[Chapter 38] Khawatir.

188 51 96
                                    

Ryujin pov.

Jam telah menunjukan pukul 19.17 dimana langit sudah menyembunyikan suryanya dan di ganti oleh rembulan malam.

Malam ini langit tidak menunjukan keelokannya seperti hari hari biasa, bintang bintang yang ia punya tidak di tunjukan satu butir pun untuk menunjukan keindahan.

Seolah olah galaxy milik sang maha pencipta sedang tak ingin memamerkan keindahan yang memberi rasa riang gembira bagi yang melihatnya.

Tampak polos dan hanya ada warna gelap kebiruan yang memberi rasa hampa, sunyi, dan gundah.

Aku berdiam diri di kamar setelah membereskan kamar adikku yang begitu berserakan dan kotor untuk menetralisir kejenuhan yang ada di dalam tubuhku.

Sepulang dari Cafe bersama Beomgyu, firasat burukku muncul saat mendengar suara rusuh di balik pintu rumahku.

aku segera memasuki pintu rumah lalu seketika atensiku mengarah pada Yurin yang saat itu sedang melakukan hal yang biasa ia lakukan.

Pintu kamarnya terbuka lebar, aku melihat Yurin sedang mengacak acak selimutnya di atas ranjang dengan teriakan yang kencang bersumber dari pita suaranya.

Ia berteriak dengan pergerakan tubuhnya yang seolah olah menyuruh seseorang untuk pergi.

Padahal sudah jelas tidak ada siapa siapa selain Yurin sendiri.

Lalu dengan cekatan aku berlari menghampiri Yurin dan memeluknya untuk mencegah perbuatan yang ia lakukan.

tapi nihil, Yurin memberontak dan melepaskan pelukanku dan membuat aku terjatuh.

Aku tidak menyerah, aku tetap bangkit dan menahan Yurin yang saat itu pergerakannya tidak bisa ia kendalikan.

kemudian saat Yurin sudah sedikit tenang, aku membawa Yurin untuk duduk ke ruang TV karena aku harus membereskan kamarnya agar rapih kembali.

Dan setelah selesai aku bangkit untuk berjalan ke dalam kamarku.

Duduk di bawah ranjang dan bersandar di bagian bawah lemari.

Sesekali aku juga menghapus keringat yang menetes di keningku.

Sungguh, betapa lelahnya aku didapati kejutan istimewa saat berpulang dari Cafe bersama Beomgyu.

Entah mengapa, yang saat dulu aku selalu menganggap sikap Yurin seperti ini adalah hal sepele karena efek didikan dari ayahku.

Namun saat ini berbeda, aku khawatir jika amarah Yurin dan sikapnya tidak bisa di kendalikan oleh dirinya sendiri seperti saat tadi.

"Ck!" Decakku pelan seraya menghapus keringat yang terus menetes di keningku, rasanya hawa badanku sangat panas sekali.

"Ka Ryujin" aku mendengar suara yang bervolume kecil, pintu kamarku bergerak dan memperlihatkan Yurin yang berdiri dengan kedua mata sayunya.

Aku tidak berkata apapun, aku membiarkan Yurin berjalan mendekatiku.

Lalu ia mensejajarkan wajahnya dengan wajahku, seraya berkata.

"K-ka Ryujin... marah ya sama Yurin?" Tanyanya yang membuat aku menciptakan tatapan bingung.

Aku tidak berkata apapun namun berusaha memperlihatkan senyumanku kepadanya.

"K-ka... Ryujin udah cape h-habis pergi, tapi harus beresin k-kamar Yurin"

Gadis kecilku kini menangis di hadapanku, ia menundukan kepalanya lalu aku tanggap memeluknya.

Aku mengusap pelan punggungnya dengan telapak tangan, suhu badan Yurin terasa sangat dingin saat ini berbeda dengan suhu badanku.

Padahal sepulang tadi aku merasakan suhu badannya hangat berbeda dengan saat ini.

ALIEN | YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang