11| Moderate!

34 4 6
                                    

"Ehh, Kak Dimas. Tumben ke sini" sapa Acha.

"Habis kumpul tadi sama anak camp pelatihan. Kebetulan lewat jadi mampir" jawab Dimas.

"ahh kak Dimas, mau nyamperin juga pake alasan kebetulan lewat. Rumahnya Acha kan perumahan kompleks. Mana ada sistem cuma numpang lewat doang" Acha membatin.

"Oh kumpul sama anak camp ya. Acha kangen juga kumpul sama anak camp sains. Tapi kalau lagi gk ada olimp mana mau mereka buang buang waktu buat kumpul. Kapan ya kumpul gabungan?"

Tidak singkron. Padahal tadi dia ingin meledek kakak kelas nya ini. Tapi sudah terlanjur, toh strategi nya dengan cemberut di tanggapi manis oleh Dimas.

"Nanti gua saranin deh, biar bisa kumpul gabungan. Eh cha, mau makan di luar gak?" tawar Dimas.

Bukan kepalang riang hati Acha di tawarkan kesempatan emas.
Sejenak dia teringat dan tersadar. Ia harus berhenti hidup seperti alur drama melankonis yang ada di cerita cerita mellow.

Mana ada orang yang jumpa dengan tidak sengaja, lalu berharap keduanya jatuh cinta dan bahagia. Itu cuma ada di kisah klasik drama percintaan remaja dalam novel saja.

Mari melupakan si mata biru dan tatap Dimas yang ada di depan mu Acha.

"Seriusan? Mau bange–"

"Mau kemana lo ajak Acha?!"

Terputus.
Kata kata Acha harus tersangkut di tenggorokan karena langsung di potong oleh Ivan, si bang jago.

Dasar, untung tidak ikut si Avan, bang kalem. Karena jika mereka bersatu ini malah lebih gawat. Dimas bisa pulang dengan bagian tubuh yang tidak lengkap. Kalem begitu bisa jadi si raja tega, kalau sampe Acha di bawa jalan oleh si Dimas.

"Mau ajak makan" jawaban enteng keluar dari mulutnya begitu saja.

Dimas paham dengan siapa dia bicara.

Ivan, anak kelas 11 Ipa 3 yang terkenal jago karate dan jadi juara di berbagai lomba. Ahh, jangan lupakan Avan kembaran nya. Yang bukan hanya menguasai karate tapi juga orang yang selalu jadi saingan nya walau berbeda kelas. Dia sedikit bersyukur karena Avan tidak ikut sebagai peserta camp olimp matematika. Meski Dimas tahu kemampuan rata rata menghitung Avan bisa menjatuhkan nya kapan saja, tapi dia tidak mau kalah.

Baginya, selagi Avan tak terjun bergabung ke camp olimp matematika. Dia masih bisa bangga dengan kemampuan berhitung nya yang belum bisa di kalahkan anak satu camp olimp nya.

"Lo nggak lupa kan, kalau lagi ngomong sama siapa?" tanya Ivan santai tapi Acha tahu ada emosi yang tersulut disana.

"Gua tahu. Ivan, temen seangkatan gua, terkhusus abangnya Acha" jawab Dimas juga santai. Tapi dari gerak tangannya yang gelisah, Acha tahu bahwa Dimas pasti takut menghadapi abangnya yang kelewat seram ini.

Kalau begini bagaimana dia bisa punya pacar tahan lama. Dasar si arogan, tidak tahu apa bahwa Acha sekarang sedang mengumpati Ivan di dalam hati.

Mata Setajam elang milik Ivan mendelik menatap Dimas. Aduh mati sudah Acha disini.

"Ehh, Kak Dimas kayanya Acha lupa deh, kalau Acha ada tugas penting di dalam. Perginya lain kali ya kak. Bang Ivan juga sana masuk kedalem. Acha gak jadi pergi." keputusan final itu Acha ambil dengan cepat.

Ivan menatap adiknya yang sekarang sedang menunjukan tatapan memohon. Dia tahu Acha pasti tidak ingin kalau dirinya mengajar si Dimas ini.

Sadar ditata Ivan lama, Acha mengerti artinya.

"Ia, Acha masuk, kak Dimas pulangnya hati hati ya. Bye kak Dimas" kata Acha sambil melambaikan tangan dan melangkah masuk kerumah.

