Nafas Naruto terasa panas ditangan Sasuke disertai dengan matanya yang masih enggan terbuka. Sejenak Sasuke menggoyang goyangkan tubuh pemuda pirang itu, berharap mata biru indah dapat terbuka untuk sebentar saja.
"Hei, pindah ke kamar dulu ya?" Suara Sasuke berhasil memasuki gendang telinga Naruto namun sayangnya Naruto terlalu lemah untuk bergerak, jadilah ia masih terdiam di posisi yang sama.
Sasuke sadar dengan keganjilan ini, ia menghela nafas panik lalu mulai menggendong tubuh Naruto layaknya seorang bayi dan membawanya menuju kamar, persis seperti malam malam sebelumnya namun bedanya disini Naruto dalam keadaan yang tidak baik.
Sasuke meletakkan tubuh Naruto secara perlahan diatas kasur, sesekali ia mengecek suhu tubuh Naruto yang ternyata semakin pans. Sasuke berdecak kecil, ia mengingat bagaimana cara kaa-san nya merawat orang demam. Pertama, ganti bajunya yang basah karena keringat.
Lemari Naruto terletak di ujung ruangan, Sasuke melangkahkan kakinya dengan pelan berusaha meminimalisir suara mencegah terjadinya keributan. Ia membuka lemari itu perlahan dan aroma citrus menguar dari pakaian Naruto. Ah Sasuke benar benar suka aroma ini, cepat cepat ia mengambil satu set baju dan langsung menutup pintu lemari takut ikut mabuk lantaran bau Citrus itu terus terusan memasuki indra penciumannya.
Sasuke duduk diujung kasur Naruto, lagi lagi ia mengecek suhu tubuh Naruto namun sayangnya masih tidak ada perubahan, Sasuke menghela nafas sejenak lalu secara perlahan membuka kancing baju Naruto satu persatu.
Ia menahan nafasnya sebisa mungkin, berharap tidak kelepasan dan melakukan hal yang tidak senonoh.
'tahan Sasuke tahan' batinnya menguatkan iman.Naruto melenguh kecil ketika merasa ada yang mengganggu istirahatnya, ia tau itu Sasuke tapi ia memilih untuk tetap menutup matanya, rasanya sangat sulit bergerak barang sedikitpun.
Sasuke sadar ketika Naruto melenguh kecil dan ia merasa bersalah karena membuat Naruto terganggu, Sasuke mulai membuka mulutnya lagi meminta izin pada Naruto
"Naruto, ganti baju dulu, hm. Bajumu basah karena keringat"
Naruto tidak menjawab, badannya semakin menggigil ia hanya bisa sedikit meringkuk kan badannya. Sasuke yang melihat Naruto semakin menggigil bergegas menyelesaikan acara mengganti baju Naruto dan menyelimutinya, ia langsung berlari kecil mencari obat obatan Naruto.
Gotcha
Matanya menangkap kotak obat obatan Naruto, lekas ia mengambilnya lalu mencari obat untuk demam, setelah beberapa detik membongkar kotak itu, Sasuke menyengirtkan alisnya bingung. Naruto tidak punya obat demam. Sasuke berpikir sejenak, ah dia akan pergi keluar sebentar mencari obat. Beruntung ia menemukan bye bye fever, lekas Sasuke mengambil itu lalu berjalan kembali menuju kamar Naruto.
Sasuke sedikit membungkukkan badannya disebelah Naruto, ia mulai membuka bungkus plester penurun panas itu lalu menyibak rambut pirang Naruto yang lembut dan menempelkannya di jidat Naruto. Sesaat Naruto sedikit menyengirtkan alisnya, merasa asing dengan rasa dingin yang tertempel di jidatnya namun tak lama kemudian ia mulai membiasakan diri dengan rasa dingin itu.
Sasuke menatap wajah Naruto yang sedang tertidur, ia tidak bisa menahan tangannya yang bergerak secara perlahan menuju kepala Naruto. Jari jemari Sasuke mulai mengelus helaian rambut kuning itu, ia tersenyum kecil namun juga merutuki penyakit yang menyerang Naruto secara tiba-tiba. Sasuke senang Naruto sudah pulang tapi di satu sisi ia kesal dengan demam ini hingga membuat dirinya tidak bisa berbicara lebih banyak dengan Naruto.
Sasuke masih dengan posisi yang sama mengelus rambut Naruto. Ah, dia harus segera ke apotek membeli obat untuk Naruto. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Naruto, meminta izin untuk pergi sebentar membeli obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Photographer
FanfictionHidup Naruto awalnya berjalan biasa saja, menjadi fotografer yang penuh kebebasan dan kadang disewa di sebuah acara, baik acara kecil maupun acara besar. Begitupula dengan Sasuke Hidup Sasuke awalnya berjalan biasa saja, menjadi CEO muda di perusah...