Author's Pov
Semenjak kejadian di pasar malam tersebut hubungan digo dan prilly semakin dekat, manusia yang katanya malas berhubungan dengan manusia jutek kini bagaikan sepasang sendal, dimana ada digo disitu ada prilly
Kedekatan digo dan prilly justru berdampak pada hubungan pertemanan digo dan biru, kini bukan hanya prilly yang menjauhinya bahkan kini digo yang dia percaya untuk mendapatkan informasi mengenai prilly pun kini menjauhinya
Ahh.. bukan menjauhi tapi lebih tepatnya mereka seperti seorang musuh sekarang. Sekelas tapi tak pernah berbincang, saling memberikan tatapan asing.
"Enak yah lo liburan gak ngajak-ngajak sedangkan gue ngabisin weekend dengan berbagai sms yang bikin gue enek" ucap prilly sambil menatap sinis digo yang sedang memainkan hpnya
"Hahah sorry-sorry, orang tua gue ngajaknya dadakan sih, kapan lagi gue bisa liburan kan walaupun cuman nginep semalam doang, lagian siapa sih yang berani gangguin macan betina kayak lo? Cari mati emang tu orang" balas digo sambil nyengir padahal dia sendiripun tau siapa orang yang dimaksud oleh prilly
"Ckk gak usah pura-pura bego deh lo, lo tau siapa yang gue maksud" ujar prilly sambil membuang muka
"Hahah, lo jadi manusia beramal dikit napa, baek-baek lo sama anak orang kena karma nanti lo"
"Lah? Kurang baik apa gue, gue udah respon sms dia tapi lama-lama gue enek sama pesan-pesan yang dia kirim, udah ahh jengkel gue lama-lama bahas dia"
"Duhh pipi bakpau kesayangan gue, ini masih pagi jangan marah-marah napa, begitu-begitu lo pernah deket sama dia kasih lah kesempatan buat dia, kasihan tau anak orang lo gituin tiba-tiba" ucap digo sambil menguyel-nguyel pipi prilly
"Ckk digo pipi gue sakit" ucap prilly sambil menepis tangan digo yang berada di pipinya
___-----____
"Oi ru, gak budek lu make headset melulu" ujar komsar saat melihat biru duduk sambil mengenakan headset
Semenjak terciptanya jarak antara biru dan prilly, headset terus terpasang di telinganya mulai dari berangkat hingga pulang sekolah, hanya pada saat solat dan belajar saja biru baru melepaskan headsetnya.
Ibaratnya headset adalah sahabat setia yang menemani hari-hari biru selama beberapa waktu terakhir ini tidak lupa gadget yang selalu berada dalam saku atau genggamannya.
Dengan kedua benda tersebut, membuat biru menjadi sosok yang pendiam, minim komunikasi hingga membuat teman-teman disekitarnya menjadi segan untuk berinteraksi dengannya, hanya ishaq dan komsar saja yang kadang mengajak biru berkomunikasi. Disamping karena mereka berdua adalah teman semasa SMP biru, Posisi ishaq sebagai bendahara dan penanggung jawab absen solat yang membuat ishaq dan biru tetap berkomunikasi. Sedangkan komsar? Tidak usah ditanya makhluk yang satu ini memiliki ketebalan muka sehingga dia tahan menerima respon yang diberikan biru.
"Gak" ucap biru
"Eh buset singkat amat pak responnya" ujar komsar dengan tampang kesalnya
"Kom kom masih mending lu di respon sama dia, biasanya mah dia kalau gak ngasih muka flat dia ngasih tatapan sinis" ucap aulia
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must Believe Me
Non-FictionAku menyukainya.. Dia itu sudah menjadi pengendali mood ku.. dia mungkin tak selalu bersamaku, tapi aku selalu bersamanya.. dia selalu ada disaat aku membutuhkannya -A- Entahlah.. bagiku dia itu biasa.. aku tidak tahu kenapa kau begitu menyukainy...