Sebelumnya dia menatap Ivan seolah berkata "jangan di hajar ya, awas kalau di hajar"

Acha masuk harap harap cemas. Dia ingin marah kepada Ivan. Ah salah, bukan ingin tapi sudah marah.

Di luar Ivan langsung menutup gerbang bahkan pada saat Dimas masih disana.

"Cabut lo sebelum gua cabik cabik. Jangan deketin adek gua!" suruh Ivan.

"Jangan gitu lah Van, tanya adek lo dong. Mau gk gua deketin? Lo gak bisa larang dong kalau dia aja suka" ucap Dimas dengan senyum menantang.

Ivan segera mengambil selang taman depan rumahnya dan menyemprot Dimas di luar gerbang hitam itu.

"Kali ini gua coba nurunin harga diri buat main main sama lo, karena kalau gua hajar lo, bisa bisa Acha histeris di dalam. Cabut lo!" usir Ivan.

Sungguh Sekarang aksinya tidak keren sama sekali. Tapi bagus juga bermain main dengan si tengil ini.

Dimas yang basah segera menggumpat dan meninggalkan rumah Acha.

Sial, bukan bogeman yang dia dapat malah basah kuyup. Ini sama saja seperti mendaftarkan diri menjadi orang gila. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Dia pulang basah kuyup dengan tatapan aneh orang orang.

Meski Ivan menghajar nya dengan cara tidak keren tapi ini cukup membuat martabat nya jatuh dan jangan lupa, sangat malu.

Ivan masuk ke dalam dan kaget karena ternyata Acha sudah menunggu nya di balik pintu.

"Ihhh abanggg!! Ngapain coba pake usir kak Dimas? Dia kan mau ajak Acha makan bangg! Jahat banget!" Acha marah marah dengan suara keras.

"Bisa diem gak Cha? Ngomong pelan, jangan teriak" jawab Ivan. Kali ini tidak ada nada bercanda di dalam nya.

Acha bener bener kelewatan hari ini.
Avan dan Ivan sudah melarang dia untuk dekat dengan Dimas. Tapi adik kecil satu ini tidak mematuhi nya.

"Kok abang kasar sih?" tanya Acha.

"Abang berdua udah pernah bilang sama Acha kalau Dimas bukan orang baik. Dia emang pinter Cha, tapi inget dia gak lebih pinter dari Avan. Tampang nya dia baik. Tapi kamu gak tahu kan, kalau dia itu temenan sama rangga, musuh abang. Dia mau manfaatin kamu buat kalahin abang! Di bilangin juga gk pernah nurut, isi otak kamu membangkang doang!" kali ini runtuh sudah pertahanan Ivan. Sedari tadi dia menahan agar tidak emosi.

"Terus menurut abang Acha percaya? Bang, kak Dimas itu baik. Dia temenan sama Anak camp olimp. Acha lihat sendiri. Acha tahu mungkin abang gk bisa terima kalau sekarang Acha lagi deket sama orang lain. Acha tahu abang sayang banget sama Acha, tapi jangan gini bang. Kak Dimas baik banget ke Acha" Acha menangis.

Ivan tidak tega melihat nya. Jadi dia mengambil nafas dalam dan mulai mencoba bicara baik dengan Acha.

"Cha, abang gak bermaksud—"

"Udah ya bang, Acha mau ke kamar. Acha capek. Satu pun gak ada yang berhasil hari ini" ucap Acha lesu dan pergi ke kamarnya.

_______________________________________

Annyeong haseo
Juni imnida:)

Jadi kalian lagi baca tulisan eonni Indonesia yang ngerasa jadi penduduk korea nih😂

Gimana part ini?
Spam comment kalau kalian suka ya, biar eonni rajin update nya😘

Thank you buat kalian yang kasih dukungan luar biasa dengan semakin bertambah nya pembaca Pegasus setiap hari nya.

Eonni bener bener pengen nemanin malam minggu kalian, jadi pulang kerja eonni langsung kebut nulis.

Spam Comment Reygel biar ingat..
Spam Comment Acha biar ingat..

Di tunggu part selanjutnya ok:)
Eh, to the next part, Boleh gk sih eonni minta vote dan comment kalian?
Boleh dong ya:) :)

Berhubung kalian juga baik, jadi eonni minta kalian buat share ke grup seru seruan kalian, ke teman sesama pembaca/author wp, atau ke grup keluarga juga boleh😂

Follow my Instagram : @juni.ngl
And follow my account wp: imjunii

See you next part..
Annyeong👋

PEGASUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang