Kejang Kejang

656 95 15
                                    

Di ruang ICU..

Teresa sedang duduk di kursi samping ranjang yang di tempati oleh seorang pemuda tampan yang sedang koma. Jason. Teresa duduk sejak lima menti yang lalu. Tadi sore Teresa memang sempat pingsan, dan kini ia berniat untuk selalu menunggu dan menjaga Jason yang sedang terbaring koma. Teresa terdiam memandang tubuh tegap Jason yang terbaring lemah terpejam di ranjang. Alat-alat bantu medis banyak terpasang di tangannya. Selang infus dan juga selang aliran darah terpasang rapih di tangan pemuda yang Teresa cintai itu. Pendarahan yang di alami Jason membuatnya membutuhkan transfusi darah untungnya rumah sakit ini banyak stok darahnya.

Teresa dapat melihat dengan jelas bahwa kepala Jason di balut oleh perban yang menutup luka operasinya. Luka di kepala itu masih rawan, dan perban-perban itu membalut kepalanya dengan rapih.

"Hai. Je." Sapa Teresa tersenyum ramah.

Teresa memberikan kecupan kecil di pipi Jason.
"Sayang, kalau kamu sadar aku janji bakalan jadi istri yang baik buat kamu, masakin makanan kesukaan kamu tiap hari. Kamu pernah bilang kalau kamu mau masakin aku dan anak-anak kita makan spesial, kamu ingat kan?"

Begitulah Teresa tiap hari ia selalu berceloteh pada Jason tentang kesehariannya. Walaupun tidak ada balasan dari Jason.

Seroang wanita paruh baya tersemyum melihat Teresa yang sedang mengusap wajah Jason ia juga sempat mendengar perkataan gadis itu. Teresa tidak pernah terlihat lelah ataupun mengeluh menunggu sang suami sadar dari tidur panjangnya. Jason memang tidak salah memilih Teresa sebagai istrinya.

"Bangunlah, sayang! Aku merindukan senyummu, merindukan kemarahanmu, merindukan perhatianmu. Aku sangat sangat sangat mencintaimu."

Teresa mendesah. "Kamu berbeda dari semua pria yang pernah aku kenal. Selain ganteng, kamu memiliki daya tarik luar biasa. Aku gak akan mungkin bisa berpaling begitu saja ke orang lain sayang. Aku pengen terus menjadi satu-satunya untuk kamu, bukan salah satunya."

"Jawab aku, Jason! Jangan hanya diam. Mungkin kau terlihat sedang tertidur, tapi aku percaya bawa kau mendengarkanku di alam bawah sadar."

Dan tiba-tiba, entah gejolak dari mana tubuh Jason langsung kejang-kejang.

"Je." Ucap Teresa panik

"Je, kamu kenapa sayang?"  Teresa memegang tangan Jason

Dan Teresa pun langsung memencet tombol bel.
"Suster, Cepat ke ruangan ICU suami saya Kejang-kejang." Ucap Teresa lalu mematikan bel tersebut lagi

"Sayang bertahan oke." Ucap Teresa

Beberapa suster berlarian ke arah ruangan dimana seorang pasien tengah mengalami kejang-kejang.

Suster yang sampai di ruangan Jason pun langsung mengontrol lewat  layar monitor.

"Penurunan pada detak jantung." Ucap sang suster tersebut

"Sus, panggilkan dokter."

"Baik."

"Sus, suami saya kenapa?" Tanya Teresa khawatir

"Maaf Bu, silahkan tunggu di luar ya." Ucap sang suster

"Tapi saya mau melihat keadaan suami saya." Ucap Teresa

"Maaf Bu tidak bisa." Ucap sang suster

Aleta pun masuk ke dalam ruangan papahnya dan langsung memeluk sang ibu.

"Mah, kita keluar dulu ya. Kita serahkan ini semua sama dokter dan suster ya. Leta yakin papa tidak akan kenapa-kenapa." Ucap Leta lalu membawa mamanya keluar dari ruangan

Dan tidak lama, dokter pun datang.

"Ada apa ini sus?" Tanya sang dokter

"Dokter Riski, pasien mengalami penurunan pada detak jantungnya."

"Sus, alat pembantu jantung." Ucap sang dokter

"Baik dok." Suster mengambil alat detak jantung tersebut lalu mengarahkan pada dada Jason dan langsung menggunakannya.

Teresa yang melihat itupun lagi-lagi menangis.

"Sayang! Hiksss!" Tangis Teresa kembali pecah dalam pelukan ketiga anaknya.

"Ya Tuhan, selamatkan papah. Leta cuma pengen papa sembuh aja biar Mama gak sedih." Gumam Leta

15 menit kemudian dokter pun keluar.

"Dok, gimana keadaan suami saya?" Tanya Teresa

"Pak Jason tidak apa-apa dan beliau sudah melewati masa kejang-kejangnya. Keadaannya sudah mulai membaik. Tetapi, pasien jangan di ganggu dulu ya." Ucap sang dokter

Teresa melihat lewat jendela kecil, di sana dia bisa melihat Jason yang masih tertidur pulas tanpa membuka matanya sama sekali.

"Sayang kamu bikin aku khawatir. Kamu tau gak, semenjak kamu sakit aku gak punya orang yang tiap hari marahin aku kalau aku salah, aku kangen pada saat kamu menggoda aku."

Teresa hanya berbicara dalam hening. Tapi Teresa tidak menyadari bahwa air mata Jason  itu mengalir meski mata ia tertutup.

"Kamu cepat bangun yah, kamu harus melewati masa koma kamu, sekali lagi aku minta maaf sayang, aku benci sama diri aku sendiri karena udah bikin kamu begini."

Teresa tidak menyadari bahwa jauh di alam bawah sadar pria itu, berteriak keras namun tak ada yang bisa mendengar suaranya. Air mata Jason mengalir meski mata itu masih tertutup.

"Kamu salah sayang, aku yang salah aku salah karena udah buat kamu cemburu, aku salah karena aku udah Mengatakan hal yang tak pantas suami katakan pada sang istri! Aku rindu kamu rindu anak-anak kita, rindu kalian. Aku pengen sadar dan memeluk kalian seperti yang kita lakukan pada tiap harinya!!" Ucap Jason yang berada di dalam ruangan itu melihat ke arah Teresa dan melihat ke arah tubuhnya sendiri yang terbaring lemah.

"Kapan kau bisa bangun!!! Aku tidak mau membuat Keluargaku khawatir! Bangunlah! Dasar lemah!"

Tidak akan ada yang bisa mendengar suara Jason bahkan dengan teriakannya pun.

Sedangkan di sisi lain Teresa masih menangis.

"Udah malam mah, kita pulang yuk, udah 3 Hari mama disini temenin papah tanpa istirahat." Ucap Nathan

"Mama mau disini. Nunggu papa kalian bangun." Ucap Teresa yang masih kekeh

"Kalau mama sakit, papah pasti sedih. Pulang ya mah, istirahat dulu." Ucap Nathan lagi

"Mah, Nicholas dan Oma bakalan jagain papah disini. Mama jangan khawatir ya." Ucap Nicholas lalu mengisyaratkan Leta dan juga Nathan untuk membawa sang ibu pulang.

Author POV

Jason masih belum sadarkan diri, tapi Nicholas dan Mamanya masih setia menunggu Papanya di luar ruangan. Menunggunya sadar dan melihatnya untuk segera sembuh.

"Pah, ayo bangun." Lirih Nicholas memandang papahnya dari kaca kecil itu

"Sabar sayang, Papa pasti bangun." Ucap Omanya memegang bahu Nicholas

"Oma, Oma cape ya?" Tanya Nicholas

Omanya hanya tersenyum.

"Oma kalau cape pulang aja gak papa, Biar Nicholas yang jaga papah disini." Ucap Nicholas

~~~~

Segitu dulu ya 😊
Jangan lupa vote dan komennya,

TBC.

Btw, Nyambung gak gais Ceritanya? Stuck parah and ngebet pengen di selesai-in.

Oh iya, Author mau tanya nih!
Kalian lebih milih Author up setiap hari dengan panjang cerita yang sama, atau up 2 hari sekali dengan cerita yang lebih sedikit?

Jawab ya!!

Sampai bertemu di next Part.

CATATAN JASON 2 {TAHAP REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang