🍃 Dia

336 56 0
                                    

🌸
________________________

🍁


Dia


🍁
_____________________

Hana tersenyum menatap Minho yang tengah melepaskan helmnya. "Terima kasih Lee Minho," ucapnya.

"Sama-sama Lee Hana," jawabnya terkekeh. Hana ikutan terkekeh.

"Sejak kapan namaku berubah?"

"Sejak kau menjadi pacarku." Minho menatap Hana lama membuat gadis itu menaikan alis heran.

"Kenapa?"

"Kau cantik."

Dua kata itu mampu membuat pipi Hana merona. Padahal itu adalah pujian biasa yang sering ia dengar dari banyak orang. Tapi ketika itu keluar dari mulut Minho dalam keadaan mereka yang sedang bertatapan seperti ini membuat dua kata itu terdengar berbeda.

Hana tersenyum. Entah sejak kapan mulanya, tapi perasaannya ketika sedang bersama Minho mulai berbeda.

Ia mulai merasakan perasaannya yang selalu menghangat saat mereka berdekatan. Ia jadi sering merasa tersipu dengan candaan dan pujian yang terlontar dari mulut Minho.

Hana sering merutuk dalam hati, bahwa ini bukan tujuan utamanya menjadi pacar Minho.

Pesona Lee Minho terlalu kuat. Bagaimana mungkin dulu ada rumor bahwa dirinya gay? Ah, Hana ingin mengutuk siapa saja yang dengan berani menyebarkan rumor laknat tersebut.

Tapi kemudian ia kembali berpikir, mereka pasti tidak jauh-jauh dari --gadis yang ditolak Minho, atau siswa laki-laki yang iri padanya-- karena Minho terlampau keren.

"Masuklah," ucap Minho. Seperti biasa ia mengacak puncak kepala Hana. Gadis itu menggeleng.

"Kau duluan pulang, baru aku masuk."

"Kenapa begitu?"

"Ingin saja."

Meski sedikit bingung, Minho hanya mengangguk. Ia menaiki motornya, lalu memakai helm. Bahkan ketika menaiki motornya saja, ia terlihat keren.

'Ah, aku pasti sudah gila!'

Hana menggeleng-geleng kepala mengenyahkan pikirannya tentang Minho barusan.

"Aku pulang dulu," pamit Minho. Hana tersenyum.

"Hati-hati."

Motor melaju meninggalkan halaman rumah. Setelah kepergian Minho, gadis itu berbalik membuka gerbang.

"Hana!"

Panggilan itu menghentikan langkah Hana yang baru saja menginjakan kaki di halaman rumahnya.

Suara itu ....

Hana mematung di tempat. Enggan berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya itu.

Hana yakin pendengarannya masih baik-baik saja. Tanpa berbalikpun ia tahu, siapa orang yang saat ini ada di belakangnya. Seseorang dengan suara lembut yang menyejukan hati.

Dulu.

Dulu sekali.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya, membuat Hana mau tak mau berbalik dan menatap orang tersebut.

'Apa kau datang untuk mengembalikan hatiku?' batin Hana.

Perlahan mulut Hana terbuka untuk menjawab pertanyaannya, meskipun lidahnya kini terasa kelu.

"Seperti yang kau lihat. A-aku baik," jawabnya, sekuat tenaga ia menahan diri untuk tidak menghambur ke pelukan lelaki itu. Sekuat tenaga ia menahan air mata yang kini sudah menggumpal di pelupuk mata.

Gara-Gara Game [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang