13

3.3K 374 52
                                    

Ten melangkahkan kakinya menuju asrama tempat dia tinggal dulu. Dia tidak tahu harus kemana. Asrama inilah satu - satunya rumah yang ia tuju selama ini. Mungkin dia akan meminta tolong kepada Nyonya Kim untuk menampungnya selama beberapa saat sebelum dia bisa mengatur kehidupannya dan pergi ke tempat sejauh mungkin yang tidak bisa ditemukan oleh Johnny. Dengan hati-hati dia mengetuk pintunya berharap Nyonya Kim ada di rumah dan tidak sedang keluar.

Pintu itu terbuka Nyonya Kim sendiri yang membukanya.

"Ten? Pagi sekali kau datang, ayo masuk nak". Wanita itu menoleh ke belakang Ten. "Di mana Johnny? Katanya kalian akan datang berdua".

Air mata langsung mengalir deras dari sudut mata Ten ketika mendengar Nyonya Kim menyebut nama Johnny, dia menangis terisak membuat Nyonya Kim menatapnya kebingungan.

"Oh astaga Ten kau kenapa? Kau sakit? Kenapa kau menangis? Apa yang terjadi kepadamu?".

Ten mengusap air matanya, menatap Nyonya Kim dengan sedih.

"Aku telah dibohongi oleh Johnny. Semua yang dia lakukan, semuanya palsu. Dia... dia adalah pria yang membunuh ayahku". Tangis Ten semakin keras membuat tubuhnya limbung dan Nyonya Kim langsung memeluknya mengusap punggungnya menghibur.

"Astaga, jangan menangis... Jangan pikirkan semua hal dengan emosi, kau tidak akan menemukan jalan keluar". Hibur Nyonya Kim dengan lembut menunggu sampai isakan histeris Ten berubah menjadi isakan pelan.

Setelah isakan Ten mereda dan sedikit tenang, Nyonya Kim menghela Ten ke kamar yang selama ini ditempatinya.

"Istirahatlah dulu, tenangkan pikiranmu. Kamarmu masih sama seperti saat kau tinggalkan dulu. Tenangkan pikiranmu dulu ya nak. Pikirkan semuanya baik-baik". Nyonya Kim mengantarkan Ten masuk kamar dan membantunya berbaring.

"Nanti aku akan mengantarkan segelas teh panas ke kamarmu". Gumamnya sebelum menyelimuti Ten dan melangkah pergi keluar kamar.

.

Johnny yang sedang menyetir tanpa arah mencari Ten tidak bisa menemukannya. Dia teringat pada asrama dan menyadari bahwa Ten belum mengetahui hubungan Johnny dengan Nyonya Kim. Kemungkinan besar Ten pulang ke asramanya dulu. Johnny memutar balik arah mobilnya hendak menuju asrama ketika ponselnya berdering.

"Ten ada di sini". Suara Nyonya Kim yang lembut terdengar di seberang sana dan mata Johnny terpejam sejenak, merasakan kelegaan mengaliri tubuhnya mendengar informasi yang diterimanya. Tadi dia sudah cemas luar biasa. Pikirannya dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran negatif takut jika Ten nekat dan melakukan sesuatu di luar akal sehatnya. Mengetahui jika Ten sudah aman di asrama sungguh melegakannya.

"Apakah dia baik-baik saja?".

"Dia datang dan menangis aku sudah menenangkannya dan sekarang dia beristirahat di kamarnya. Dia sudah tahu semuanya".

"Sebuah insiden membuatnya mengetahui semuanya dan Ten salah paham, mengira aku menipunya karena dia mengetahui semuanya bukan dariku". Johnny menjelaskan dengan singkat kepada Nyonya Kim lalu makin mempercepat laju mobilnya.

"Aku akan segera datang untuk menjemputnya".

"Menurutku jangan dulu". Nyonya Kim berucap dengan hati-hati.

"Dia masih sangat kalut dan emosional, aku takut jika kau datang menjemputnya sekarang itu akan mendorong Ten untuk kabur lagi. Lebih baik kita biarkan dia tenang dulu. Setelah dia tenang aku akan mencoba mengajaknya berbicara. Baru setelah itu kau bisa datang kemari untuk menjemputnya".

Benak Johnny menolak saran itu. Dia sudah tidak tahan ingin menemui Ten, menjelaskan kepadanya, jika perlu mengguncang-guncangnya agar pria mungil itu mau menerima penjelasannya. Dia tidak apa - apa dibenci Ten, dia tidak apa - apa jika Ten tidak mau memaafkannya.

Unforgiven Hero (JohnTen) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang