NPS || 9

49 13 3
                                    

"Van, lo balik sama siapa?" tanya Revan.

"Hoam, gue balik sama Vano" jawab Vani dengan nada orang mengantuk.

"Gue mau bawa Ana pulang, titipan Ryan"

"Iye, bawa aja, udah jam 2 ini, kasian dia, gue juga mau balik"

Ana sudah tertidur pulas di sofa rumah Tari, ada beberapa orang yang juga masih berada disini.

Revan harus mengantar pulang Ana, bisa bisa kena begom Ryan, kalau tidak menjalankan tugasnya.

Revan menggendong Ana ala bridal style menuju mobilnya.

Baru saja Revan meminta suruhannya untuk mengganti motornya dengan membawa mobilnya.

Dibaringkannya Ana di jok samping pengemudi, Ana tidak terusik sedikitpun, beginilah Ana, posisi tidurnya bisa tidak berubah sampai pagi.

Diperjalanan Revan lupa, ia lupa menanyakan alamat rumah Ana, berkali-kali ia menghubungi Ryan namun tidak ada jawaban, bagitu juga dengan Vani dan Tari, jangankan rumah Ana, rumah Ryan saja ia tidak tau.

Revan memutuskan untuk membawa Ana kerumahnya paginya ia akan membawa Ana kerumahnya.

"Evan, kamu kok baru pulang nak? Ini siapa?" tanya mama Revan.

"Evan dari rumah temen ma, perayaan ulang tahun, ini sahabatnya temen Evan, ntah pacar ntah sahabat deh, Evan gatau"

"Loh loh loh, jadi kamu bawa pacar temen kamu kerumah? kenapa?"

"Tadi dia nitip, nyuru Evan anter dia pulang, tapi Evan lupa nanya rumahnya dimana"

"Yaampun..sini sini bawa ke kamar tamu, abis itu kamu cuci muka, kaki, tangan, trus tidur"

Revan membaringkan tubuh Ana di kasar, ditatapnya Ana begitu dalam, sekitar satu menit Revan baru tersadar dari lamunannya yang menatap tidur Ana.

"Gue udah tau resikonya gue bawa lo kesini, tapi no problem, yang penting lo nyaman tidur disini" ucap Revan dan meninggalkan kamar itu.

Suara cicitan burung dan berkokoknya beberapa ayam cukup mengusik tidur nyenyak Ana.

"Hoamm" Ana terduduk sambil menguap, mengucek mata sebelum kesadarannya terkumpul sempurna.

Ana membelalakkan mata kala ia menyadari sesuatu, dimana dirinya? Ana melihat pakaiannya yang masih utuh dan tidak terbalik.

"Anjir! Gue dimana?!!" Ana keluar dari kamar dan berlari keluar.

"Tante tante, ini rumah siapa? Ana diculik ya tante? Tante hikss.."

"Heh cantik, jangan nangis, nama kamu Ana? Ini rumahnya Revan"

"Revan?" tanya Ana yang menghientikan tangisnya.

"Iya ini rumah Revan, katanya, temen Revan nitipin kamu ke dia"

"Ooh Inget tante, tapi kok Ana malah di bawa kerumah Revan siih, kan Ana punya rumah sendiri"

"Gue gatau rumah lo dimana, Ryan gk ngasih tau gue" ucap Revan yang tiba-tiba berada di belakang Ana.

Mendengar itu Ana hanya meng-angguk anggukkan kepalanya.

"Ayok gue anter pulang" ujur Revan.

"Evan,bjangan dulu dong, Ana kan belum makan" ucap sang mama.

"Betul tuh kata mama kamu"

"Cepet, jangan lama, gue gak mau terjadi masalah disini"

Tak lama setelah Revan mengatakam itu, dari arah depan terdengar jeritan seseorang.

"REVAN! KLUAR LO!"

Bughh. . .
Satu begoman mendarat di perut Revan

"Woe! dengerin dulu, jangan asal main tangan aja lo! " seru Revan.

Dan Bughh. . .
Revan pun Ikut melayangkan tangan kanannya tepat di perut Ryan.

Sudah ia guda, akan terjadi masalah pagi ini, tapi tidak masalah, dirinya sendiri juga mengatakan no problem semalam.

"Heeeh kalian, ada apa ini?" tanya mama Revan dengan nada kawatir.

Mereka berdua hanya diam, tak niat untuk menjawab pertanyaan wanita paruhbaya itu.

Saat melihat Ana keluar dari arah dapur, Ryan menyusulnya dan menariknya keluar rumah itu.

Mendudukkan Ana dalam mobil di jok depan samping pengemudi, dan saat itu juga Ryan masuk mobil dan malajukan mobil silvernya.

"Iyan lo apa-apaan sih? cowo emang gitu ya, bukannya diselesaiin baik baik, malah main tabok tonjok aja"

"Diem lo!"

Dibentak seperti itu membuat Ana ingin manangis ditempat, mana pernah Ryan membentaknya seperti ini.

Kesalahan apa yang Ana buat sampai sampai Ryan membentaknya?

"Ngapain lo diem? ngomong!" ucap Ryan pula, entah apa maksutnya seperti itu.

"Revan bawa gue kerumahnya karna dia gatau rumah gue, dan lo gak ngasih tau ke dia alamat rumah gue, dan lo gak bisa dihubungin, kemana lo semalem? Gak biasanya lo ninggalin gue sendirian?!"

"Itu karna lo udah dewasa, lo udah bisa jaga diri lo sendiri, biar gak terus-terussan ngerepotin gue"

"Oh! jadi slama ini gue ngerepotin elo? Bilang! turunin gue disini!"

Entah setan apa yang merasuki Ryan pagi ini, hingga dia melontarkan kata-kata yang begitu menyakitkan pada Ana.

"Gak Na, gue gk bermaksut buat ngomong gitu"

"Berhenti atau gue loncat?!"

Demi apapun, ini adalah pilihan tersulit untuk Ryan, namun ia harus tetap menurunkan Ana dari mobilnya.

"Nuha, mending lo dengerin gue dulu! " ucap Ryan.

Namun Ana tetap berlari menyebrangi jalan dengan isakan tangis nya.

"Nuhaa! AWASS!!!! "

BRAAKK!!
Kejadian itu seperti boomerang dimata Ryan.

Tubuh Ana terpental dan menghantam sebuah bis besar.

Darah mengalir deras dari kepalanya, membuat orang-orang disekitar nya menjerit ngeri.

"Nuha, bangun!" ucap Ryan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tolong bantu saya"

Malam itu dan hari ini, adalah malam dan hari terburuk yang pernah Ryan lewati.

Demi apapun, ucapannya pada Ana tadi diluar kesadarannya.

Andai saja ia tak membentak Ana, dan mengatakan ucapan menyakitkan itu, mungkin ini tidak akan terjadi.

Andai ia tidak terlalu lelah malam itu, mungkin ini tidak akan terjadi.

Andai malam itu Ana tidak pergi, mungkin ini tidak akan terjadi.

Andai Ryan tidak menjemput Ana, mungkin ini tidak akan terjadi.

Untuk saat ini, jangan banyak berandai, di dunia ini yang tidak dapat diulang adalah waktu.

Yang hanya dan yang harus Ryan lakukan saat ini adalah berdo'a, berdo'a untuk keselamatan Ana.

Entah bagaimana harinya-harinya jika terjadi sesuatu pada Ana karna dirinya.

Jangan, jangan sampai terjadi sesuatu pada Ana.

🌻🌻🌻

Seorang lelaki yang menatap seorang wanita selama satu menit tanpa mengalihkan pandangannya, maka ia sebenarnya menyimpan perasaan pada waktu itu.

Hallo! Kenalin, ini cerita baru aku, iya anggap saja baru><
.
.
Sebelumnya maaf kalau ada banyak kesalahan atau typo, kalian boleh bantu tandai ya:)
.
.
Babayy kalian:))

Vianka Rahma Febrianti
Muara Bungo 15-11-2020
Pukul:23:11


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nuhana || Pusing SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang