Kawanan Serigala

15 1 0
                                    

Masa peralihan dari kelas dua menuju tahap akhir perjuangan dibangku SMP berjalan mulus-mulus saja. Seperti biasanya kelas akan diacak dan semua pasti merasakan hal yang sama tanpa terkecuali. Sialnya aku kembali mendapatkan teman yang sangat acak dan tak satu pun pernah sekelas denganku, baik dikelas satu maupun kelas dua.

Tak terlalu masalah bagiku karena meski begitu aku masih memiliki sedikit kenalan juga. Dari semua yang kutahu sebagian besar teman sekelasku yang baru merupakan murid-murid bengis, karena mereka terkenal tak kenal malu memalak kepada murid lain. Bila satu saja tak masalah, tapi yang disebut kali ini adalah mereka, berkelompok seperti kawanan serigala.

Aku juga memiliki sedikit kejengkelan dihati kecil karena masalah pemalakan ini, meski aku sendiri tak pernah sekalipun menghadapi permasalahan seperti itu, tetapi teman-teman ku yang lain yang mengalami kemalangan itu. Seminggu awal kami jalani seperti biasanya, perkenalan, perkenalan dan perkenalan.

Seminggu berikutnya mulailah acara pengenalan jadi diri yang sebenarnya, sekelompok biang kerok itu memulai ulahnya dengan menggertak setiap murid agar mereka ketakutan, sehingga mereka bisa memperluas tambang pemalakan mereka. Kelompok kecil itu beranggotakan 4 orang dengan jajaran anggotanya yaitu Mamad, Anjas, Bary, dan Doni.

Sampailah mereka berempat menuju bangku kediamanku. Seperti yang sudah kulihat sejak awal mereka juga menggertakku seperti yang lain. Takut? Tentunya tidak, kan sama-sama makan nasi, kalau mereka makan besi barulah aku takut. Aku tahu melawan mereka berempat sendirian tentunya merepotkan, lebih baik bermain dengan otak dari pada dengan otot.

Dari yang aku perhatikan, sepertinya Mamad yang terlihat memiliki tahta tertinggi diantara kelompok kecil itu. Aku menurut saja, dan memberikan uangku, yang berusaha aku ikhlas untuk mereka. Yang terpikirkan olehku adalah itu tidak boleh selamanya terjadi, pasti ada cara menyudahi masalah itu.

Hari esok sudah bisa tertebak dibenakku, mereka pasti memalak semuanya namun mereka juga punya hati tidak semua uang mereka ambil, paling banyak hanya separuhnya saja. Aku yang saat itu hanya memiliki uang saku sebanyak 2000 perak hanya diambil setengahnya.

Uang yang sudah mereka palak akan dikumpulkan dan akan dibelikan jajan- jajanan dan disantapnya di sela-sela waktu istirahat. Terkadang juga dana itu dipergunakan untuk keperluan paket data mereka.

Biasanya pemalakan dilingkungan masyarakat pasti berawal dari keterpaksaan, misalnya karena tuntutan ekonomi. Namun yang kulihat disini bukan seperti itu, bahkan mereka berempat rata-rata berasal dari keluarga yang berkecukupan, lantas dari mana ini semua bermula.

Hal yang pertama aku kejar adalah hati mereka, karena manusia akan lemah dari permasalahan hatinya. Sebelum mereka meminta, aku sudah berinisiatif memberikan dahulu pada mereka, tujuannya tak lain adalah hati mereka. Akan ku manjakan sekelompok serigala itu hingga gemuk dan lemas tak berdaya.

Setiap hari pasti akan kulakukan hal yang sama, bila teman sekelasku menjauh karena risih maka aku memilih untuk mendekati. Semua berjalan seperti menjadi rutinitas, justru lama-kelamaan mereka akan semakin canggung. Sampai suatu hari, di pagi yang sama dan dikelas yang sama Mamad menolak pemberian uangku.

"Sudah buat kamu saja." Yang kemudian melengos pergi begitu saja.

Kukira aku berhasil membuat perbuatan terkutuk itu redah. Tapi ternyata tidak sepertiku, teman-temanku yang lain masih menjadi sasaran pemalakan gengnya.

Bukan hanya hari itu dia menolak uangku, tetapi hingga hari-hari seterusnya. Hingga aku mulai dekat dengan kelompok mereka. Aku berpindah tempat duduk bersebelahan dengan Mamad, karena dia sendiri yang memintaku. Dengan senang hati aku meladeninya, aku tak mau pilih-pilih teman, menurutku semua sama saja.

Duduk disampingnya justru membuat aku semakin nyaman dengan kelompok serigala bengis itu. Tak jarang aku juga ikut nongkrong dengan gengnya, dan bercanda tawa bersama mereka. Tak jarang juga aku malah ikut nongkrong dengan aliansi geng lain diluar kelas, yang tak lain juga sebagian besar teman-temanku di kelas dua, dan juga teman-teman lain yang kukenal dari ekstrakulikuler futsal.

Yang tak pernah kusangka ternyata senakal-nakalnya seorang murid ternyata juga masih sangat memiliki kemauan untuk bisa mengerjakan tugasnya sendiri. Ditengah kelompok serigala itu kini ada orang yang suka dengan matematika, dan memenjak itu aku sering dimintai tolong oleh mereka berempat untuk mengerjakan tugas, bukan jawaban tetapi cara mengerjakannya.

Tiga Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang