Putih Kelabu

23 1 0
                                    

Sukses masuk SMA Negeri setelah semua yang aku lalui itu rasanya seperti anugrah, apalagi aku masuk dengan nilai yang yang kucapai sendiri, dengan kemampuanku yng seadanya.

Yang justru mendapat nilai yang melebihi ekspektasiku sebelumnya, bahkan melebihi nilai rata-rata teman sekelasku dan lagi-lagi aku masih masuk dalam lima besar, yang mana hal itu benar-benar tak kusangka sama sekali. Meskipun sekolah yang berhasil aku masuki bukanlah sekolah yang diinginkan kedua orang tuaku, sekolah itu hanyalah pilihan terakhir dari semua sekolah negeri di kecamatan.

Dan sekolah paling ujung dan pelosok tentunya. Sekolah yang lagi-lagi sama persis tipikalnya dengan SMPku dulu. Yang asri hijau serta sejuk tentunya, karena lagi-lagi lokasi persis di samping persawahan.

Perebedaan yang jelas terjadi adalah sangat sedikitnya orang-orang yang ku kenal dari SD dan juga SMP. Tidak seperti saat SMP yang kebanyakan teman SDku juga ikut serta didalamnya.

Tak merasa sendiri meski demikian, masih ada sebagian teman SMP juga yang berhasil masuk kesini. Meskipun juga bisa dihitung menggunakan jari. Untuk sebagian besar lainnya ternyata kebanyakan dari SMP favorit tujuanku dulu sebelum tertolak karena danem yang kurang mencukupi.

Dari sini aku sadar, bahwa sekolah bukanlah satu-satunya penentu tingkat keberhasilan seseorang dalam masa belajarnya. Namun dirinya sendiri lah yang menjadi penentu tersebut, dengan tidak mengurangi hormat pada takdir tuhan yang maha kuasa. Sebab suatu kaum takkan berubah sebelum kaum itu sendiri yang merubahnya.

Hari pertama itu di masa pengenalan lingkungan sekolah, Aku kira hari-hari tersebut akan berat. Seperti yang dikatakan kakak kelasku dalam ceritanya. Memasuki masa SMA itu berat, kita dituntut lebih dewasa. Maka dari itu masa orientasi siswa baru di SMA akan jauh berbeda dengan SMP.

Pada zaman kakak kelas, akan ada sebuah pendidikan karakter dan mental. Akan lebih banyak cacian dan hinaan, dari pada senyiman. Awal ketika mendengar ceritanya aku mencium hal tersebut seperti perpeloncoan, atau senioritas. Memang di SMP seharusnya sudah ada, namun kurasa tak pernah kualami sama sekali.

Mulai dari membuat kartu identitas dengan foto konyol, akan ada point untuk setiap kesalahan yang dilakukan. Akan ada tugas-tugas dan lainnya. Pelototan mata dan sikap dingin panitia-panitianyam Benar-benar hal baru yang masuk ke telingaku.

Namun diluar dugaan, di tahun ajaran baru kali ini hal tersebut harus dihapus. Karena melanggar Hak asasi katanya. Karena sempat aku membaca surat kabar beberapa periode lalu, yang memberitakan kematian seorang siswa karena disiksa oleh kakak kelasnya sendiri ketika melaksanakan kegiatan masa orientasi siswa.

Miris ternyata sekolah yang harusnya menjadi jembatan kita menuju masa depan yang cerah, justru pada masa pengenalannya harus merenggut jiwa. Karena itulah pemerintah melarang adanya perpeloncoan itu. Meski mendidik, tetapi lebih banyak kemudharatannya.

Aku melalui masa tersebut justru seperti lewat begitu saja, hal yang kudapat dari masa tersebut hanyalah dapat mengenal teman-teman baru, dan mendapatkan gambaran kedepan bagaimana ekosistem yang nanti akan kita arungi di masa SMA ini.

Dari semua pengalaman yang sudah tercatat dipikiran, aku tidak akan terlalu berharap berlebihan pada masa putih abu-abu ini. Aku tahu, pernah orang mengatakan gapailah mimpimu setinggi langit, kerana bila engkau jatuh kau akan berada diantara bintang-bintang.

Boleh saja orang berpikir demikian, tapi bagaimana bila pencapaian mu tidak setinggi itu, dan malah terjun melintas menembus awan. Menurutku semua orang boleh bermimpi setinggi mungkin, tapi juga harus paham bahwa tak semua mimpi bisa terwujud. Karena kalau ku berani bermimpi, berarti kamu juga harus berani kecewa. Ideologi itulah yang mulai tertanam di benak Arman ini.

Hari pertama di sekolah yang baru, ternyata aku masih sekelas dengan satu temanku dari SMP, dia seorang perempuan bernama Siska. Orang yang paling di jauhi di kelasku dulu, bukan karena dia nakal atau apa, tetapi jengkel karena dia seorang bendahara. Tugasnya seperti debkolektor, pertanyaan yang sering di ajukan pada orang-orang adalah "bayar?"

Tak kusangka aura debkolektornya berhasil menyakinkan massa di kelas untuk melantiknya sebagai bendahara lagi. Meski begitu, dia orangnya amanah dan disiplin tentunya. Tanpa pamrih dia akan siap menampung uang-uang kas darimu.

Di SMA ini, aku merasa tidak berdaya. Karena keracunan cinta di masa lampau aku jadi kurang fokus untuk belajar. Dan sampai sekarang masih terasa jiwa-jiwa mager yang masih melekat. Jamanku SMA juga mulai banyak warung kopi dimana-mana, menggugah jiwa santai ku untuk sering nongkrong disana.

Hal yang disayangkan lainnya ialah kemampuan menalar matematikaku mulai pudar. Mungkin karena terlalu banyak caffein dan terlalu santai, membuat ku semakin jauh dari kata belajar. Hal itu yang dulu sempat aku sombongkan kini mulai menjauhiku. Ditinggal ilmu pengetahuan itu lebih pedih dibanding kehilangan kekasih.

Keahlian sepakbolaku juga menurun entah bagaimana, kemungkinan asap beracun rokok yang sering keluar masuk dada ini penyebabnya. Membuat kelincahanku berkurang. Berlari mengejar bola sebentar saja sudah membuatku kuwalahan.

Apalagi jadwal bermain sepakbola pada masa itu mulai terkikis, karena banyak teman yang mulai memiliki kesibukan masing-masing. Ditambah lahan untuk bermain juga satu-persatu mulai lenyap, karena sudah tertimba bangunan-bangunan baru.

Hal yang baru aku sadari dan kusesali, ternyata kebiasaan merokok mulai mengambil kekuatanku sedikit demi sedikit. Seperti penghalang diriku dengan hobi yang telah lama aku latih. Yang mulai detik itu juga aku sepakat dengan diri sendiri untuk berhenti melakukannya. Apapun yang mengganggu harusnya pergi.

Namun ketika semua hal itu pergi ada seseorang yang mulai kembali. Firza, teman bimbel dulu ketika SD dulu tiba-tiba saja menghubungi kembali. Notifikasi yang sempat aku hiraukan karena mengganggu aktivitas gamingku. Lama tak jumpa ternyata membuat kami berdua canggung, meski dalam sebuah pesan.

Saling bertanya kabar, dan bertukar cerita sampai lupa waktu. Pertanyaan yang kulontarkan berikutnya adalah

"Dari mana kamu dapat pin BBM ku." kalimat tanya yang mengungkapkan rasa penasaranku. Karena kurasa aku tak pernah membagikannya ke siapa-siapa.

"Aku dapat dari akun Facebookmu." Jawab singkat yang membuat aku ingat, kalau memang ada salah satu postingan Facebook seperti itu.

Banyak hal yang ia tanyakan selain kabar. Ia juga bertanya kabar urusan asmara. Aku berterus terang bahwa aku baik-baik saja dengan semua kisah yang tak pernah menemui titik terang. Semua baik saja, dan akan selalu baik.

Firza sedikit bercerita padaku bahwa kisahnya dengan Dodit berjalan baik-baik saja hingga saat ini. Ternyata sudah empat tahun lamanya mereka menjalin hubungan tersebut. Aku merasa takjub dengan Dodit yang mampu membuat dia bahagia. Tanpa sedikitpun merasa cemburu, karena mungkin rasaku padanya sudah terhapus bersih.

Waktu yang cukup lama ternyata sukses menjadi penghapus mahal, yang mampu menghapus bersih kenangan lalu meski ditulis dengan Perasaan yang cukup dalam. Dan kini hanya meninggalkan sampah yang harus dibuang, tanpa bisa di daur ulang.

Setelah percakapan yang berlangsung sedikit lama tersebut ia berucap sampai jumpa dan terima kasih, atas kebesaran hatiku meninggalkannya untuk seseorang. Dan menjadikan harinya kini bergelimang kebahagiaan. Ia berujar takkan menghubungiku lagi, agar tak menggangguku mengejar cinta lain yang lebih baik.

Namun aku tidak berpikir demikian untuk waktu yang dekat. Aku pikir untuk langkah berikutnya tak akan kusandingkan dengan cinta seorang pun, lebih baik aku maju kedepan tanpa melirik wanita disamping atau dibelakangku. Janjiku kali ini tak akan mencampur urusan ku saat ini dengan cinta. Dan menunggu saat yang tepat untuk menjalani kisah tersebut dengan orang yang tepat.

Tanpa memikirkan siapapun dari masa laluku baik perasaan yang masih terkubur dalam-dalam, maupun perasaan yang telah aku genggam bersamanya. Ku harap mereka mendapatkan suatu yang lebih dari cintaku. Dan sebelum mereka semua mendapatkannya, aku mungkin tak akan membuka hatiku untuk cinta.

°°°°°°°

Tiga Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang