Lagi, kudapati dia yang terus mengamatiku dari kejauhan. Kali ini adalah kesempatan terakhirnya bisa mengamatiku, langkah kakiku, bahkan berapa kali aku menghisap batang rokokku. Jika dilihat dari bola mata dan bentuk wajahnya, sepertinya dia berasal dari negeri sakit, sebuah negeri yang bagiku adalah pisau dan garam.
Sekitar tiga hisapan lagi, rokokku habis. Tak lebih dari lima puluh kepulan asap yang aku biarkan keluar dari mulut dan hidungku hari ini. Orang itu tak juga nampak ingin beranjak dari tempatnya atau bahkan menghampiriku dan memperkenalkan namanya.
Tepat aku membuang putung rokok yang tinggal setengah centi itu, ekor mataku menangkap ada pergerakan dari sebrang sana. Sepertinya orang itu bisa membaca pikiranku, dia berjalan kearahku. Pura-pura tidak tau akan lebih mempermudah mengetahui maksud dan tujuannya.
"Buona notte," ucapnya dengan sedikit membungkuk.
"Italia-mu tak merubah apapun darimana kamu berasal."
"Sudah kuduga Anda berkewarganegaraan sama dengan saya."
"Maksudmu Indonesia? Kamu salah, aku tidak berasal dari negeri sakit itu." Orang ini nampak bingung dengan ucapanku.
"Negeri sakit?"
Kunyalakan rokokku, menghisapnya dalam dan mengepulkan asapnya yang membentuk jembatan abstrak yang kemudian hilang tak tersisa. "Tak mungkin tak ada maksud kau mengamatiku akhir-akhir ini, apakah kamu orang suruhan bajingan dari negeri sakit itu? Untuk mengawasiku lalu menangkap dan membunuhku?"
"Untungnya saya tidak tersinggung dengan tuduhan Anda. Perkenalkan, Lico Argadinata. Saya seorang Penulis dan untuk menjawab tuduhan Anda, profesi saya yang melatarbelakanginya. Anda menarik untuk saya tulis."
"Bahasamu terlalu formal, kau sedang berbicara dengan jalang, manusia tak berpendidikan dan benci segala hal yang berhubungan dengan pendidikan."
Biar aku bicara segalanya, biar dia menuliskannya, membuat hidupku dan seisinya bahkan bau busuknya dicium banyak orang. Aku tak peduli. Catat semua yang keluar dari mulutku, penulis.
"Maaf, boleh aku tau namamu?"
"Namaku Alice, mendiang Ibuku memanggilku Lisa. Aku adalah putrinya yang pertama dan terakhir, sekarang aku bukan putri lagi. Aku jalang, tak hanya dua atau tiga laki-laki yang mencicipi tubuhku dan ini berawal dari bajingan yang begitu dicintai oleh Ibuku. Itukan yang ingin kamu tau? Sungguh akan sangat menarik jika kau tulis dengan bahasamu."
Tak kunjung aku dengar suaranya yang berat, hanya helaan nafas entah kaget atau kecewa karena calon wayang dalam tulisannya sangatlah menjijikkan, kotor dan akan menjadi noda di hati para pembacanya. Dia dari negeri sakit, dia berhak tau bahwa negeri itu menyakitiku, seluruh isinya mengotoriku, membuangku.
"Maafkan aku jika kehadiranku sebagai orang Indonesia membuat lukamu yang mungkin masih menganga kembali terbuka, pertemuan malam ini sepertinya disudahi saja. Dimana rumahmu? Biar aku antar."
Sudah kuduga dia jijik berlama-lama denganku, "mulai besok tak usah lagi kau amati aku, aku bukan obyek yang pantas diamati. Cari tokoh lain yang lebih menarik pembacamu, ohya jikalau kau pulang ke negeri sakit itu, sampaikan salamku bahwa aku hanya mencintai tanah kuburan yang menyimpan jasad ibuku, tak ada yang lain."
"Dimana rumahmu? Biar aku antar pulang, barangkali kau sedang mabuk malam ini."
Tawaku pecah mendengar kalimatnya yang mengandung ketidakpercayaan terhadap ucapanku, "aku tidak mabuk, aku sadar dan akan tetap sadar. Kau tak lihat penampilanku? Tak lihat berapa putung rokok di depanku? Pulanglah, aku bisa pulang sendiri."
Pria itu benar-benar beranjak dari duduknya, tampak dia memang tidak nyaman bertemu jalang sepertiku. Tawarannya untuk mengantarku pulang, barangkali sudah dia ketahui bahwa aku tak akan menerimanya. Mungkin baru kali ini dia bertemu wanita yang mengaku secara terang-terangan bahwa dirinya memang jalang, wanita murahan, rongsokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Short StoryCover by@ritawhy26 Ini bukan cerita novel tapi kumpulan dari berbagai kisah nyata inspiratif yang pernah Penulis temui. Cerita-cerita yang Penulis muat disini sudah mendapat izin dari tokoh-tokohnya, nama dan tempat disamarkan. Ada beberapa juga yan...