Bagian 4.

435 19 0
                                    

Ketakutan Naya semakin menjadi ketika kamar dikunci dan didalamnya ada Aldo, dia lebih baik dikunci sendiri dari pada harus berdua seperti ini. Naya hanya menundukan kepala dan memeluk kakinya erat.

"Sayang..."

Suara lembut beberapa bulan ini yang sudah tidak pernah di dengar lagi kini terdengar oleh Naya. Ia sangat merindukan sosok Aldo yang penuh kelembutan.

"Jangan takut, aku minta maaf." Kata Aldo sambil menghampiri Naya.

Naya yang tak tau mesti apa hanya diem seribu bahasa. Aldo mencoba memeluk Naya agar wanita itu tidak lagi takut terhadapnya.

"Aku minta maaf, aku udah lepas kontrol, tolong maafin aku yaa."

Sungguh perempuan pasti lemah banget kalo udah dilembutin gini, apa lagi denger permintaan maaf yang tulus. Naya hanya mengangguk dan langsung membalas pelukan Aldo.

"Jangan gitu lagi, aku takut Al." Kata Naya sambil terus memeluk dalam tubuh Aldo.

"Aku gak akan gitu lagi kalo kamu nurut sama aku. Janji jangan deket cowo-cowo lagi yaa." Aldo juga semakin pempererat pelukannya, ia sangat-sangat merasa bersalah telah membuat Naya ketakutan seperti ini. Tapi ketika sedang emosi rasa bersalahnya hilang entah kemana, malah digantikan dengan bayangan dia akan kehilangan Naya jika tidak membuat perhitungan pada gadis itu.

Naya hanya mengangguk lemah, ia hanya menurut saja karna takut Aldo nantinya akan marah lagi.

***

"Tumben deh lo pake masker. Lagi ingusan?" Tanya Rei ketika selesai memesan juss dikantin.

"Iyaa lu kenapa sih? Gua liat dari pagi gak dibuka buka tuh masker gak engap emang." Kini giliran Tanisha yang bertanya.

"Gapapah ko, cuma lagi sedikit flu aja." Jawaban canggung itu pun membuat kedua sahabatnya melirik satu sama lain karna curiga.

"Masaaa? Tapi dari tadi gua gak denger suara lu bindeng atau kaya orang ingusan deh. Coba buka." Tanisha pun membuka paksa masker Naya karna penasaran.

Rei yang sedang meminum jus mangga tersedak seketika melihat wajah lebam sahabat kesayangannya.

"LO KENAPA?" Teriakan Tanisha mampu mengalihkan perhatian seluruh isi kantin. Mereka yang melihat wajah lebam Naya pun sama bertanya-tanya kenapa ia bisa sampai seperti itu.

"Bisa gak sih gak teriak, budek gua. Udah keselek jus pula" sahut Rei.

"Gapapah ko ini sha." Naya memasang lagi maskernya. Dia tidak mau banyak orang yang bertanya kenapa dengan wajahnya.

"Gapapa gimana si heh! Itu pipi ampe lebam gitu gila. Lo dipukul Aldo haa? Jujur!" Pertanyaan Tanisha membuat Naya bingung harus jawab bagaimana.

"Jujur Nay, gua gak suka yaa kalo lu nutup-nutupin sifat jelek Aldo. Karna selama ini lu selalu cerita bagus-bagusnya doang." Ucap Rei serius.

"Euumm, ditampar Aldo." Jawabnya.
"Aku cuma bela diri aja, karna kan disini gak murni semua kesalahan aku. Dan ini akibatnya kena tampar." Sambung Naya sambil menompangkan kepalanya diatas tangan dimeja.

"Wahh kurang ajar. Gila dia bisa main tangan kaya gini."
"Gua harus ngomong sama Aldo." Lanjut Tanisha sambil mengeluarkan smartphonenya.

"Jangan sha, aku takut semuanya bakalan makin rumit kalo kamj ngomong sama Aldo. Biarin aja lagian dia udah minta maaf."

"Terus lo mau maafin dan diem aja diginiin gak ada pembelaan? Gak abis pikir gua." Sahut Tanisha.

"Lu bisa kaya gt gara-gara Naufal ya?" Pertanyaan Rei akhirnya menarik para pendengar setia yang sedari tadi menguping karna kepo apa yang mereka bicarakan.

Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang