Petunjuk Awal

12 3 0
                                    

Sementara dilapangan, pertandingan basket sudah selesai dan dimenangkan oleh tim Daren.

“Wei selamat bro! Keren bat lo!,” ucap Rigo pada Daren.

“Selamat Kak!,” ujar Reta memberi selamat.

“Ntapss kali Kak Daren,” tutur Evan.

“Thank you, thank you,” balas Daren

“Eh tapi kok, Jihan mana?”

“Oh, tadi bilangnya mau ke wc Kak,” kata Reta.

“Eh tapi kok lama banget ya Ret?,” tanya Jenny.

“Iya ya Jen,” balas Reta

“Kok aku jadi khawatir ya Ret"

Daren ikut khawatir,”Coba susulin Jen Ret"

“Iya Kak, lihat dimushola juga, mungkin sholat,” saran Evan.

Jenny dan Reta pun pergi kemushola, tapi nihil, tidak ada Jihan disana, mereka pun bergegas pergi ke wc.

Tapi apa? Pintunya terkunci,”Kok kekunci, kan masih sore,” heran Reta.

“Ret gimana Ret, Jihan kemana, kalo dia kekunci didalem gimana Ret,” Jenny pun semakin khawatir.

Reta berusaha menenangkan,”Udah udah Jen, tenang dulu, jangan panik. Kita cari Pak Tejo minta kunci ayo,” Jenny mengangguk cepat.

Setelah menyusuri sekolah, Pak Tejo tak kunjung terlihat, mereka berdua pun tambah khawatir.

“Kasih tau yang lain Ret, ayo”

Reta dan Jenny berlari menuju lapangan.
Daren yang melihat Reta dan Jenny berlari dan panik pun tambah khawatir,”Kenapa? Jihan mana?,” tanya Daren cepat.

Jenny menggeleng dan mulai menangis,”Jihan gak ada"

“Pintu wcnya kekunci kak, kayaknya Jihan kekunci didalem,” jawab Reta cepat.

"Tapi pas kita kesana nggak ada suara siapapun kak didalem"

"Gimana kalo Jihan kenapa kenapa Ret disana, " Jenny tambah khawatir.

Daren pun ikut panik,”Evan! Lo cari pak Tejo, minta kunci! Gue sama Rigo bakal coba buka pintunya,CEPET!,” teriak Daren.

Sungguh Daren sangat khawatir saat ini. Evan yang mendengar itu pun langsung bergegas pergi.

Mereka berempat pun berlari menuju wc,”Ini bukan ke kunci, tapi sengaja dikunci dari luar, KURANG AJAR!,” perasaan Daren campur aduk sekarang.

Daren dan Rigo pun berusaha mendobrak pintu, dan BRAK dorongan ketiga berhasil membuat pintu wc itu terbuka.

“JIHAN!,” pekik Daren, Jihan sudah tak sadarkan diri dengan keadaan yang memprihatinkan, darah keluar dari hidungnya, mukanya pucat pasi bahkan sedikit membiru.

“Bawa kerumah sakit cepet Dar!,” tegas Rigo.

Daren mengangkat tubuh Jihan yang tak berdaya itu, dia tau ini salah, tapi ini darurat. Semua sorot mata tertuju pada dirinya, untung saja ini bukan waktu sekolah jadi tidak ada guru yang melihat, tapi tetap saja ini masih dilingkungan sekolah, Daren tidak peduli, keselamatan Jihan yang utama.

Daren berlari menyusuri koridor sekolah,”Siapin mobil gue Go!!!,” Daren melempar kunci mobilnya.

Rigo pun berlari ke parkiran.

Reta dan Jenny ikut berlari sambil menangis mengikuti Daren,”Jihan kenapa Ret hiks,” tangis Jenny pecah.

Reta menyeka sudut matanya,”Udah Jen, insha allah Jihan gapapa ya,” Reta berusaha menenangkan.

The Journey. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang