Beberapa hari ni aku merasa ada sesuatu yang kosong di dalam hati. Rasanya seperti ada yang hilang, tapi bukan kenangan apa lagi barang kesukaan. Aku seperti melewatkan sesuatu yang penting dihidupku.
Perhatianku teralihkan dari komputer ke jendela luar kamar. Kulihat ayah dengan Kaina semakin dekat dan begitu mesra. Ayah terlihat sangat menyukai Kaina.
Lima tahun aku menunggu ayah tersenyum seperti itu padaku, tapi sekalipun aku nggak pernah melihatnya. Justru hanya wajah yang selalu tersenyum secara paksa.
Sedangkan Kaina? Dia baru saja masuk dalam kehidupan kami tapi sudah bisa membuat ayah sebahagia itu. Sebenarnya dia pergi ke dukun mana sampai bisa memberiakan dampak sebesar itu ke ayah?
Aku ingat kemarin ayah menolak ajakanku ke gramedia, katanya ayah sibuk dan aku bisa pergi dengan Pak Mamat. Nggak hanya itu saja, ayah juga menolak untuk kuajak pergi ke taman berdua saja. Ayah justru mengatakan sesuatu yang menusuk hatiku.
Ayah bilang, mau sampai kapan aku menolak Kaina, padahal dia tulus menyayangiku. Aku hanya tertawa kecil mendengar itu lalu pergi meninggalkan ayah. Jauh di dalam hatiku, aku sudah berniat nggak akan mengajak ayah pergi lagi. Setiap kali mendengar nama wanita itu rasanya darahku langsung panas.
Kalau Kaina benar menyayangiku, dia nggak akan menjaga jarak dan menghindariku terus ‘kan? Apa itu yang disebut sayang? Mana ada sayang yang seperti itu? Bahkan anak kecil pun tahu siapa orang yang benar-benar bisa membuathya merasa nyaman, tenang dan senang.
Aku tidak lagi memandangi kemesraan ayah dan kaina.
Perutku mendadak bunyi, sepertinya pasukan cacing sudah mulai berdemo minta makan, kalau dibiarkan visa bahaya. Para cacing ini bisa membunuhku secara perlahan.
Aku berjalan ke dapur dan nggak sengaja melihat Bi Nana sedang menangis di ruang tamu. Rasa khawatir tiba-tiba menyeruak ke dalam dada sehingga membuatku segera menghampirinya. Baru saja aku hendak bertanya kenapa menangis tapi kuurung niat itu setelah melihat sebuah gambar di balik layar tablet.
Jadi, penyebab Bi Nana menangis adalah tayangan drama korea. Kisah sepasang kekasih yang terpisah karena si laki-laki mau mengikuti WAMIL.
“Ya Allah Bi Nana, aku kira nangis nonton apa, nggak taunya nonton drakor.”
Bi Nana menghapus air matanya dengan tisu, dia menoleh kearahku dan mengatakan kalau laki-laki yang ada di layar laptop itu sangat tampan.
Ya Tuhan, aku yang masih muda saja nggak terlalu suka korea. Karena menurutku mereka itu aneh. Badannya putih, tinggi, kurus, tapi kenapa banyak yang suka sama cowok-cowok di sana? Memangnya cowok lokal nggak semenarik mereka, ya?“Bi, nontonnya udahan dong,” ujarku.
“Emang kenapa, Mbak?”
Aku mengusap-usap perutku, isyarat kalau sedang lapar dan butuh asupan nutrisi. Karena berpura-pura bahagia juga butuh tenaga ekstra, apalagi membuat orang lain bahagia.
Tanpa meminta dua kali, Bi Nana langsung ke dapur dan membuatkan makanan untukku.
Aku mengintip judul sereal drama tontonan Bi Nana, hatiku sama sekali nggak minat untuk menontonnya. Baru melihat judulnya saja aku bisa masuk angin. Soalnya nggak ngerti artinya.
Aku bejalan kecil menuju sofa dan duduk di sana sambil memainkan ponsel. Tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk dari nomor yang nggak kukenal. Awalnya aku nggak memedulikan karena dia nggak menyebutkan namanya tapi ada pesan masuk berikutnya dari nomor barusan, isi pesannya menyebutkan nama, yaitu Fattah.
Aku bergeming dari mana Fattah mendapatkan nomor ponselku, seingatku waktu pertemuan di puncak yang nggak disangka kemarin, kami nggak saling tukar nomor ponsel.

KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE TO LOVE YOU
HumorMeisya berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan Kaina bahagia. Gadis berusia 16 tahun itu tidak pernah berhenti menciptakan kerusuhan yang membuat ibu barunya berang. "Heh, Kain Pel! Lo nggak laku ya, sampai harus menikah sama duda?" Ka...