Part Lima

10.6K 1.8K 85
                                    

Ibu dua anak itu keluar dengan bocah perempuan dua tahun di gandengannya, mencuri perhatian sang suami, Sigit yang sedang berbincang dengan Zahir.

Mendekat, Lulu yang mengikat satu rambutnya di belakang mengulurkan tangan dengan senyum menawan dan kerlingan manja. "Mau pergi dulu sama Kiran cari baju. Minta duit."

Yang dimintai langsung mengernyit dalam, sedang Arun yang duduk berseberangan dengan Sigit hanya memperhatikan sesekali saja.

"Pakai baju begini? Itu lutut kamu kelihatan."

Menunduk, mencari bagian yang suaminya komentari, Lulu lantas cemberut. "Enak pakai ini, By. Ngejer-ngejer Chloe nanti gampang kalau dia lari-lari."

Lantas berdiri, Sigit mengangkat putrinya untuk duduk di kursi yang ia duduki barusan. "Adek tunggu, ya?" Lalu dirinya kembali pada sang istri yang sudah memasang raut kesal.

"Ganti celana panjang. Masa laki-laki lain bisa lihat apa yang seharusnya buat aku aja. Janganlah," ucap pria itu yang segera berhenti menarik tangan istrinya saat melihat kehadiran Kirania yang mengernyit heran karena Lulu malah akan dibawa masuk.

"Kenapa? Nggak jadi?"

"Jadi." Lulu dengan bibir cemberut melirik suaminya yang malah cengengesan. "Nih! Disuruh ganti! Katanya terlalu terbuka. Pencemburu memang." Selesai kalimatnya, Lulu ditarik lembut oleh sang suami, melewati Kirania yang sontak terdiam sebelum kemudian memperhatikan pakaian yang ia kenakan.

Kaos putih tanpa lengan, bergambar burung hantu di bagian depan dipadupadankan dengan hotpants hitam yang lebih parah dari Lulu. Tak hanya memamerkan lutut saja, namun lebih dari setengah paha.

Menggigit bibirnya, wanita itu lantas menoleh ke kursi di sampingnya dan segera mengerjap saat memergoki sang suami yang membuang muka setelah memperhatikan pahanya.

Ini ... Apakah Zahir setuju dengan apa yang ia kenakan?

Tapi ... Kirania bergerak untuk duduk di hadapan sang suami, tepat di samping Chloe yang memainkan ponsel sang ayah. Suaminya tak menunjukkan rasa tak rela dirinya mengenakan pakaian seperti ini.

Berdeham, Kirania membuka suara. "Aku harus ganti baju?"

Tersedak salivanya sendiri karena tak menyangka jika Kirania akan meminta pendapatnya, Zahir yang tak fokus memainkan ponsel sejak ia lihat kulit mulus tanpa cela milik istrinya langsung menatap dalam wanita di hadapannya yang langsung membuang wajah sambil menahan dentuman kencang di balik dada.

Kirania selalu merasa tak nyaman tiap kali Zahir menatapnya seperti itu. Selalu saja ia salah tingkah, dan detak jantung mendadak bergerak tanpa kendali.

"Nggak ada suami yang suka miliknya dilihat sesuka hati oleh laki-laki lain."

Jawaban Zahir membuat tengkuk Kirania merinding seketika hingga ia mengusapnya berharap ketegangan yang mendadak terjadi segera meninggalkannya. "Tapi kamu nggak pernah protes selama ini," jawab wanita itu tanpa menatap suaminya yang masih belum memutus pandangan ke arahnya.

"Aku menghargai keinginan kamu, selama itu masih dalam batasannya."

Menelan salivanya, Kirania lalu menatap Zahir yang menyugar rambut ke belakang membuat wanita itu kembali menelan salivanya yang kali ini terasa begitu lekat. "Aku nurut kok kalau kamu bilang jangan."

Oh ... Zahir membulatkan bibirnya. Yang ia tahu selama ini Kirania melakukan apapun tanpa melibatkan peran seorang suami sama sekali hingga mereka terbiasa untuk bebas berekspresi selama tak melampaui batasan ikatan pernikahan yang sudah seperti sebuah belenggu untuk keduanya.

Belenggu yang tak membuat masing-masing merasa terkekang dan menyiksa, memang. Hanya saja ... Malah terlihat rawan lantaran batasannya mulai memudar hingga Zahir seringkali dihampiri rasa takut jikalau pernikahan mereka akan berakhir karena prinsip pernikahan yang mereka terapkan sedari awal.

Bumbu CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang