, udah mau kekantin aja," cibir Naya.

"Harus!"

"Mau ngapain emang?" tanya Caca.

pertanyaan Caca itu membuat Kayla kesal, "Mau bantuin masak!!" sengitnya

"Ya mau makan lah!" lanjut Kayla sewot.

Naya terbahak mendengar jawaban Keyla. "Sabar, Kay."

"Gue udah gak tahan nih, rasanya mau mati," ujar Kayla mendramatisir.

Naya menoyor kepala Kayla gemas, "Bego! Sana lo mati aja!"

"Mau banget gue mati lo!"

"Iya!!"

Lea menggelengkan kepalanya, pusing menghadapi kelakuan absurd teman-temannya itu. "Udah-udah, kantin yuk."

Mereka berjalan beriringan menuju kantin. Di setiap koridor mereka selalu mengembangkan senyum manisnya.

Setelah membeli camilan dan minuman keempat perempuan itu kembali kekelasnya sambil menenteng botol minuman di tangannya. Mata Lea tak sengaja melihat Reyhan yang sedang lari keliling lapangan. Rencana Lea benar-benar berhasil. Lea terbahak melihat Reyhan yang sedang menjalankan hukumannya.

"Kenapa lo?" tanya Naya heran. Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba Lea tertawa sendiri.

Lea menunjuk ke arah seorang laki-laki yang sedang berlari di lapangan yang bisa di bilang luas, bahkan sangat luas. "Liat deh, ngakak gue liatnya."

"Ganteng parah, Le!" ujar Naya berbinar.

"Gila, ganteng banget!" Keyla ikut menyahuti ucapan Naya.

Apanya yang ganteng anjir!_ batin Lea.

"Biasa aja!" seru Lea.

"Yang kaya gitu dibilang biasa aja?! Mata lo katarak kali, Le!" sengit Naya.

Lea melotot tak terima, "Enak aja tuh mulut! Gue tampol tau rasa lo!"

"Itu jodoh gue kali gais!" sahut Caca tiba-tiba.

"Ngimpi!!" seru Naya dan Keyla serempak.

Caca membrengut kesal. Mengapa ia selalu terdzolimi.

"Udah pernah ngerasain terdzolimi terus belum? Kalo belum, cobain deh! Rasanya, ah mantap!" ujar Caca, sambil memperagakan gaya yang ada di tiktok itu.

Gisellea [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang