6

170 25 1
                                    

"Seulgi, fokus!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seulgi, fokus!"

Langkahku nyaris limbung saat seruan Pelatih Taemin menggema di studio. Tubuhku membeku sesaat, menanti Jimin yang melebarkan langkahnya demi menyatukan tangan kami. Tempo gesekan violin yang seharusnya mengiringi kini tak lagi seirama dengan gerakan.

Aku baru saja mengacaukannya.

Hanya butuh kurang dari satu detik untuk mengacaukan latihan kami. Dan itu semua karena aku yang terburu-buru menoleh kebelakang untuk melanjutkan gerakan. Hitungan yang sudah kuulang berkali-kali di kepalaku selalu buyar. Aku kehilangan seluruh konsentrasiku semenjak kemarin.

Benakku tak lagi penuh dengan masalah penampilan akhir tahun atau Yeonhee Ballet atau apapun yang seharusnya menggagguku menjelang penampilan.

Aku malah memikirkan dia ...

Park Jimin.

Sialan! Terpaan bibirnya kemarin membuatku larut dalam pikiran panjang yang tak berarti. Dia berhasil membawaku ke dalam perangkapnya.

Tangan Jimin merengkuh pinggangku dengan sempurna. Langkah kecil yang berlawanan arah dibuatnya, menuntunku yang berada pada posisi pointe untuk ikut berputar. Pandangan kami terkunci. Tidak ada cara bagiku untuk menghindari tatapannya. Untuk pertama kalinya hari ini kami saling berpandangan. Mata Jimin kini menatap dingin kepadaku. Tidak ada kehangatan yang biasanya hadir. Kini tatapannya membuatku salah tingkah.

Setiap sentuhan Jimin terasa berbeda kini, seakan ada sesuatu di setiap rengkuhannya. Padahal jelas-jelas sentuhan itu tidak lebih dari gerakan yang harus kami tampilkan. Namun aku merasa semuanya terlalu berlebihan. Tak mampu aku bertahan terlalu lama di dalam rangkulan dan tatapannya.

Kemana Seulgi yang terkenal kuat itu? Yang tidak pernah peduli dengan yang namanya cinta. Kenapa dia menghilang? Tanpanya kini aku menjadi wanita lemah.

Permainan violin berhenti dinyalakan. Cepat-cepat Jimin langsung melepas tangannya dari pinggangku. Lewat cermin aku melihatnya membuang pandang ke arah lain.

Oke, seharusnya ini bagus. Jimin tahu kesalahannya. Dan seharusnya aku mengucapkan sesuatu yang sinis dalam hatiku. Tapi nyatanya aku malah berharap ia menatapku, layaknya kemarin.

Ayolah, Seulgi yang lalu ... kembalilah.

"Seulgi, kamu lagi kenapa hari ini?" tanya Pelatih Taemin dengan tenang meski di wajahnya terselip kegusaran, "kamu tidak fokus."

Aku mengingkari diriku sendiri. Selama ini aku selalu menjunjung konsentrasiku bahkan hanya untuk latihan. Aku memang merasa lebih hebat dari yang lainnya sehingga aku berusha bersikap profesional. Aku tidak pernah ditegur. Dan kini untuk pertama kalinya, aku ditegur karena kehilangan konsentrasi.

Aku melirik kepada Jimin yang nampak tidak tertarik dengan percakapan aku dan Pelatih Taemin, "Itu karena Jimin."

Pelatih Taemin tampak ragu, alisnya terangkat saat ia mencoba menelaah ucapanku. Dari cermin studio aku melihat Jimin menatapku lurus.

Adagio | seulmin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang