🍃 Supir Tercinta

421 65 0
                                    

🌸
___________________________

🍁


Supir Tercinta


🍁
__________________________

"Hari ini aku ada latihan basket, kau mau menungguku?" tanya Minho, berharap gadisnya akan mengatakan 'iya'.

"Tidak, aku juga ingin pulang dan istirahat," jawab Hana sambil membereskan buku-bukunya ke dalam tas.

Raut wajah Minho berubah kecewa, namun cepat-cepat ia mengontrol ekspresinya. Ia tidak ingin membuat gadisnya merasa bersalah.

"Kau tak apa pulang sendiri?" tanyanya khawatir.

"Hm, tak apa ada Lixy. Pergilah, latihan yang rajin," jawab Hana dengan senyum terpaksa.

Minho menyadari perubahan ekspresi di wajah gadis itu, tapi ia juga tak punya pilihan. Tanggung jawabnya sebagai ketua tim basket mewajibkannya untuk disiplin mematuhi aturan.

"Ya sudah, aku latihan dulu, sampai bertemu besok."

Tak lupa Minho mengacak puncak kepala Hana. Itu seperti sesuatu yang wajib baginya, seperti ada yang kurang jika ia membiarkan rambut gadis itu rapi tanpa bekas jarinya di sana, dan Hana menyukai sentuhan itu.

Minho berlalu meninggalkan Hana yang masih diam di dalam kelas yang sudah sepi. Namun tiba-tiba pemuda itu kembali lagi menghampiri Hana membuat gadis itu mengernyit heran.

"Kenapa, apa ada yang tertinggal?" tanyanya.

Minho tak menjawab, ia justru mendekatkan wajahnya ke wajah Hana.

Chup ~

Minho mencium pipi kiri Hana membuat gadis itu mematung dengan mata membelalak kaget.

"Aku hampir melupakan vitaminku," jawab Minho dengan senyuman nakalnya. Hana yang masih setengah sadar mengerjapkan matanya.

"Yak, Lee Minho kau gila eoh!" teriaknya, namun Minho sudah keluar dari kelas.

Hana terduduk di kursinya. Ini kedua kalinya Minho mencium pipinya tapi ciuman tadi hampir saja membuatnya pingsan. Minho sudah mendekatkan wajahnya ke bibir Hana.

Hana pikir pacarnya itu akan mengambil ciuman pertamanya, karena jujur saja mereka belum pernah berciuman di bibir. Minho adalah pemuda baik, setidaknya itulah yang Hana tahu saat ini.

"Astaga kenapa pipiku terasa panas!" Ia memegangi pipinya dengan tatapan kosong. Padahal yang dicium hanya pipi sebelah kiri, tapi pipi sebelah kanan juga terasa hangat.

"Waktu itu yang kanan sekarang yang kiri," monolognya. Bukannya pulang, ia malah menidurkan kepalanya di atas meja.

"Kalau begini bisa-bisa aku baper dan benar-benar menyukainya!" omelnya tak jelas.



Hana segera menutup pintu rumah lalu berlari kecil menghampiri Minho yang sudah berdiri di samping motornya.

"Hay!" sapa Minho. Oh, jangan lupakan senyuman manisnya yang membuat pagi Hana terasa lebih cerah.

"Hay," balas Hana seadanya. Ia tak ingin overreacting hanya karena senyuman maut Minho. Walau sebenarnya hati Hana tiba-tiba berdebar karena itu.

"Bagaimana tadi malam, tidurmu nyenyak?" tanya Minho tiba-tiba.

"Eh? Em ya lumayan."

"Aku tidak."

"Kenapa?"

"Ingin segera bertemu denganmu."

Blush

Gara-Gara Game [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang