2. Abang Pacar

108 28 55
                                    

Tanganku gatel kalo nggak update.
Skuy baca!

Happy reading

Lea berjalan sendirian di koridor sekolah yang sangat ramai. Bukan tanpa alasan ia berada disitu. Sebuah buku catatan ditangannya masih kosong, Lea bingung harus minta tanda tangan kepada siapa. Otak kecilnya berinisiatif meminta bantuan Reyhan, ia akan memikirkan resikonya belakangan. Yang terpenting, ia tidak dihukum nanti.

Mata Lea berbinar saat melihat kakaknya sedang duduk dikoridor tepat didepan kelas sebelas Mipa1, "Rey!" pekiknya.

"Tanda tangan!" titahnya sambil menyodorkan buku ditangannya.

Lea terengah-engah, "Cepet tanda tangan! Malah diem."

Reyhan mengambil buku itu, dan mulai menanda tanganinya. Teman-teman Reyhan melongo, tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Tadi, saat ada adik kelas minta tanda tangannya, ia menolak mentah-mentah. Tapi sekarang, Reyhan menerimanya tanpa berkomentar.

"Masih kosong?" tanya Reyhan.

Lea mengangguk lesu, "Mager."

Reyhan menyodorkan kertas itu keteman-temannya. "Tanda tangan!" pintanya.

"Ha-hahh?"

"Tanda tanganin!"

Semua kembali tercengang, mungkin sangat lebay. Tapi itulah nyatanya, Reyhan mana mau berurusan dengan perempuan kecuali mamahnya, atau dengan saudaranya. Mereka belum tahu kalau Lea adalah adiknya Reyhan, karena Reyhan orang yang sangat tertutup.

Ryan, Dika, dan Diki, mulai menanda tangani kertas itu. Baru empat tanda tangan yang Lea kumpulkan. Tapi itu tak masalah baginya, yang terpenting ia sudah berusaha. Kini Lea masih duduk santai, sekolahnya itu sangat besar. Sedari tadi, Lea hanya berputar-putar mencari kelas Reyhan.

"Gak cari lagi?" tanya Reyhan.

Lea mendongak agar bisa menatap Reyhan. "Gak males," ucap Lea.

Reyhan mengambil alih buku yang berada di tangan Lea. Entah apa yang akan Reyhan lakukan pada buku itu, Lea hanya mengangkat bahunya acuh. Tak peduli, yang penting dirinya bisa duduk, dan meminum air mineral yang diberikan Reyhan tadi.

"Lo kenal Reyhan?" secara tiba-tiba Diki menanyakan itu. Dan itu, sangat mewakilkan pertanyaan dari Ryan dan Dika.

Lea mengangguk, "Kenal."

"Kalo boleh tau, lo siapanya Reyhan?" mulut Dika sepertinya sudah gatal ingin menanyakan pertanyaan itu. Bisa-bisanya seorang Reyhan, merelakan kemagerannya hanya untuk perempuan dihadapannya.

Lea berpikir sebentar, sepertinya mengerjai teman kakaknya itu menyenangkan. "Gue pacarnya," jawaban itu keluar dari mulut Lea. Lagian kejombloan kakaknya itu bisa dimanfaatkan.

"Apa?!" seru Dika, dan Diki serempak.

"Lebay," Ryan yang diam kini bersuara. Sebenarnya ia juga sedikit penasaran dengan cewek itu. Lea memang cantik. Tapi sebelumnya, Reyhan tak pernah dekat dengan perempuan lain kecuali mamahnya.

"Beneran?"

Lea menangguk sebagai respon.

"Dari kapa lo-" ucapan Diki terhenti kala melihat Reyhan yang berjalan kearahnya.

Reyhan menyodorkan buku milik Lea, yang semula hanya berisi empat tanda tangan, kini menjadi banyak. Hanya dengan beberapa menit saja, Reyhan mampu mengumpulkan tanda tangan sebanyak itu. Sungguh ajaib!

Lea mengacungkan jempolnya, "Good."

"Sana balik!" usirnya.

Lea mendengus kesal, "Bye!"

Gisellea [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang