Dua N

25 1 0
                                    

Tampak olehku senyumnya yang selalu memberi lain cerita. Bukan orang baru, bukan cerita baru. Tetapi, rahasia baru.

Duduk termenung di dalam keramaian seperti ini, serasa menjadi arca batu di tengah kerumunan wisata dari segala penjuru. Tak ada yang sedang aku fikirkan, tak ada yang sedang aku imajinasikan. Hanya aku sedang dibuai oleh satu sosok di depan sana, benar-benar dibuai.

Sesekali aku toleh ke belakang, ke kanan, ke kiri dan balik lagi ke depan. Pada sosok itu lagi, lagi, dan lagi. Dia seakan sudah menjadi PR dari intuisiku, bahwa aku harus memperhatikannya. Itu saja, tidak lebih dan mungkin kurang sedikit.

Hei, dia pergi dari depan sana. Mataku yang belum menyelesaikan PRnya, sontak mengikutinya hingga tertelan daun pintu yang dilewatinya. PRku sedang tidak bisa aku jangkau, saatnya aku bermain dengan dua benda di pangkuanku. Kurang lebih begini hasil permainanku:

Namaku Bunga, orang-orang memanggilku Una. Sudah sedikit dikurangi lagi, jadi semakin memperluas arti. Aku orang yang super sibuk, orang lain rebahan sambil hp-nan. Aku rebahan, hp-nan, membayangkan dan meningkatkan kehaluan. Ya, terlalu sulit untuk dipahami, bukan? Singkatnya aku seorang penulis, yang selalu punya pandangan berlainan diberbagai kalangan.

Untuk recehan kali ini, aku tak akan menggunakan bahasa dewa, raja, dan lain sebagainya. Karena yang ingin aku utarakan bukan tentang dia dan endingnya, tapi tentang aku dan namanya, hanya namanya.

Menarik, asik, unik. Tiga kata yang menggambarkan perwujudannya sebagai pria muda, berdarah Jawa dan pengagum novelis yang bersejarah dalam dunia. Aku tidak perlu menyebutkan namanya di barisan kalimat ini, mungkin beberapa baris lagi akan ada gambaran siapa aku harus menamainya.

Kita mulai dari awal mula aku mengenalnya. Saat itu, aku sedang mengikuti sebuah kegiatan organisasi ekstra di kampus yang mau menampung manusia seperti aku. Di tengah kantuk yang melanda dengan hebatnya, dia si tokoh utama dalam aksara sederhana ini datang tiba-tiba.

Sekali, dua kali mungkin aku tak memperhatikannya. Hanya suaranya saja yang sampai pada gendang telinga, aku sedikit tidur dengan kesadaran yang masih terjaga. Suaranya diakhir kalimat panjangnya yang membuatku benar-benar terjaga, bukan takjub hanya terkejut saja. Dan suara manusia di sebelah utaraku yang membuat semua ini menjadi berlarut.

"Heh, dia itu sebenarnya dagelan orangnya."

Aku tak menyahutnya, aku masih malas bicara. Aku juga tak ingin tahu bagaimana ceritanya orang disampingku ini bisa mengenal sosok yang di depan sana. Namun, semua berubah tiba-tiba saat aku mendengar inisial namanya. Dan tak perlu aku sebutkan juga.

"Itu namanya? Bagaimana ceritanya hanya dua huruf saja?" Tanyaku sedikit penasaran.

Rasa penasaranku bukan semakin surut kala aku mengetahui nama panjangnya. Pasti ada sejarahnya dibalik namanya yang hanya dipanggil inisial saja. Baik, bukan Bunga namanya jika tak mengulas hingga ke akar-akarnya.

Singkat cerita, acara organisasi itu selesai. Aku pulang dengan membawa misi rahasia. Semua harus terpecahkan secepatnya. Lupakan dengan misi rahasia, aku harus mengisi perutku yang kosong melompong sejak 3 hari kemarin. Bukan sejenis diet atau cara menguruskan badan lainnya, hanya aku tidak terbiasa makan seperti yang sekawananku makan selama acara disana.

***

Malam tiba dan jiwa raga yang lelah ini juga belum ada tanda-tanda untuk mengajak berdamai dengan alam mimpi yang sudah di depan mata. Aku memutuskan untuk menyalakan ponsel, betapa dia aku abaikan dalam beberapa hari ini.

Geser, geser, geser, akhirnya aku menemukan apa yang hendak aku lakukan. Mengirim pesan singkat untuk dia, manusia modern yang membuatku penasaran bagaimana sejarah dibalik inisial namanya. Pesan terkirim dan aku harus menunggu 30 menit untuk mendapatkan balasannya.

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang