[S:19]

1.6K 81 5
                                    

"Winnie....sayang..."

Hati yang tadi risau, kepala yang tadi terus terganggu sekarang semuanya menghangat. Ketika mendengar kekasih yang di tunggu tunggu pulang.

Win berjalan ke arah pintu, membuka kerah pintu dengan perasaan tenang dan berbinar binar.

Win mendapati Bright berdiri di depan pintu, dengan keadaan kacau. Mata sembab, pipi nya membiru, bahkan sudut bibirnya bengkak berdarah.

Wajah Win berubah 180° yang tadinya senang sekarang di tekuk, memancarkan kesedihan.

Bright menubrukkan badannya ke arah Win, Win dapat mencium bau wine serta rokok di badan Bright. Parfume coffe yang biasanya Bright pakai, terganti dengan bau bau aneh di tubuhnya.

"Bri? Kamu----kamu mabok? Ngerokok?"

Bright mengecup jidat Win tulus, "Sayang masuk dulu. Dingin nanti kamu masuk angin."

Win mengangguk, keduanya masuk kedalam ruang tamu. Win menutup knop pintu, lalu berjalan mengikuti Bright yang sekarang lagi ke arah dapur.

Win mengernyit ketika mendapati Bright mengeluarkan, tablet putih dari sakunya.

"Obat apa?"

"Penenang."

Setelahnya Win langsung berlari ke arah Bright, lalu menepis 1 tablet yang hampir masuk ke dalam mulutnya. Win memeluk tubuh Bright kuat sangat kuat yang membuat pemuda Vachirawit itu sesak.

"Win lepas."

"Gamau, nanti kamu minum obatnya."

"Win lepas!"

"Gamau."

BRAK!

Bright membanting tubuh Win ke tembok, kedua tangan Win di kunci tubuh dan satu tangan Bright. Bright mengambil obat penenang dari saku celananya, lalu memasukan tablet penenang ke dalam mulutnya.

Win menangis kuat, Bright berlari ke arah meja dapur mengambil air putih meminumnya bersama dengan pil penenang.

"Diem disitu Win."

Win gamau ngedengerin perkataan Bright, sekarang dia cuma memeluk tubuh Bright agar dia tenang.

"AKU BILANG DIEM DISITU!"

Nafas Bright memburu, dirinya belum tenang karna obat penenangnya belum bereaksi. Dia hanya takut menyakiti Win-nya, seperti tadi.

Win membeku tangisnya benar benar pecah sekarang, Win jadi mengingat pertengkaran hebat kemarin. Ketika Win melaksanakan aksinya bersama Off.

Bright sudah mulai tenang, nafasnya sudah kembali semula. Bright mengambil jari jari kecil Win lalu memeluknya erat, berusaha menenangkan. Mengusap punggungnya, tidak berhenti mengecupi jidat Win.

"Kamu nganggap aku ada kan Bri?"

Pertanyaan itu mencolos keluar dari bibir Win, Bright hanya mengangguk kecil.

"Kamu percaya sama aku kan Bright? Kamu nganggap aku kekasih kamu kan Bri?"

"Iya sayang."

"Jangan minum obat itu lagi---"

"Udah lama?"

Bright mengernyit tidak mengerti kata kata Win, dirinya mencoba lebih mengerti kata kata Win lebih dalam.

"Enggak, aku udah lama gak minum pas kamu datang ke ke hiduppanku. Baru kali ini aku minum lagi."

"Narkoba?"

Subbmisive?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang