7-Merdeka!

19 11 2
                                    

Gadis itu kembali terdampar di atas kasur yang empuk. Hari ini adalah hari paling melelahkan. Karena Ketua OSIS si Roy mas kulin samanya dengan Ketua Kelas Xl.IPA (Biologi) si Kevin bar-bar. Persamaan mereka menyepelekan tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab.

Sungguh bukan tipe yang disukai oleh Julia. Gadis imut itu menatap langit-langit atap dengan penuh keletihannya sembari memikirkan sesuatu.

"Seperti gue berada di tengah-tengah ruang,antara prinsip dengan mirip."

"Apa watak ini persis seperti papah? Atau prinsip karena keperibadian sendiri?"

.......

Matahari menyinari kesuraman hidup Julia yang penuh kehampaan,karena baginya hidup terkadang penuh kehampaan. Belum melakukan aktivitas otak mulai memanas.

Senyuman miring di pancarkan amarah gadis tersebut sembari menatap Zainal kakaknya sedang berbincang-bincang dihiasi perdebatan masalah genin/keturunan sedari-tadi.

"MAKSUD LO APA KAK?" nada tingginya kepada Zainal.

"Karena lo itu menurunkan sifat papah berwatak...." ucap Zainal berhenti berbicara karena bokapnya menatap sinis pria 19 tahun itu.

"Lanjutkan?" santai bokap mereka memasang muka serius menatap ke-dua anak-anak.

"Nah watak kamu itu seperti papah ga...lak...." ujar Zainal menada semakin rendah.

"Wajar dong! Gue kan anaknya kak! Kadang-kadang kakak dongo juga ya." ujar Julia tanpa beban.

"Masa Julia anaknya singa!?"

"Emang iya galaknya kayak singa. Awokwokwok." ejek Zainal.

"Yaudeh kalau begitu lo kayai monyet ka, karena jailnya sama kayak mereka."

Zainal sedang meneguk susu di gelas kaca,tersedak karena perkataan Julia. Zainal memukul meja makan.

"Terserah lo deh! Dah kakak mau langsung berangkat saja." ambek Zainal tiba-tiba melangkah keluar sambil menggendong tas polo bewarna coklat.

"Zainal! Kamu gak sarapan dulu?!" sahut nyokap sembari mengangkat kedua tangan yang memegang se-gelas susu setengah dari tegukkannya dan piring berisi roti bakar.

"Gak bu Zainal berangkat duluan." ucap Zainal keluar dari dalam rumah.

"Gak salim? Gak pamit? Etika mu mana Zainal?" tanya bokap berada di belakangnya meraut nahan emosi.

"Oh iya pah,mah..." ujar Zainal teringat betul ia belum pamit dan menyalimi tangan kedua orang tuanya terkecuali adiknya menolak untuk bersalaman.

"JULIA! SOPAN SAMA KAKAK MU!" tegas bokap melotot ke arah gadis tersebut.

Mau tak mau ia menerima jabatan tangan tersebut dengan membuang muka.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Mereka melihat Zainal menaiki motornya lalu menancap gas begitu saja. Tak lama, lewatlah gadis berjalan santai menuju jalan raya.

"Eum...pah,mah Julia....mau berangkat Rayna saja." ucap Julia secara tiba-tiba

"Memangnya Rayna tadi lewat?" tanya nyokapnya tidak menyadarkan hal tersebut.

"Iya barusan mah,pah aku.... mau kejar dia supaya bareng. Assalamu'alaikum..." pamit Julia menyalimi mereka.

Gadis itu mengambil tasnya di tangan nyokapnya. Setelah itu berlari mengerjar sahabat lamanya itu.

"Wa'alaikumsalam...."

BAR BAR OR JUTEK? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang