Salah Sambung

18 1 0
                                    

Memasuki penghujung semester yang ditandai oleh ujian akhir semester. Selulur sekolah se-kabupaten akan diliburkan. Namun sebelum libur panjang itu, event yang ditunggu-tunggu akan segera digelar. Yang tak lain adalah "Classmeet" , yang merupakan ajang hiburan yang kebetulan di sekolah kami sebagian besar lombanya adalah olahraga, tak terkecuali sepakbola.

Namun disini hanya versi ada kecilnya, karena lapangan sekolah kami yang tak cukup disebut lapangan sepakbola. Futsal sebenarnya baru aku ketahui di masa sekolah menengah pertama ini. Karena sekecil apapun lapangan di desa, tetapi saja disebut dengan sepakbola.

Diawal kejuaraan tim kami bertemu dengan tim kelas Dimas, dan tanpa kesulitan kami berhasil menuntaskan perlawanan mereka dengan 4 gol tanpa balas, yang masing-masing golnya tercipta lewat aku, Aldi, Andis, dan juga Andif.

Sejak awal memang aku sangat percaya tim ini tidak akan menembus babak semifinal karena ada 4 pemain hebat yang bisa diandalkan. Dan benar saja kami berhasil menembus babak perempat final walau harus melalui banyak rintangan berat, meski begitu kami bermain sepenuh hati sehingga semua itu menjadi lebih mudah dan terlebih lagi lebih menyenangkan.

Dibabak semifinal tim kami bertemu tim kelasnya Arif yang kebetulan juga sekelas dengan wawan. Mereka berdua juga ikut andil dalam pertandingan itu. Wawan seperti biasanya sebagai kiper yang tangguh, dan Arif dipercaya sebagai pemain belakang karena tubuh bongsornya akan membuat penyerang lawan kuwalahan.

Tapi setidaknya aku yang sudah memiliki pengalaman bermain bersama mereka tidak terlalu kaget dan sudah sedikit hafal kemampuan-kemampuan mereka, begitu juga Aldi yang juga sering bertanding melawan sekolah kami ketika masih sekolah dasar.

Pertandingan itu sangat sengit, Sampai babak pertama berakhir belum ada gol yang tercipta. Rata-rata pemain di tim mereka memiliki postur yang tinggi dan tenaganya yang ganas, membuat tim kami sedikit kuwalahan. Di tambah lagi pertandingan itu berlangsung saat matahari sedang terik-teriknya, karena pertandingan tersebut adalah pertandingan ketiga dihari itu.

Ditambah suasana penonton yang cukup riuh dan ramai membuat konsentrasi sedikit buyar. Sebelum peluit tanda babak kedua di mulai aku sempat sekilas melihat ke arah penonton, dan tidak sengaja aku melihat ke arah Laily, ternyata dia juga melihatku.

Dari kejauhan kami saling pandang memandang. Dari tatapannya ternyata tersulut kembali semangatku, aku teringat penderitaan yang pernah ia keluhkan padaku. Dan di pertandingan ini, sangat tepat untuk meluapkan emosiku, kebetulan tim yang sedang ku lawan ada hubungannya dengan semua itu.

Bukan berarti membalaskan dendam, karena emosi tidak selalu harus diungkap dengan amarah. Aku bangkit dengan semangat membara, siap membabi buta jala yang dijaga Wawan.

Singkatnya, tiga gol berhasil aku aku sarangkan ke gawang yang dijaga Wawan. Sekaligus membuat tim mereka tersingkir dari kejuaraan tersebut, dan juga membawa tim kami ke final. Dilain sisi pertandingan itu terasa cepat karena ternyata memang setiap tingkatan kelas, di bedakan kastanya.

Sehingga tim dari kelas satu tidak mungkin bertemu tim kelas tiga. Namun nantinya akan dipertemukan setiap pemenang dari setiap kasta. Singkatnya, kami bertemu tim yang mudah difinal dan berhasil mengalahkan tim tersebut dengan skor 2-0 yang masing-masing gol dicetak oleh duo Andis dan Andif. Dan membuat kami menjadi jawara kasta kelas satu.

Setelah itu barulah kami akan dipertemukan dengan jawara kelas dua atau tiga sesuai dengan peraturan yang ada, ditentukan kami akan bertemu kelas tiga dan benar saja, kami dibabat habis empat gol tanpa balas. Dibalik itu ternyata yang kuhadapi adalah senior-seniorku yang juga teman bermainku di rumah, jadi ada sedikit canda tawa di pertandingan itu.

Kelas kami cukup puas bisa menjadi yang terbaik di kasta kelas satu, meski tidak yang terbaik se-sekolah. Kami jadi bisa menjalani liburan dengan tenang dan bahagia.

Liburan akan berlangsung selama kira-kira sebulan. Aku dan teman-teman kampungku sudah membuat agenda bermain bola setiap pagi selama liburan itu seperti yang sudah-sudah menjadi tradisi. Tapi kemungkinan tahun-tahun ini dan berikutnya akan berbeda karena lahan nyaman yang biasanya kami pakai sebelumnya akan segera dijadikan warung kopi.

Tiga Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang