Prilly Pov
Sudah beberapa hari ini gue menghindari ali, bukan tanpa alasan gue menghindarinya tapi karena gue cuman pengen berhenti sejenak untuk mengetahui perasaan apa yang sebenarnya singgah dalam diri gue di tambah tatapan aneh dari beberapa siswa kepadaku setelah mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh pramuka
Sungguh!! Itu semua membuatku menjadi sosok yang pendiam, dingin, dan terkesan jutek.
Pada saat bel tanda Ishoma berbunyi gue bergegas membersihkan peralatan belajar yang berserakan di meja sebelum ali lebih dulu datang menghampiriku.
Gue belum siap
Gue tau selama ini ali selalu memperhatikan gue dari jauh dengan tatapan sedihnya
'Maaf li, gue belum siap ceritain apa-apa sama lo, gue bingung mesti mulai ini dari mana' ucap batinku
Saat gue keluar kelas, adzan masjid di sekolah gue terdengar gue mutusin buat pergi melaksanakan ibadah wajib ku sebagai umat muslim tapi pada saat gue masuk di pekarangan masjid kulihat lemari yang berisi peralatan solat sudah dipakai semua oleh siswi-siswi yang ingin melaksanakan solat berjama'ah
Kuputuskan untuk pergi ketaman untuk menenangkan diri, karena suasana damai taman ini membuatku merenung memikirkan apa yang harus kulakukan setelah ini hingga tiba-tiba
"Lo ngapain disitu? Bukannya ke masjid ini kan udah waktunya" ucap seseorang yang selama beberapa hari ini berusaha untuk deketin gue
"Lo sendiri ngapain disini?" Tanyaku dengan ekspresi muka flatku
"Eh? Uhm gue males ngantri mending ngadem dulu" ucap digo sambil duduk di samping ku
"Lo kenapa? Ada masalah?" Tanya digo
"Kalau lo butuh tempat sampah buat nampung semua cerita lo, gue siap buat jadi tempat sampah lo" ucap digo lagi
Karena tidak mendapat respon dariku digo melanjutkan ucapannya "gue tau setiap orang memiliki privasi, memang benar tidak semua yang kita alami mesti harus diceritakan kepada orang lain tapi lo juga gak boleh mengelak dari fakta bahwa di beberapa momentum tertentu lo butuh seseorang untuk lo jadikan sebagai tempat untuk berbagi keluh kesah lo, untuk menjadi pendengar setia lo kalaupun lo gak bakal dapet solusi dari orang tersebut setidaknya lo udah lega karena udah bagi sedikit beban di pundak lo"
Hening
Gue masih tetap bungkam, karena gue lagi-lagi tidak merespon ucapannya kulihat dia mulai beranjak pergi dari taman "gih sono lu ke masjid minta sama Allah agar lo diberikan ketenangan hati, kapanpun lo butuh gue siap jadi tong sampah lo" ujar digo sambil mengacak rambut ku
Setelah kepergian digo, gue memikirkan ucapan dia apa gue harus cerita ke ali semuanya??
Skip
Setelah bel pulang sekolah berbunyi gue mutusin buat kembali duduk di taman sekolah, toh kalau gue pulang sekarang tidak ada siapa-siapa di rumah kalau mau di jemput ka rina juga mesti nunggu sampai habis magrib.
Suasana taman belakang sekolah begitu sejuk sayangnya ada beberapa tanaman yang tidak terurus juga ada danau - danau kecil yang nampak juga sudah mulai keruh airnya mungkin jika pegawai kebersihan sekolah merawat beberapa tanaman disini mungkin siswa-siswa disini sering berkunjung di tempat ini.
Sekolah gue memang memiliki 2 taman tapi kebanyakan anak-anak lebih mengunjungi taman yang berada didekat lapangan dengan alasan terdapat wifi juga sekalian bisa cuci mata liat cowo-cowo ganteng katanya
Tiba-tiba angin bertiup menerbangkan beberapa helai rambutku sontak kesejukan yang diberikan oleh angin tersebut membuatku memejamkan mata, tapi lagi-lagi ketenangan gue terganggu dengan sapaan yang gue fikir tidak bisa di kategorikan sebagai sapaan
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must Believe Me
Non-FictionAku menyukainya.. Dia itu sudah menjadi pengendali mood ku.. dia mungkin tak selalu bersamaku, tapi aku selalu bersamanya.. dia selalu ada disaat aku membutuhkannya -A- Entahlah.. bagiku dia itu biasa.. aku tidak tahu kenapa kau begitu menyukainy...