Saat ini 2 orang remaja sedang duduk di dekat taman yang tidak jauh dari rumah Tasya, yap orang ini adalah Tasya dan juga Muhammad Zidan Arizki.Panggil aja Zidan, dia adalah sepupu jauh Tasya yang baru saja pulang untuk melakukan perpindahan sekolah.
"Jadi lo beneran di gampar sama cowo lo Sya? " Tanya Zidan yang baru saja mendengar semua cerita Tasya yang kenapa bisa ada di pinggir jalan dengan air mata yang mana membuat hatinya ikut teriris.
"Iya bang, tapi ga papa kok, mungkin Vano cuma khilaf, heheheh" Cengir Tasya seakan tak merasakan panas di sekujur pipi putihnya.
Zidan hanya terdiam melihat adik kecilnya yang sudah mulai dewasa, sejujurnya Zidan pernah menaruh hati pada Tasya, mungkin sekarang pun masih sama.
"Tapi sya, gimana abang bisa diem kalo adik kecil abang di tampar oleh pacar lo sendiri, abang ngejaga lo dari kecil, abang ga pernah sedikitpun buat nyakitin lo secara fisik."
Tasya segera memeluk abangnya ini, kenapa dia bisa bertemu dengan abangnya disaat dirinya merasa sakit hati dengan perlakuan Vano, yang dimana dia menampar tepat di depan cewe lain, ups didepan sahabat Vano sendiri.
__________________&___________________
Saat ini Vano sedang kelimpungan mencari dimana kekasihnya berada, sungguh dirinya sangat takut kalo terjadi sesuatu dengan Tasya, aplagi dirinya sempat menpar Tasya dengan begitu kencang.
"Tasya maapin aku, aku ga sengaja sya, kumohon kembali lagi, aku takut kamu bakalan ninggalin aku" Sesekali Vano melihat kekanan dan kekiri untuk memastikan apakah dirinya melihat Tasya.
Sekarang pikirannya sungguh kacau, saat dirinya berpikir untuk kerumah sang pacar, dirinya melihat kekasihnya sedang berpelukan dengan seorang pemuda jangkung.
Ingat pemuda, yang mungkin sudah berkuliah menurutnya, rasanya sangat sakit, melihat gadis yang dicintainya berpelukan dengan seorang pemuda asing.
Tolong ingatkan Vano yang tadi sempat berpelukan dengan gadis bernama Desi.
Dengan berjalan tergesa gesa Vano segera meneriaki nama kekasihnya dengan sangat keras.
__________________&__________________
"TASYA! "
Tasya dan Zidan segera melepaskan pelukan mereka, dan segera melihat ke sumber arah suara yang meneriaki nama Tasya dengan sangat kencang.
"Vano" Lirih Tasya dengan mengingat dengan jelas perlakuan Vano tadi didalam mobil.
Dirinya segera menghampiri cowok yang sedang melihatnya dengan penuh amarah.
"Jadi dia Vano Sya?" Tanya Zidan seraya berjalan kearah Tasya yang sedang meremas bawah bajunya.
"Kalo iya kenapa lo, dan kamu sya, apa yang kamu lakuin di tempat sepi ini dengan pria asing sambil berpelukan."
Saat mendengar kata "asing" Yang tertuju pada dirinya, Zidan segera melangkah untuk mendekati Vano.
"Eh eh ngapain lu deket deket, jauh jauh lu, ntar gue ketularan virus korona. "
Zidan segera memutar bola matanya karna dirinya dibilang membawa virus korona yang sangat membuat dirinya susah mencari uang.
"Yakali tulul, gue udah tes swab kali, tangan lu noh yang bawa virus buat adek gue, enak bener tu tangan nampar pipi mulus adek gue."
Vano segera membulatkan bola matanya, saat mendengar bahwa pemuda em jangkung ini mengaku sebagai abang Tasya , kenapa dirinya tak tau kalo Tasya mempunyai kakak cowo.
"Lo jangan ngaku ngaku abangnya Tasya deh, gue tau lo pengemis kan yang ngaku ngaku kalo lo itu abang yang terpisah jauh, terus lo numpang makan dirumah pacar gue" Dengan muka songongnya Vano melipatkan tanganya di depan dada, seolah apa yang di bicarakannya memang benar.
Mendengar perkataan kekasih adiknya yang sangat menyentil harga dirinya, segera dirinya menginjak dengan kuat kaki Vano.
"Eh anjim, ngapain lu nginjek kaki gue bngst, ga tau apa ini kaki titisan.... "
"Mimi peri" Samber Zidan yang sudah kelewatan kesal, dengan tingkah makluk hidup satu ini.
kenapa adiknya yang cantik bisa mendapatkan pacar yang sangat gila, kenapa tidak dengan dirinya saja Tasya berpacaran.
"Enak aja lo main nyamber, yakali titisan kaki gue mirip mimi peri" Dengan masih saling bercekcok, mereka tak menyadari kalo ada orang yang sedang menonton pertunjukan ini dengan sangat malas.
"BISA GA SIH KALIAN BERDUA BERHENTI RIBUT, INI UDAH MULAI SORE, KALO KALIAN MASIH RIBUT AKU TINGGALIN" Sudah cukup, Tasya yak tahan lagi dengan tingkah mereka berdua.
Dengan masih nafas tak teratur, Tasya segera melangkah kan kakinya untuk pergi dari taman, yang tak jauh dari rumahnya.
"Eh elu sih kan, pacar gue jadi ngambek, lagian kita kan awalnya mau perang pedang, eh baku hantam" Zidan yang sudah geram dengan Varo segera menjambak rambut Varo yang setengah berantakan karna tertimpa rumah. Eh tertiup angin maksudnya.
"Sebelum kita ribut juga, Tasya udah marah sama lo, denger ini baik baik ya nyet, kalo sampe lo nampar sepupu gue lagi, gue jamin lo bakalan ga pernah ketemu sama Tasya, denger ini baik baik."
Vano yang mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Zidan yang masih berada di rambutnya, segera mengurungkan niatnya.
"Ga bakalan ada satupun yang bisa buat misahin gue sama Tasya, kecuali Tuhan, denger itu" Zidan segera melepaskan genggaman tanganya di rambut Vano saat mendengar Vano berbicara dingin dengannya.
"Oh ya, lo yakin, ya emang Tuhan yang bakal misahin lo, tapi gue sebagai pengantar bakalan berusaha misahin lo kalau lo buat adek gue nangis lagi, inget itu baik baik, sekali lo nampar adik gue, lo harus bayar sepuluh kali tamparan."
Zidan segera meninggalkan taman, sambil tersenyum miring, saat melihat Vano terdiam dengan air muka yang tegang.
__________________&___________________
Saat ini Desi sedang berada di depan pintu rumah orang tuanya Vano.
Desi yang masih ketakutan saat mengingat saat Vano membentak dirinya dengan kasar, segera menghapus air matanya yang tiba tiba keluar.
"Hai tante Diana" Sapa Desi dengan senyuman khas nya.
"Loh Desi kan?" Tanya Diana saat membuka pintu mendapatkan seorang gadis cantik yang pernah dirinya anggap sebagai anaknya.
"Heheh iya tante baru pulang ini aku juga kepingin main kesini, aku ga ganggu waktu tante kan?" Desi hanya menggeleng sebagai jawaban.
" Yaampun Desi, udah besar aja, ayok nak masuk masuk" Desi hanya tersenyum canggung, bagai mana pun dirinya takut kalo ada Varo di rumah ini.
Diana segera membuka lebar lebar pintu rumahnya sambil menggiring Desi untuk kedalam rumah.
"Bibik buatin minuman yah sama camilan yang baru saya beli tadi" Teriak tante Diana dengan sangat lantang.
"Eh ga perlu tante, aku cuma pengen main sebentar kok tan."
"Loh kok gitu kamu ga kangen sama tabte git.... "
"Ya bagus, jadi pembantu disini ga perlu ngebuatin lo minuman" Hardik sesorang yang baru masuk ke dalam rumah.
__________________545_________________
Hoi maap ya baru up, abisnya sibuk ujian, awokokokokok,
Jangan lupa di vote dan comen yak skalian kalo ada typo di bilang
Semoga juga nilai kalian memuaskan oghy? :v
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy Childish
Teen FictionSebelum atau sesudah baca, budayakan vote! Jangan lupa follow akun wp ku. _________________________________________ "asya aku ga suka ya kamu deket sama juna-juna itu" sambil menghentakan kakinya, Vano mengerucutkan bibirnya menanda dia sedang ngam...