Aku dirawat di rumah sakit sampai keesokan harinya dan mendapat ancaman dari Sing yang berkata jika aku menampakkan diri untuk bekerja hari ini, maka dia akan membakar penelitianku,itu membuatku harus meminta surat ijin kepada profesor untuk beristirahat setelah aku keluar dari rumah sakit. Begitu tubuhku mendapatkan cukup air, aku merasa sangat segar dan ceria, membuatku sadar bahwa tubuhku sudah kelelahan. Mungkin aku lupa bahwa tubuh dari orang yang hampir berusia 30 tahun lebih lemah daripada orang yang berumur 20 tahunan. Sering tidak cukup tidur akan berdampak sangat buruk.
Setelah menelepon mae untuk melaporkan bahwa aku sudah keluar dari rumah sakit, aku memutuskan untuk melakukan satu hal yang hatiku katakan, yaitu mendekati Tol dengan sepenuh hati karena Tol sudah tahu bagaimana perasaanku kepadanya. Dulu aku mengira Tol mungkin benci melihatku, tetapi sikap Tol berubah menjadi rasa takut padaku, bukan benci. Entah mana yang lebih buruk, tapi setidaknya dia masih membalas chat Facebook dariku.
"Malam ini ayo makan bersama na. Phi ingin berbicara tentang penyakit Nong." Aku menyapanya. Tol membaca pesanku dengan cepat.
"Oke krup." Anehnya kali ini dia menerima ajakanku dengan mudah.
Benar, yang akan kulakukan untuk membuat Nong Tol merasa cemas adalah dengan membawanya makan di restoran dimana Fakfaeng dan aku pernah mengajaknya. Tujuanku adalah agar Nong Tol tertarik. Aku tahu bahwa Tol ingin menemukan jawaban tentang mimpinya, mengapa itu tumpang tindih dengan kenyataan bahwa aku selalu berada di dalam mimpinya. Semakin lama ia tidak mendapatkan jawaban tentang siapa aku sebenarnya, Tol akan lebih tertarik padaku daripada Nong Mai.
Ketika mobilku parkir di depan restoran, Tol melihatku dengan tatapan yang sama seperti kemarin.
"Mengapa harus restoran ini?" Tol bertanya singkat padaku. Aku merasa bahwa sopan santun Nong Tol mulai menghilang.
"Restoran ini milik seseorang yang Phi kenal. Pizza di sini sangat lezat, terutama three cheese pizza." Aku melihat sekilas reaksi Tol dari sudut mataku, dengan senyum tipis dan kepercayaan diri bahwa Tol seharusnya mengingat menu ini dari mimpinya. "Atau jika kau tidak suka jenis makanan ini, Phi dapat membawamu ke restoran lain na."
Tol menatapku. Lihat? Ia sesungguhnya tertarik padaku.
"Aku pernah datang ke restoran ini dalam mimpiku."
Aku berpura-pura terkejut. "Benarkah? Menurut Phi, Nong Tol akan menjadi orang yang lebih abnormal dari Phi na. Seseorang yang memiliki indera keenam, bermimpi melihat masa depan seperti ini, atau deja vu." Tol sepertinya tidak senang. Kurasa aku seharusnya tidak membuat Tol merasa lebih marah dari ini. Aku khawatir tentang hatinya juga. "Jika kamu tidak keberatan maka ayo makan di restoran ini."
Tol tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia mengulurkan tangannya untuk membuka pintu mobil dan meninggalkan mobil. Aku bergegas turun dari mobil dan mengikuti Tol ke dalam restoran. Aku segera berbalik untuk memeriksa meja yang pernah kami duduki untuk makan bersama. Sayangnya hari ini meja itu telah dipesan. Tol juga melihat ke arah meja itu.
"Dua orang na krup." Seorang pelayan pria dengan senyum lebar di wajahnya mengantarkan aku dan Tol ke meja untuk dua orang, di mana aku dengan cepat berjalan di depan Tol. Tak lama, Tol berjalan mengikutiku. Ketika aku sampai meja, aku menarik kursi dan melambaikan tanganku ke arah Tol.
"Silakan duduk krup"
Tol menatapku dengan tenang lalu melihat ke kiri dan kanan. Pelayan itu tersenyum senang pada kami. Setelah beberapa saat, Tol datang mengikuti ajakanku. Tapi dia berbalik untuk duduk di kursi lain yang tidak kutarik.
Tidak apa-apa krup. Aku sudah terbiasa dengan itu krup. Aku duduk di kursi yang kutarik untuk Tol. "Kamu bisa memesan apapun yang ingin kamu makan na."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIAGE (Terjemahan Indonesia) - [END]
FantasyTriage adalah tindakan mengklasifikasikan pasien menurut tingkat prioritas (kegawatannya). Dr. Tihn mendapat kesempatan untuk menyelamatkan nyawa seorang mahasiswa (Tol) berkali-kali. Akankah Tol dapat diselamatkan pada akhirnya? ...