Masih Seputar Sepakbola

25 1 0
                                    

Sepakbola di kampung kami tidak hanya terjadi ketika matahari mulai menyingsing di sore hari, waktu ketika suhu sangat bersahabat tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Namun juga ketika libur sekolah, aku dan teman-teman juga sering bermain bola di pagi hari. Entah kenapa tapi waktu itu adalah jadwal khusus untuk ajang pertandingan persahabatan antar RT.

Anak-anak di RT-ku tidak kalah berkualitas dibanding teman-teman sekelasku, karena kebetulan notabenenya gabungan kakak-kakak kelas di sekolah dasar. Terkadang aku menjadi orang yang paling muda dalam tim tetapi mereka sangat membantuku dalam permainan. Mereka memberikan kesempatan lebih dalam bermain, sehingga aku menjadi leluasa dan terus berkembang.

Hal itu yang selalu akan kukenang, tindakan dan kepedulian mereka dalam membinaku. Dan sampai saat ini aku terapkan untuk membantu teman-temanku yang masih muda untuk terus berkembang.

Tak jarang aku bertemu sahabat karibku di sekolah, aku lebih melihatnya sebagai mentariku karena dia yang menjadi panutanku dalam bermain bola. Dia adalah Risky, sejak kepindahannya dari luar kota. Dan masuk ke sekolah kami ketika memasuki kelas 3, sejak itu juga dia menjadi teman seperjuanganku. Dia masuk sebagai murid pindahan yang memiliki skill sepakbola diatas rata-rata.

Entah kenapa aku selalu ingin menjadi saingannya, karena semenjak dia pindah, dia juga sering membantuku dalam permainan. Sampai aku merasa sejajar dengannya. Di pertandingan antar RT kami memang menjadi musuh, namun di luar itu semua kami berteman baik.

Terkadang juga aku dan tim RT-ku mendapatkan tantangan dari luar desa. Ya karena kakak-kakak kelasku juga ada yang sudah menempuh pendidikan menengah pertamanya, jadi tak heran banyak temannya dari luar desa.

Dari situlah aku mengenal sepakbola secara luas dan ternyata kemampuanku selama ini masih kurang dibanding orang-orang diluar sana. Dari kecil aku memang bercita-cita menjadi pemain sepakbola profesional. Aku sangat mengidolakan Cristiano Ronaldo, pertama kali aku melihatnya di Video lewat hp kakak kelasku.

Kala itu aku melihatnya masih berseragam Manchester United, dan skill-nya membuat aku sangat tertarik untuk menirukannya. Secara tidak langsung aku juga mengidolakan MU karenanya. Dulu setiap akan bermain bola, pasti aku akan menonton skill-nya dulu dan nantinya inginku praktekkan.

Hal yang selalu aku nanti-nantikan adalah turnamen antas sekolah yang dulu kalau tidak salah disebut dengan "Tiki Cup". Entah diambil dari kata apa, pokoknya turnamen tersebut adalah kejuaraan yang mempertemukan tim-tim hebat dari sekolah-sekolah dasar di lingkup kabupaten.

Bagaimana aku tidak tertarik dengan itu aku sudah kenyang dengan permainan antar kelas ataupun antar RT. Aku ingin menjajal pertandingan antar sekolah itu. Aku sangat berantusias karena ingin membalaskan kekalahan sekolahku di perempatan final.

Pada saat itu aku belum berkesempatan untuk bermain mungkin karena umurku yang belum cukup, mungkin harus menunggu sampai kelas 4 atau 5.Kalau itu terjadi akan seru. Karena kemungkinan pemain-pemain dalam tim sebagian besar akan terdiri dari teman sekelasku dan sisanya adik kelasku.

Bukan hanya aku yang menantikan turnamen tersebut tetapi juga teman-teman sekelasku. Maka dari itu kami selalu kompak untuk selalu berlatih dengan tim sekolah lain yang berada sekampung dengan sekolah kami. Anehnya, entah suatu kebetulan atau tidak, jadwal pelajaran olahraga sekolah kami sama dengan sekolah-sekolah lain terlebih dari itu tempat pelaksanaan pelajaran itu juga sama. Di lapangan kampung yang luas dan sedikit jauh jaraknya dari sekolah kami.

Kami semua bahagia dengan kebetulan yang menguntungkan kami. Karena pelajaran olahraga waktu SD dibagi dua, satu jam untuk materi dan satu jam untuk olahraga bebas. Memang tidak jauh beda dengan waktu pelajaran olahraga di SMP dan SMA.
Nah di waktu bebas itu kami melakukan perjalanan persahabatan tersebut. Dan tidak jarang kami adalah jawaranya.

Ada cerita menarik soal nomor punggung setiap pemain sepakbola. Bila di klub Manchester United nomor "7"adalah nomor keramat yang mana menurut sebagian fans MU hanya pantas digunakan oleh pemain dengan kualitas mumpuni. Seperti Erick Cantona, David Beckham, dan Cristiano Ronaldo.

Namun setelah kepergiannya dari Old Trafford menuju Santiago Bernabeu, markas Real Madrid. Nomor punggung "7" sulit menemukan penggantinya sampai saat ini. Terlepas dari itu, aku sangat suka mengenakan nomor "7" karena mengikuti CR7 (julukan Cristiano Ronaldo), tapi sulit dipungkiri aku tidak mendapatkan ketika teman-teman se-RT berencana membuat seragam. Karena nomir itu digunakan oleh kakak kelasku yang juga menyukai nomor tersebut. Aku mengalah dengan menggunakan nomor "17". Ya bukan karena apa-apa hanya tanggal lahirku jadi aku mengenakannya.

Nah lucunya di kelasku kala itu sedang terjadi tren yang unik, semua anak memilih menggunakan nomor punggung yang merujuk kepada nomor absen siswi yang membuat mereka tertarik. Entah apa yang barusan terjadi? Mimpi apa mereka semua? Tiba-tiba saja semua mulai memiliki perasaan itu.

Aku sendiri yang tidak terlalu peka dalam urusan percintaan kala itu tetap memilih nomor "17" sebagai nomor punggungku. Ya karena aku merasa tak tertarik mengikuti tren tersebut karena juga aku belum pernah terpikir dengan masalah cinta.

Memang ada rumor tentang perempuan yang "katanya" diam-diam mengagumi aku. Tapi aku menepis rumor tersebut dan menghiraukannya sebagai omong kosong dan menganggapnya hanya sebagai bahan candaan belaka.

Sampai mereka, teman-teman sekelasku mengejekku dengan bahan candaan itu. Bahkan ada yang merekomendasikan aku untuk menggunakan nomor punggung "4" atau "9" yang mana nomor tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah nomor absen dari Kumala dan Laily.

Aku masih binggung dan tak ingin menerima saran tersebut. Karena menurutku nomor itu adalah nomor yang jelek dan kurasa aku tidak pantas mengenakannya.

Disamping itu tidak ada pengguna nomor "4" di kubu Manchester United. Dan nomor "9" adalah nomor bagi mesin gol yang malas berlari yang dikenakan Dimitar Berbatov kala itu. Cuma itu sih alasan penolakan kedua nomor tersebut.

°°°°°°°

Tiga Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang