Zayn menatap tajam kearah spion mobilnya melihat kepergian Lissa. Pikiran Zayn kini benar-benar berantakan entah siapa yang salah, Lissa atau dirinya yang tak memberi kepastian pada Lissa. Zayn menjalankan mobilnya menuju suatu tempat.
Zayn kini mempersiapkan tangannya untuk meninju wajah brengsek, Bryan. Ia memberi tatapan kemarahan pada Bryan yang sedang bermain basket dengan teman-temannya.
"Bangsat." teriak Zayn yang membuat semua orang menatap kearahnya. Zayn menyeret paksa baju Bryan menuju luar lapangan basket. Bryan hanya mengikutinya dan tersenyum licik. Zayn muak melihat senyuman brengsek itu tak selang beberapa detik ia melayangkan tinjunya mengenai hidung mancung Bryan.
Bryan menghapus darah yang mengalir dengan bajunya menatap licik kearah Zayn dan tertawa keras. "Lo maunya apa sih bangsat, Lissa atau Olive?
Zayn menatap tajam dan kembali melayangkan tinjunya kini hanya mengenai dagu Bryan. "Lo pikir mereka pilihan?"
"Lo belum puas dapetin hati Olive? atau lo mau punya dua pacar sekaligus?" Bryan kembali tersenyum licik. "Oh iya, gue hamilin Olive dan lo mau kan ngurusin dia?"
"Bangsat." Zayn melayangkan tinju nya beberapa kali mengenai wajah Bryan. Beberapa teman Bryan berlari untuk melerai mereka berdua. Zayn segera menyingkirkan tangannya dan melangkahkan kakinya menjauh dari lapangan itu.
Zayn menatap datar pada tangannya yang memerah karena berdarah. Zayn meraih ponselnya dan mengirim sebuah pesan pada Olive.
Olive, aku kerumah kamu sekarang.
Olive yang sedang menyemil snack diatas tempat tidurnya meraih ponselnya dinakas yang berbunyi. Olive mengerutkan keningnya membaca sebuah pesan, ia segera menukar bajunya dengan yang lebih longgar agar bentuk badannya yang sedikit menggendut tidak terlihat.
Olive segera menuruni anak tangga setelah mendengar bunyi pagar terbuka. Ia menatap Zayn yang kini membawa sebuah bunga dengan tatapan yang berkaca-kaca.
"Zayn, kok lo kes..." belum menyelesaikan kata-katanya Zayn menarik tangan Olive lembut menuju mobilnya. Zayn membukakan pintu mobilnya untuk Olive. Olive pun langsung masuk.
"Zayn, tangan lo kenapa?" Olive bergidik ngeri melihat tangan Zayn yang berdarah. Sedangkan Zayn hanya memberi senyuman setelah itu Olive meraih beberapa tisu dan membersihkan luka ditangan Zayn.
"Lo kalo berantem itu hati-hati." Olive berusaha menghapus darah ditangan Zayn.
"Olive maafin aku." Olive memberhentikan kegiatannya mengelap darah dan menatap Zayn heran.
"Maaf buat apa sih Zayn, seharusnya gue yang minta maaf dulu pernah ngerusakin hubungan lo sama Lissa." Zayn menggeleng dengan pernyataan Olive.
"Olive lo ga boleh ngegugurin bayi lo." Zayn menatap sedih, Olive terkejut dengan pernyataan Zayn.
"Lo tau dari mana gue hamil?"
"Itu ga penting, yang penting buat gue sekarang lo sama bayi lo."
"Zayn lo ga perlu perhatiin gue terus, lo harus sama Lissa."
"Aku janji bakal ada buat kamu dan bayi ini terus."
"Gue bisa menghadapi ini sendiri Zayn, lo ga perlu peduliin gue."
***
Lissa mengompres wajah Bryan yang berlumuran darah dengan air dingin. "Lo berantem sama siapa sih sampe babak belur gini?"
"Kalo gini, gimana mau nemenin Olive meriksa kandungan Bry."
"Beb bisa ga mikirin gue aja sedikit, Olive terus yang lo pikirin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovesick Girls (ON GOING)
Roman pour AdolescentsCinta pertama Lissa, Zayn akhirnya kembali pada nya tapi keraguan Lissa tentang bagaimana perasaan Zayn, timbul perihal ia memergoki Olive sahabatnya dan Zayn berduaan di rooftop. Awalnya semua terjadi begitu saja sesuai rencana Lissa, tiba-tiba sa...