Lissa menengadah memandang bintang-bintang yang indah di langit. Lissa sengaja menahan air matanya agar tak dilihat Zayn.
"Lissa?" Lissa memaksakan tersenyum dengan mata yang memandang Zayn sedih.
"Seandainya kamu ke Paris aku akan ikut Lissa." Zayn menatap Lissa dengan tatapan teduh dan kembali mengenggam jemari Lissa.
Lissa menggeleng memalingkan wajah dari Zayn. Air mata yang berusaha ia tahan, menetes jatuh mengalir. Lissa mengusap air matanya dengan telapak tangan dan kembali tersenyum.
"Zayn, aku ke Paris cuma buat kuliah."
"Tapi Lissa aku ga mau kita berpisah lagi." Zayn menatap Lissa persis dengan tatapan Lissa saat ini.
"Zayn... aku juga butuh waktu buat sendiri dan aku minta kamu kasih aku hak itu."
"Tapi apa alasannya Lissa, Kenapa tiba-tiba kamu buat keputusan seperti ini? bahkan hubungan kita baru saja dimulai."
"Aku cuma butuh waktu sendiri." Lissa mengenggam jemari Zayn meminta kepercayaannya.
"Zayn, aku mau pulang." Zayn hanya membalas Lissa dengan anggukan.
Sejak malam itu Lissa tak lagi menemui Zayn. Meskipun Zayn sempat berusaha untuk menemui Lissa namun ia menolaknya dengan berbagai alasan. Zayn juga beberapa kali menelepon dan mengirim pesan, setelah itu Lissa memblokir nomor Zayn.
Lissa memandang semua foto digaleri saat ia bersama dengan Zayn. Kembali membaca pesan dari Zayn. Lissa juga membuat sebuah surat yang nantinya akan ia berikan pada Zayn saat ia sudah berada di Paris.
Lissa akan menjelaskan hubungannya dengan Bryan dan bagaimana keadaan Olive sebelum ia pergi.
Lissa melangkahkan kakinya menuju rumah Zayn, disambut oleh Mama Zayn ramah.
"Ma, ada Zayn kan?"
"Zayn, ada Lissa nih." mengetuk pintu kamar Zayn.
"Ma, jangan bohongin Zayn."
"Zayn."Lissa memanggil Zayn dengan suara anggunnya.
Zayn langsung membuka pintu kamarnya, ia tersenyum bahagia kearah Lissa begitu pun dengan Lissa.
"Ada yang mau aku omongin Zayn." Zayn langsung mempersilahkan Lissa duduk.
"Aku mau bicara ditempat lain Zayn." Zayn langsung mengambil jaket dan kunci mobilnya.
Lissa memandang Zayn dengan tatapan penuh kerinduan. Ia sangat rindu tatapan teduh milik Zayn.
"Zayn, berenti kita bicara di mobil aja." Zayn langsung menepikan mobilnya.
"Lissa kamu kemana aja? aku rindu kamu."
"Aku juga Zayn." air mata Lissa menetes pelan mengenai pipinya.
"Zayn, aku minta maaf selama ini aku bohong sama kamu dan Olive, aku egois mentingin perasaan aku."
"Bohong apa Lissa?" Zayn mengusap air mata Lissa dan menatap Lissa dengan tatapan bingung.
"Aku dan Bryan pacaran saat kamu ke Paris waktu itu." Zayn mengerutkan dahinya.
"Aku buat perjanjian sama dia, aku suruh dia baik-baik in Olive supaya kamu sama Olive ga bisa sama-sama Zayn."
"Dan kamu pacaran sama Bryan?" Zayn memotong perkataan Lissa tiba-tiba, tatapan teduhnya berubah menjadi tatapan tajam.
"Kamu tau Lissa aku paling benci dengan perselingkuhan, tapi kamu melakukan itu dibelakang aku."
"Aku salah Zayn, aku pikir aku bisa miliki kamu." ucap Lissa dengan suara serak dan tatapan berkaca-kaca.
"Kamu selalu egois Lissa ga mikirin perasaan siapa-siapa."
"Olive hamil a..k"
"Kamu setega itu Lissa? kamu suruh Bryan hamilin dia?" Zayn memotong kalimat Lissa.
Lissa hanya mengangguk lagi pula percuma harus menjelaskan semuanya. Lissa akan segera pergi menjauh dari hidup Zayn.
"Zayn, kamu jaga Olive ya?" Lissa menatap Zayn dengan tatapan memohon.
"Keluar kamu dari mobil aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovesick Girls (ON GOING)
Teen FictionCinta pertama Lissa, Zayn akhirnya kembali pada nya tapi keraguan Lissa tentang bagaimana perasaan Zayn, timbul perihal ia memergoki Olive sahabatnya dan Zayn berduaan di rooftop. Awalnya semua terjadi begitu saja sesuai rencana Lissa, tiba-tiba sa...