Olive melihat kearah jendela untuk memastikan diluar hujan atau tidak. Ternyata benar diluar hujan deras kini Olive menampilkan ekspresi bingung bagaimana cara ia harus pulang, bahkan sekarang sudah tengah malam dan cuaca diluar pun hujan.
"Beb yakin mau pulang jam segini? lagian diluar hujan loh." Olive langsung memutar badannya melihat kearah Bryan dengan wajah cemas.
"Hm... masalahnya beb, aku udah janji sama Ell, setelah ketemu kamu terus kesana, aku takut dia curiga."
"Ga akan, kalo kamu pandai cari alasan." Bryan memegang pundak Olive dan dibalas anggukan lemah oleh gadis itu.
"Kamu tidur disini aja dulu."Olive meletakkan ponselnya dan berjalan kearah Bryan menuju kamar.
Bryan sedikit terganggu dengan sinar matahari yang masuk kekamarnya, tangannya berusaha mencari-cari keberadaan Olive namun ia tak menemukannya.
Bryan memposisikan badannya duduk dan mengucek matanya yang masih mengantuk, ketika keadaannya sudah stabil pandangannya mulai menelusuri semua yang ada dikamarnya. Ternyata benar Olive meninggalkan sebuah note dijendela kamar Bryan dengan bertuliskan Good morning beb, kamu kebo banget sih! aku duluan kesekolahnya.
Olive pagi-pagi sekali sudah pergi dari tempat Bryan kerumahnya. Meskipun sebenarnya ia tak perlu khawatir karena Olive sudah memberitahukan kakaknya akan menginap di tempat Ell.
Biasanya Olive tak perlu membawa seragam karena Ell sudah ada dan banyak. Namun malam ini Olive menginap di rumah Bryan.
Olive membuka knop pintu dan yang benar saja pagi-pagi kakaknya sudah sarapan. Kakak Olive menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya. Olive berusaha tenang dan melewati kakaknya.
"Kok balik dek katanya nginap di tempat Ell?" Olive membalikkan badannya kearah kakaknya yang sedang mengunyah sebuah roti.
"Ehm, itu kak..eehm baju Ell kekecilan." mendengar jawaban Olive, kak Jesica terkekeh.
"Makanya diet." Olive hanya tersenyum meringis dan menganggukkan kepalanya cepat.
"Ya udah sana mandi."
Olive memarkirkan mobilnya ditempat parkiran khusus, setelah itu berjalan memasuki kelasnya. Olive menatap kearah Ell yang juga menatap kearahnya dengan tatapan berapi-api.
"Lo kemana aja sih, ga ngabarin kemaren, gue telfon lo, Bryan ga ada yang ngangkat."
"Ga ada sinyal."
"Lo pikir gue bego, ga ada sinyal?"
"Gue... ehm... langsung pulang kemaren."
"Lo kira bisa bohongin gue? gue tau ya kalo lo udah masukin ehm ke kosa kata lo itu tandanya lo boong."
"Gue serius tau."
"Awas aja lo ketahuan boongin gue!"
Ansel memeluk Ell dari belakang hal itu membuat Olive bersyukur karena Olive tidak perlu melanjutkan skenario kebohongannya lagi. Olive tersenyum ke arah Ell.
"Apa lo senyum-senyum beruntung lo ya." Ell langsung menghadap ke Ansel dan Olive merasa lega, jika Ell sampai tahu ia akan marah besar biarlah itu menjadi rahasianya dan Bryan.
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi Ell menutup bukunya. Dari arah belakang Ansel merangkulnya. Olive mengikuti mereka berdua dari belakang menuju kelas Lissa dan Lila.
uweek...
Ansel dan Ell langsung melihat kearah belakang ketika mendengar suara muntahan.
"Lo sakit?" ucap Ell langsung memegang tangan Olive dan hanya dibalas gelengan.
"Terus kenapa Lo,Hamil?" Ansel langsung melontarkan kata-kata tidak sopan.
"Kamu apaansih yo, lagian ga mungkinlah." Ell mencubit pelan lengan Ansel.
"Ya kan aku cuma becanda sayang." Ansel mengeluarkan 2 jarinya tanda berdamai.
Perjalanan ke kelas Lissa, Olive langsung berpapasan dengan Bryan. Bryan izin kepada Olive untuk latihan basket, ia mencium kening Olive. Olive melambaikan tangannya pada Bryan yang mulai menjauh.
"Ga usah didepan umum juga kali." Ansel langsung merangkul erat pinggang Ell dibalas senyum tipis Ell.
Olive, Ansel, dan Ell tiba dikelas Lissa mereka langsung duduk dimeja-meja. Lissa yang bersandar dipundak Zayn, Ansel yang merangkul Ell, kecuali Lila dan Olive pasangan mereka entah kemana.
Olive merasakan kepalanya pusing sejak tadi dan ia juga merasa mual. Olive kini berusaha menahan mualnya.
uweekk...
Pandangan teman-temannya langsung tertuju pada Olive. Wajah Olive pucat, tubuhnya berkeringat.
"Lo gapapa?" Lissa membuka suara dibalas anggukan oleh Olive namun lagi-lagi ia merasa mual.
"Aku beliin minum buat Olive ya Sa?" Lissa membalas dengan anggukan pertanyaan Zayn.
"Ga usah, gue mau pulang aja."
"Biar Zayn yang anterin." Lissa kembali membuka suara, dan menatap Zayn sekilas yang bingung.
"Gue bisa sendiri sa."
Olive berjalan tertatih kearah luar kelas. Kepalanya semakin pusing jika dibawa berjalan. Olive sedikit oleng, untung saja ada sebuah tangan yang menangkapnya.
"Aku anterin aja ya?" Olive tak bisa beralasan lagi ia hanya menganggukkan kepalanya lemah. Disisi lain Lissa menatap mereka berdua dengan perasaan cemas, ia berusaha menormalkan perasaannya sekarang.
"Sa, gue heran deh kok Olive mual-mual gitu ya?"
"Gue juga ga tau."
"Dia beneran tidur dirumahnya kemaren kan?" Ell bertanya untuk dirinya sendiri dan Lissa.
"Emang gimana kemaren?"
"Olive kemaren ketemu Bryan kebetulan hujan sebelum itu dia janji mau kerumah gue setelah ketemu Bryan."
"Ga mungkin kan Olive gitu?" ucap Lissa dibalas gelengan oleh Ell tanda yakin.
Diperjalanan menuju rumah Olive suasana cukup canggung. Dua orang yang dulunya sedekat nadi kini seperti langit dan bumi, sangat jauh. Olive memegang kepalanya yang sedikit pusing beberapa kali mencuri pandang ke arah Zayn.
"Kamu baik kan?" Olive langsung terkejut, apakah Zayn sadar?
Olive hanya membalas dengan anggukan dan kini ia memalingkan pandangannya.
"Kamu masih sama Bryan?" Olive memutar bola matanya ia sangat malas membahas topik lama kembali.
"Apa hubungannya sih sama Lo?"
"Aku perhatian Olive, kamu temen dekat aku." Zayn masih fokus menyetir.
"Sejak kapan? lo itu pacar Lissa!!!" kepala Olive kini semakin pusing, moodnya kini campur aduk.
"Aku mau kamu dapat yang terbaik." Olive menatap Zayn dengan pandangan sendu.
"Disaat lo bilang yang terbaik gue muak, dulu lo datang ngasih harapan ke gue, gue pikir lo yang terbaik, tapi apa? lo cuma kasihan sama gue, karena gue diselingkuhi, karena gue sahabat dari Lissa, iya kan?" air mata Olive tak terkontrol perasaannya dulu tak bisa bohong karena Zayn berusaha mendekatinya bahkan pura-pura mencintainya.
"Aku ga kasihan sama kamu Olive."
"Terus apa? Gue tau lo cinta sama Lissa saat itu."
Setelah beberapa perdebatan tadi yang tersisa hanya keheningan antara mereka. Setelah sampai didepan rumah Olive. Olive langsung berlari kedalam rumahnya tanpa mengucapkan terimakasih pada Zayn.
"Apa aku salah perhatian sama kamu?" Zayn hanya menatap kepergian Olive.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovesick Girls (ON GOING)
Teen FictionCinta pertama Lissa, Zayn akhirnya kembali pada nya tapi keraguan Lissa tentang bagaimana perasaan Zayn, timbul perihal ia memergoki Olive sahabatnya dan Zayn berduaan di rooftop. Awalnya semua terjadi begitu saja sesuai rencana Lissa, tiba-tiba sa...