8-Musuh Sejati

21 9 11
                                    

"Gue....mau bilang...." ujar Kevin.

Pria itu mendengus, mata tajam tesorot ke Julia. Gadis jutek hanya melihatnya dengan kebingungan hakiki. "Mau berjabat?" tawar Julia mengulurkan tangannya.

Kevin melirik ke arah tangan Julia. "Untuk?" heran Kevin.

Julia tersenyum tulus sembari percaya diri. "Kita damai...." lirih Julia.

Kevin menatap heran dan tersenyum tetapi sinis. Lalu menepak punggung tangannya. Gadis itu tidak menyangka dengan reaksinya. "Justru gue tetap gak suka dengan tingkah laku lo." ujar Kevin.

"Ma...maksudnya? Gajelas." ketus Julia.

Kevin menunjuk ke arah Julia. "Lo tetap musuh gue." ujar Kevin mencari ribut.

"Hahh...?" bingung Julia.

"Lo tetap musuh. Musuh sejati." ujar Kevin langsung pergi begitu saja meninggalkan Julia.

"Nyari ribut." gumam Julia, tertawa sinis bagaikan psikopat menantang.

.......

Kevin berjalan santai menuju kelasnya. Walaupun ia di kelilingi oleh murid yang mencibir dan menyinyir gak jelas tentangnya. Bagi Kevin hujatan itu adalah sebuah pujian yang tidak di ungkapkan secara langsung.

Pria ini menghadapinya dengan kepala dingin, walaupun sering cari ribut. Bersenandung dalam hatinya,

Hancurkan,

Tinggalkan,

Hadapi,

Jangan takut dunia ini fana.....

Karena ku selow,

Sungguh selow,

Tetap selow,

Sangat selow,

Santai....santai.....

Lirik lagu tercampur aduk, irama tidak menyesuaikan seperti cinta tidak menyesuaikan dengan harapan.

"Kev." sahut Fahrizal berada di depan pintu kelas.

"Apa?" tanya Kevin.

"Di koridor ada apa si ramai-ramai?" kepo Fahrizal.

"Mana gue tahu, tanya saja ke Julia." malas Kevin, berjalan melewatinya.

"Najis." cibir Fahrizal.

"Untung sultan diamond kalau enggak gue sleding." gerutu Fahrizal

........

Suasana di dalam kelas begitu gaduh dan ramai, karena kemerdekaan bagi mereka harus berakhir bahagia dan sorakan menggelora entah maksud mereka apa seperti itu. Sampah berserakah satu kelas grabag-grubug bagaikan kapal pecah terombang-ambing di lautan. Kevin sangat letih untuk belajar disiplin dan menahan prisip buruk menimpanya setiap hari. Hentakan kaki dan pukulan meja dilanjutkan papan tulis.
Astagfirullah! Melelahkan sekali! Seperti meluapnya air disungai saking luapan itu menghantam semakin seram peristiwa kebanjiran melanda ibukota. Sama seperti emosinya meluap tanpa kata berhenti.

"Eh sialan lu! Bisa diam gak!" bentak Kevin suara beratnya bernada tinggi menjulang ke atas.

Suara mengerikan itu membuat mereka tegang. Beberapa dari anak-anak cowok, masih heran ternyata pria itu super galak lebih dari si killer. Muka berkeringat sembari melotot, jarang sekali Kevin bertindak tegas. Si Bar-bar adalah julukannya dari masa-masa SMP. Tak ada yang berani bertidak macam-macam apalagi teman dekatnya hanya menyinyir di belakang. Sampai ketahuan otomatis bertindak kurang biadab.

BAR BAR OR JUTEK? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang