2

259 39 3
                                    

"Makasih..." lesu Violetha turun dari motor Levi.

"Masih sakit?"

"Iya... sakit bangettt..." aduh Violetha masih kesal dengan kejadian tadi malam.

Abis dijadiin tameng biar engga kecipratan air oleh Dika. Dika masih kukuh nyuruh Violetha yang bocengin dia.

Violetha udah gondok banget selama perjalanan mana kedinginan pula. Jadi dengan sengaja Violetha nabrakin motornya ke trotoar. Berakhir dengan ketiganya lecet lecet. Iya tiga, sama motornya juga.

"Yaudah kita balik aja."

"Engga bisa."

"Lagian--"

"Udah lah jangan bahas masalah kemaren. Males banget gw."

"Ya udah sana masuk."

"Lu pergi dulu."

"Lu aja yang masuk dulu."

"Engga mau. Lu pergi dulu sana."

"Lu--"

"Levi!!"

Ini bukan drama cewek yang dianterin cowoknya buat kuliah terus saling nunggu buat pergi duluan. Ini itu tentang Violetha yang engga mau Levino yang ganteng ini digodain cewek FEB yang seabrek itu.

Bukan cemburu. Violetha ini tau Levi takut cewek. Makanya Violetha selalu nunggu Levi pergi dulu kalo nganterin dia. Violetha akan pasang tampang paling nyeremin buat para cewek yang akan menggoda Levi.

.

.

.

.

"Bareng Keano!?" kaget Joya melihat Dika keluar dari mobil Keano.

"Berisik!" respon Dika berjalan melewati Joya begitu saja.

"Heh? Itu tadi--"

"Iya."

"Hah?"

"Ck... Dah sana lu!" usir Dika karena Joya yang mengikutinya.

"Beneran Sen--"

"Iya, Joya. Itu dia."

"Wah gila! Gila! Gila! Berarti lu tadi abis jadi obat nyamuk sambil nelen pil pahit dong!?!" heboh Joya.

"Ck.... Dah sana--"

"Iya. Ini juga mau pergi. Gw takut kegores. Karena ada yang retak tapi bukan kaca." kata Joya memasang tampang yang menurut Dika sangat menyebalkan.

Dika sudah akan mengeplak gadis itu sebelum sebelum Joya berlari menghindar.






"Apa lagi?!" emosi Dika melihat Joya kembali kehadapannya.

"Betewe, Dik. Segitu ancur daleman lu sampe tembus keluar?"

"Hah?"

"Yang luka hati lu kan? Kenapa jidat plasteran terus memar memar dan jalan lu pincang gitu?"

.

.

.

.

"Loh? Kok udah pulang, Ren?"

"Guru guru pada rapat, bun." jawab Rendi sambil menyalimi tangan bundanya.

"Bareng siapa tadi?" tanya sang bunda yang tidak mendengar suara motor Haekal yang biasa mengantar Rendi.

"Naik bis."

EY-ouh!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang