Lalu, kubukukan dirimu
Agar rindu tak semakin menggebu.
Ku baca berulang kali,
Hingga kita bertemu lagi.
Sialnya, justru tak mengobati
Rindu malah datang lebih banyak lagi.
23 Juli 2018
Sampailah perjalanan pada bagian yang paling menyenangkan. Dapat merindukan tanpa tersedu sedan, takut kehilangan. Sesaat jarak menjadi sebuah celengan rindu yang semakin membengkak. Kupecahkan. Maka segalanya tak dapat lagi terelak. Bergeming disetiap tengadah doa agar rindu bisa sampai ke dada. Jika belum juga kamu terima, maka aku akan lebih banyak mendoa.
Pilihan kedua untuk meredam rindu adalah dengan membukukan kamu. Bila rindu kembali menggebu, akan aku buka lembaran-lembaran berisi tentangmu. Kuabadikan dalam setiap helai serat pohon yang putih itu, lalu rindu akan tertanam lebih dalam lagi. Hingga waktu bergulir dan sampai pada waktu kita, maka rindu telah dipupuk dan menjadi bunga-bunga bahagia dalam temu yang dinanti oleh kita.
Pun bahagia memenuhi setiap lembar buku yang sarat akan kamu. Tak ada batas bacaan, karena membacamu adalah bagian yang tak bisa kubatasi oleh sehelai kertas tanda batas. Seolah rindu terperangkap pada setiap bait kata yang kutuliskan hingga waktu memenuhi janjinya dan kita yang mengisinya. Meski hati menolak untuk menyimpan rindu, aku mencoba lebih banyak agar hati bersabar sejenak.
Setelahnya buku itu kubaca berulang-ulang, tanpa sedikitpun rasa bosan. Kehadiranmu seolah ada hingga membuat sumringah di wajah. Berseri penuh memori, teringat kembali pada kenangan yang dilukis tanpa sengaja seperti hari ini. Pikirku, membukukanmu dan membacanya terus-menerus akan mengurangi rasa rindu. Namun aku salah, rindu semakin jelas terasa. Bolehkah aku meminta waktumu lebih dari yang seharusnya? Bukankah rindu juga harus diobati agar tak lebih parah lagi?
Petang berganti petang, malam berganti malam, pagi berganti pagi. Waktu terasa lama sekali berjalan. Memburu waktu yang sejatinya tak pergi kemanapun, hanya untuk segera menemuimu di luar stasiun. Bising kereta api hingga suara motor yang menghampiri membuat kerinduan lebih banyak lagi. Pernah kubertanya, "bolehkah kita tak usah berpisah saja? Aku ingin bersamamu agar rindu tak meradang melulu."
Satu hari tanpamu adalah hari-hari penuh sendu. Pernahkah kamu rasakan? Merengek inginkan kamu ada selalu untukku atau hanya karena rindu, segalanya diubah menjadi tentangmu. Kamu bahkan tak meminta, tapi aku selalu ingin memberi semua yang kupunya. Mungkin aku sudah gila, tapi bukankah memang begitu segala tentang cinta?
Meski aku berhasil meredam rindu dengan segala peluh, sungguh hati menjadi tempat paling mengerti. Tentang bagaimana rindu tak boleh menyatu dengan ego, atau cinta yang tak boleh kuasai waras kita. Ketahuilah, mencintaimu, aku tak pernah setengah-setengah. Seluruhnya adalah nyawa. Jika satu saja dilumpuhkan, maka mati sudah rasaku seluruhnya, tak tersisa.
--
Balut rindu dengan doa. Tadahkan rasa untuk bisa mengirimnya.
Tuhan yang punya kuasa. Kita hanya bisa berusaha.
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Akarasa
PoetryRasa itu menguat setiap waktu. Menagih segala ingin yang telah lama dibawa angin. Mempuisikan kamu setiap kali hati merasa sepi. Atau bahagia sedang menjadi-jadi. Atau pun lara yang tak sengaja mampir agar seimbang dengan bahagia. Menarik perhatianm...