17

7.8K 704 50
                                    

Pagi nya Renjun bangun seperti biasa. Ia berbalik dari membelakangi Jaemin jadi menghadap Jaemin. Memperhatikan wajah tidur Jaemin.

Renjun sangat sadar Jaemin sangat tampan. Banyak yang suka, dan juga sangat baik hati. Kekasih nya ini pun sangat pengertian, dan selalu berusaha untuk membuat Renjun nyaman.

Awal awal Renjun tak menyangka hubungan akan sangat langgeng, walaupun terkadang sering terjadi cekcok. Tapi dirinya atau pun Jaemin sendiri tak pernah mengatakan untuk berpisah.

Karena itu memang prinsip mereka, jika ada masalah harus di hadapi dan cari solusi bersama. Itu lebih baik dari pada menghindar.

"Sayang" tiba tiba Jaemin membuka mata dan memanggil Renjun.

"Eh!" Renjun terkejut tapi setelahnya ia tersenyum manis.

"Selamat pagi" sapa nya.

Jaemin sedikit bangun lalu membungkuk dan mencium kening Renjun.
"Pagi" balas nya.

Dalam pelukan Jaemin, Renjun kembali menguap. Renjun menyandar dan memejamkan matanya.

Jaemin yang melihat hal itu terkekeh karena merasa lucu dengan tingkah Renjun.
"Injunie" Jaemin

Renjun bergumam sebagai balasan.
"Kita ke Jilin ya"Jaemin.

Renjun kembali membuka mata nya, ia melepas pelukan nya dengan Jaemin dan menatap Jaemin.

"Kenapa tiba tiba?" Tanya Renjun.

Jaemin mendekati Renjun dan menarik kedua tangan Renjun lalu menggenggam dan mengusap nya dengan Ibu jari.
"Ini tidak tiba tiba. Aku sudah pikirkan hal ini jauh jauh hari. Kamu mau kan?" Jaemin.

Renjun menunduk lalu ia menganggukan kepalanya.
"Aku sudah 3 bulan belum kesana lagi" ujar Renjun.

"Kenapa tidak kesana? Aku tidak melarang kamu sayang" Jaemin.

"Baba Mama selalu minta aku buat pisah sama kamu. Aku engga suka". Ujar Renjun lirih.

"Aku jamin, kita ke Jilin sekarang pasti membuahkan hasil. Cuma masalah waktu, engga apa apa" Jaemin tersenyum menatap Renjun.

..

Seperti yang di rencanakan Jaemin dan Renjun hari ini pergi ke Jilin. Ini bukan waktu pertama Jaemin pergi ke tempat kelahiran kekasihnya. Bahkan sudah beberapa kali, tapi ia hanya respon orang tua Renjun saja yang cukup buruk. Dan itu berdampak besar pada keadaan Renjun.

Jaemin sempat cemas dan khawatir, karena bahkan kedua orang tua Renjun jika di telpon tak akan menjawab panggilan Renjun. Lama menjadi sepasang kekasih menjadikan Renjun lebih terbuka pada Jaemin.

Itu sangat membuat Jaemin senang. Tapi itu juga membuat nya sedih jika sudah bercerita tentang kedua orang tua Renjun.

Mereka sudah masuk ke dalam pesawat. Mereka hanya meminta izin pada manajer lewat telepon. Setelahnya memberi tau member lain juga.

Renjun duduk dekat jendela dengan selimut yang menutupi nya.  Perjalanan masih cukup jauh, tapi rasa gelisah nya sudah dari kemarin.

Ia memikirkan bagaimana reaksi orang tua nya nanti saat Jaemin mengatakan akan menikahi nya. Jujur saja ia senang saat Jaemin mengatakan akan menikahi nya. Berarti Jaemin menepati kata katanya.

Restu orang tua Jaemin sudah mengikuti, tinggal kedua orang tua Renjun. Renjun juga ingat ia belum pernah cerita tentang kelainan nya. Sampai sekarang hanya Jaemin yang tau, bahkan member dan Manajer tak mengetahui nya. Mereka hanya mengetahui tentang hubungan Jaemin dan Renjun.

Perjuangan Renjun untuk mendapatkan hati kedua orang tua Jaemin saja sangat susah. Apalagi memikirkan orang tua nya. Rasanya setiap langkah Renjun, ia ingin menyerah. Tapi ia ingat, Jaemin dan dirinya sendiri. Sudah bertahan sangat jauh, Jaemin dan dirinya sendiri tak bisa berhenti begitu saja.

Renjun berbalik, menyandarkan tubuhnya pada kursi, kaki nya di tekuk dan menatap Jaemin yang sedang fokus dengan handphone nya.
"Jaemin" panggil Renjun.

Jaemin mengalihkan pandangan balas menatap Renjun.
"Hm. Kenapa?" Tanya Jaemin.

"Aku sudah menghubungi Baba dan Mama" ujar nya.

"Ya. Lalu bagaimana?" Jaemin.

"Tak ada balasan" ujar pelan.

Jaemin tersenyum, ia ikut memiringkan posisi duduk nya. Tangan kiri Jaemin terangkat mengusak pelan surai lembur kekasihnya.
"Tak apa. Kita akan tetap kesana. Kita juga sudah berada di pesawat" Jaemin.

"Bagaimana jika Baba dan Mama masih sama. Mereka tak akan menerimamu" Renjun.

"Maka. Aku akan membawamu lari" Jaemin.

Ekspresi Renjun terkejut.
"Kamu benar benar akan membawamu lari?!" Tanya Renjun terkejut.

Jaemin mengangguk.
"Tentu. Aku akan membawa mu lari dan membahagiakan mu" Jaemin.

"Tapi— Aku menyayangi kedua orang tua ku" Renjun.

"Aku tau itu sayang. Kamu mencari uang untuk kedua orang tua mu juga, kamu sangat menyayangi kedua orang tuamu, mencintai mereka dan menghormati mereka . Tapi aku ingin egois jika menyangkut dirimu. Aku minta maaf, tapi aku benar benar akan egois untukmu" ujar Jaemin.

Renjun memeluk Jaemin erat. Ada rasa sedih dalam hati nya, tapi rasa senang pun tak bisa ia sembunyikan. Ia senang Jaemin sangat mencintai nya.

"Aku minta maaf dan terimakasih. Aku mencintaimu" ujar Renjun.

Jaemin balas memeluk Renjun, mengusap punggung itu lembut dan memberi beberapa kecupan di pucuk kepala Renjun.
"Aku lebih mencintaimu sayang" Jaemin.

Jaemin mengangkat Renjun untuk duduk di pangkuan nya karena jika mereka terus bertahan dalam posisi seperti tadi. Itu hanya akan membuat punggung sakit.

..

Jaemin dan Renjun baru sampai di airport China sekitar jam 1 siang. Jaemin sengaja memesan tiket penerbangan cepat. Agar Renjun tak merasa lelah.

Tapi bahkan mereka hanya diam duduk di kursi dan makan. Renjun sudah terlihat lesu, bahkan sebelum berangkat.

Mereka berjalan dengan bergandengan tangan. Jaemin menggenggam tangan kanan Renjun sementara sebelah tangan nya menarik koper. Mereka hanya membawa satu koper, pakaian mereka di satukan dengan beberapa keperluan mereka. Itu sengaja, Jaemin dan Renjun hanya akan menginap sekita satu atau dua hari di Jilin.

"Jaemin masih lama?" Renjun bertanya karena sudah lelah menunggu mobil jemputan pesanan Jaemin. Sedari tadi ia berdiri dengan menyandar pada Jaemin. Kaki nya sudah pegal, dan pantat nya ingin segera duduk.

"Sebentar lagi sayang" ujar Jaemin.

Renjun menghela napas, cuaca sangat dingin. Tapi beruntung karena dirinya memakai pakaian yang tebal, jadi membuat nya hangat.

Mobil jemputan datang, Renjun senang. Ia masuk setelah membantu Jaemin memasukan koper. Ia duduk dengan tenang dan kembali bersandar pada Jaemin.
"Sayang" bisik Jaemin pelan.

Renjun berdehem sebagai jawaban.
"Kamu baik baik saja?" Tanya Jaemin. Ia hanya khawatir Renjun gelisah. Jadi ia bertanya, bagaimana pun Jaemin harus selalu tau bagaimana keadaan kekasihnya.

Renjun menganggukan kepalanya.
"Aku baik baik saja. Kamu tak perlu khawatir. Kan ada Jaemin juga, jadi aku akan baik baik saja" ujar Renjun.

Jaemin senang dengan jawaban Renjun. Perasaan nya sedikit lebih baik.
"Tidurlah. Sampai disana aku bangunkan" ujar Jaemin.

Renjun kembali mengangguk, ia sedikit bergerak lalu memejamkan matanya. Sesuai yang di katakan Jaemin, Renjun akan tidur. Ia ingin menyiapkan mental nya saat sampai di rumah nanti. Setidaknya Renjun sudah persiapan, ia akan menghadapi kedua orang tua nya. Dan itu bukan hal yang mudah.

Tbc...

Sweet Love || JaemRen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang