"Hai Five," sapa gadis itu tersenyum manis menatap pantulan bayangannya didepan toko eletronik ayah yang akhir-akhir ini selalu tutup.
Raut wajahnya berubah, dia mengerang frustasi. Bingung dan kesal harus berlatih bersikap ramah dengan Five agar pemuda itu mau menjawab pertanyaan sekaligus memberitahukan rencananya menghentikan kiamat.
Dia tidak mungkin membantu orang lain tanpa mengetahui seluk beluk dan rencana yang sudah disiapkan.
Kakinya berjalan kesana kemari, mengigiti jempolnya jengkel. Dia kembali menatap pantulan dirinya pada kaca transparan yang berdebu.
Ujung bibirnya tertarik, "Hai Five," sapanya lagi mencoba berusaha keras agar tidak tertawa melihat wajahnya yang entah kenapa terlihat konyol begini.
Orang-orang yang berlalu lalang menatapnya aneh sebagian dari mereka bahkan menyempatkan diri untuk mempertanyakan keadaan Cessa yang dibalas pelototan tajam gadis itu.
Sekali lagi dia menghela nafas kasar, memantapkan diri lalu membuka pintu masuk kedalam. Langkahnya menggema saat menaiki tangga.
Matanya menjelajahi ruang keluarga, tak menemukan siapapun kecuali blazer dan dasi milik Five yang berserakan di sofa.
Suara berisik dari dapur, Cessa menengadah berjalan kesana melihat dua orang yang tengah sibuk melakukan kegiatannya tanpa terganggu satu sama lain.
Elliott sibuk menghias kue dan Five yang sedang mengoleskan selai kacang pada roti. Dia menengadah melihat Cessa, memutar bola mata malas dan berjalan menuju ruang keluarga, mengabaikannya.
Cessa mengulum bibir dan menarik nafas lalu menghembuskan kasar, melakukannya berulang kali.
Alis Elliott terangkat melihat putrinya yang terlihat seperti orang sesak nafas, "Kau kenapa?" tanyanya.
Dia menoleh dan meringis, "Aku akan berperang."
Perang dengan batinnya sendiri agar tidak mengumpatkan makian pada Five.
"Baiklah. Semangat," ujarnya mengangkat kepalan tangan ke udara walau tidak mengerti arti perang yang dimaksudnya.
Cessa tersenyum, ikut mengepalkan tangan mengikuti Elliott, "Semangat," serunya lalu menghembuskan nafas lagi, "Doakan aku."
"Always, sweetheart."
Saatnya berakting.
Cessa memantapkan hati dan langkahnya menuju kearah Five yang hanya memakai kemeja putih, sedang terduduk manis, menikmati roti dan kopi.
Satu.
Dua.
Action!
Ujung bibirnya tertarik membentuk senyum, "Hai Five," sapanya manis.
Yang namanya disebut menengadah, sedikit terkejut oleh sapaan Cessa. Matanya memicing, curiga, "Kepalamu habis terbentur?"
Tahan. Tahan. Cessa mengigit bibirnya keras, berusaha meredam umpatan yang hampir saja lolos dari mulutnya.
Dia lalu mendudukkan diri disamping Five, yang termundur karena terkejut, "Kau kerasukan?" tanyanya lagi dengan asumsi lebih aneh.
Tahan!
"Tidak, aku baik-baik saja," balasnya berusaha lembut lalu kembali tersenyum lebar.
Five meringis, memandangnya aneh lalu melontarkan perkataan menyakitkan dengan nada sinis, "Berhenti tersenyum. Kau menakutkan."
Anjim.
Senyum diwajah Cessa langsung luntur, berganti dengan raut tersinggung, "Jangan membuatku memakimu. Aku sedang berusaha bersikap baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐨𝐟𝐟𝐞 𝐁𝐫𝐞𝐚𝐭𝐡 - Five Hargreeves
Fanfic[HIATUS] "𝐁𝐞𝐜𝐚𝐮𝐬𝐞 𝐲𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐞𝐬𝐭 𝐬𝐮𝐫𝐩𝐫𝐢𝐬𝐞 𝐨𝐟 𝐦𝐲 𝐥𝐢𝐟𝐞." Terkadang hal yang tiba-tiba terjadi sangat menjengkelkan. Seorang remaja berseragam akademi elite jatuh dari langit mengaku punya kekuatan teleportasi yang...