🍃 Most Wanted

379 59 0
                                    

🌸
_________________________

🍁


Most Wanted


🍁
________________________



Esoknya.

"Hana!" teriak Lixy saat Hana baru saja memasuki kelas. Biar Hana tebak--

Pasti Jeno sudah menghubunginya semalam. Karenanya, Lixy berteriak histeris seperti sekarang.

Astaga, Jeno bahkan bukan seorang idol kenapa Lixy sebegitu sukanya kepada Lee Jeno?

"Hana, terima kasih. Kau memang teman yang baik. Kau tahu, tadi pagi Jeno menghubungiku. Dia membangunkanku dengan mesra, astaga!" Lixy bercerita dengan heboh. Matanya berbinar ceria. Hana jadi tidak tega jika harus menyuruhnya menjauhi Jeno.

"Kau saja yang bodoh, kenapa harus dibangunkan oleh Jeno? Kau 'kan perempuan harusnya kau bangun lebih awal," balas Hana. Ia berjalan menuju mejanya.

"Tak apa, ini 'kan baru permulaan, nanti aku yang akan setia membangunkannya," balas Lixy dengan senyum yang setia menghiasi wajahnya.

Hana hanya berdecak sebal. "Terserah kau saja."

Setelah melewati jam pelajaran yang membuat kepala terasa penat, akhirnya bel istirahat berbunyi.

"Yak! Kau tidak akan makan ke kantin?" tanya Hana. Sementara yang ditanya hanya menggeleng, ia masih fokus menatap layar ponselnya sambil sesekali tersenyum aneh.

Lixy benar-benar terjaring virus saat ini.

Ia terkena Syndrom Lee Jeno!

"Choi Lixy! Apa kau sesuka itu padanya? Jangan melewatkan makan siangmu hanya karena berbalas pesan dengannya!" Lixy mendongak kemudian mendesis.

"Aish, kau tidak tahu bagaimana rasanya saat orang yang kau sukai ternyata menyukaimu, jadi kau tidak akan merasakan apa yang kurasakan sekarang."

"Cih!" --sok tahu!

"Apa maksudmu, eoh? Aku pernah merasakannya, aku bahkan sudah berpacaran dengannya. Tapi aku tidak segila dirimu."

"Oho! Kau bahkan tidak mengalami fase pedekate dengan Minho bagaimana bisa kau merasakannya. Lagipula kau 'kan tidak menyukai Minho, mana bisa tahu perasaanku seperti apa." Lixy kembali menunduk.

"Aku merasakannya, tapi bukan kepada Minho."

Ucapan Hana membuat Lixy terdiam, ia bahkan secara otomatis menghentikan ketikan jarinya di layar ponsel. Gadis itu mendongak.

"Apa yang kau maksud adalah 'lelaki' itu?" tanyanya pelan.

Hana hanya tersenyum miris, perlahan ia mengangguk.

"Aku tidak mau kau merasakan yang pernah kurasakan dulu. Jeno memang tampan dan menyenangkan, tapi dia itu pemain asal kau tahu!"

Lixy terdiam memdengar nasihat itu.

"Lalu ... kenapa kau memberikan nomorku padanya?"

Hana menghela nafas lelah. "Kemarin itu aku terpaksa. Jika boleh memilih, aku akan lebih suka jika kau berkencan dengan Hyunjin atau Changbin."

Kali ini Jeni berdecak sebal, memasukan ponselnya ke saku blazer lalu berdiri.

"Otakmu tidak waras karena lapar, ayo cari makan!" katanya. Gadis itu berjalan lebih dulu keluar kelas. Hana hanya terkekeh mengikutinya dari belakang.

Gara-Gara Game [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang