16. Jaket

38 10 6
                                    

Lea menatap lekat jaket milik Abi. Wangi parfum Abi sangat menenangkan. Bahkan Lea terus menghirup wangi maskulin itu. Lea meletakan jaket tersebut di sofa kamarnya, ia beranjak untuk membersihkan diri.

Malam hari terasa sunyi, kedua orang tuanya sedang diluar kota. Lea dirumah hanya dengan Reyhan dan para maid-nya.

"Anjir gabut!"

Pergi kekamar Reyhan bukan pilihannya. Si datar itu hanya menambah kebosanan Lea. Lea lebih memilih membaca novel dibalkon kamarnya. Matanya mulai sayu, Lea memutuskan untuk tidur. Ya, tidur adalah cara terbaik menghilangkan kebosanan

Keesokan harinya Lea bangun dengan wajah yang lebih segar. Jam menunjukan pukul setengah enam. Masih banyak waktu untuk bersiap kesekolah.

Lea  menepuk jidatnya kala melihat jaket milik Abi yang tergeletak disofa. "ANJIR! JAKETNYA BELUM DICUCI!!"

Mungkin masih ada waktu untuk  mencuci. Tapi Lea tidak yakin dengan hal itu. Tidak peduli yang penting bersih, dan segera dikembalikan. Lea menuju kamar mandi  belakang, dan mulai mencuci menggunakan mesin cuci.

Sepuluh menit sudah Lea menunggu. Akhirnya cucian telah selsai. Ia mengambilnya dan menyampirkan pada gantungan supaya lebih kering. Dirinya bersiap untuk mandi terlebih dahulu.

Sudah siap dengan seragamnya, Lea berniat mengambil jaket milik Abi. Tapi tunggu... ada yang aneh.

"Kok sobek!!" pekik Lea melengking.

"Kenapa atuh non?" tanya salah satu pembantunya yang kebetulan lewat.

"Bi, ini kenapa sobek?"

"Ini jaket bahannya kayak gini non. Non nyuci pake mesin?"

Lea mengangguk

"Aduh. Si non teh gimana si, ya rusak atuh jadinya."

Lea melongo, "Terus gimana dong bi? Ini jaket punya temen Lea," ucapnya frustasi.

"Ya mana bisa dikembaliin kaya semula atuh. Bilang aja sama temennya, atau non ganti aja," saran bi Minah yang dibalas anggukan lemah dari Lea.

Lea menatap  jaket yang sudah sobek itu. Bagaimana caranya ia berbicara dengan Abi. Pikirannya melayang, membayangkan jika Abi marah. Tentu saja, harganya tak main-main. Bagaimana juga kalau ini adalah jaket kesayangan. Sudahlah, Lea hanya pasrah.

Lea berjalan gontai menghampiri Reyhan yang tengah menunggunya sedari tadi. Biasanya pagi-pagi, Lea akan rusuh dan menganggu Reyhan. Tapi kali ini, ia tidak menganggu. Justru ekspresi Lea kali ini membuat Reyhan bingung.

"Kenapa?"

"Abi itu, galak nggak?" tanya Lea.

Reyhan mengerutkan keningnya bingung, "Kenapa emang?"

"Gue... gue kemarin dipinjemin jaket sama Abi. Tapi, jaketnya sobek," ujar Lea.

Reyhan mengulumkan senyumannya. Ide jahil muncul diotakknya, "Lo tau? Abi itu ketua Ałastor. Dan pasti lo taukan, seberapa bringas Abi?" ucap Reyhan menakut-nakuti Lea.

Tubuh Lea melemas, "Lo serius? Kalo gue dibunuh gimana?"

Reyhan menoyor kening adiknya, "Bego! Ayo berangkat, nanti telat."

Lea menggeleng cepat, "Enggak-enggak! Gue nggak mau mati mengenaskan. Apalagi dibunuh sama Abi,"  seru Lea terdengar gemetar.

Reyhan menahan tawanya, "Gak bakal dibunuh. Ayo berangkat!"

Didalam mobil Lea hanya diam. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya agar Abi tidak tau. Mungkin membelinya, tapi apakah ada copastan jaket milik Abi.

Gisellea [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang