<ILY.LT>
Hari ini cuaca sangat cerah, se-cerah hati seorang gadis yang selalu tersenyum dibalik cadarnya. Ia duduk di samping rak yang dipenuhi oleh beberapa sandal juga sepatu. Ia mengikat tali sepatu convorse berwarna hitam miliknya.
Ia lalu berdiri untuk mengambil tasnya yang ada disofa. Hari ini adalah hari pertama Tsabita bersekolah di Korea. Setelah satu minggu kemarin dirinya tiba di Korea. Selama satu minggu, ia tak banyak melakukan aktivitas. Tsabita hanya terus belajar bahasa gaul Korea dan sedikit belajar memasak makanan Korea.
Setelah selesai mempersiapkan segala macam, Tsabita mengunci pintunya dan menaruh kunci itu didalam tas sekolahnya. Segera ia berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari sana.
Tak lama, bus yang sudah ditunggu oleh beberapa orang disana, akhirnya tiba. Segera satu per satu berbaris masuk kedalam bus dan duduk dikursi yang kosong.
Tsabita yang duduk dibelakang itu memandang lurus kedepan, mengucapkan basmalah saat bus mulai berjalan menjauh dari halte. Bus dengan warna hijau gelap itu melaju cepat mengarungi jalannya yang cukup ramai dengan siswa lain yang juga akan berangkat kesekolahnya.
Setelah sekitar setengah jam Tsabita berperang dengan jalanan, akhirnya ia sampai tepat didepan gerbang masuk sekolah barunya. Ia keluar dari bus dengan ragu, pasalnya semua anak anak di sini terlihat liar. Mereka tidak menutup auratnya. Rambut yang dibiarkan tergerai, rok diatas lutut, dan baju ketat yang jelas menampakkan dadanya.
Ia berusaha tak menghiraukan gadis gadis itu. Tsabita menatap sebuah tugu bertuliskan nama sekolahnya itu. Gadis itu menghembuskan nafas kasar, lalu melewati gerbang sekolah dan mulai mencari keberadaan ruang kepala sekolah.
Ruang kepala sekolah?
Tsabita terus berjalan, menaiki anak tangga, hingga ia sampai tepat dilantai atas gedung itu. Ia mencari ruang kepala sekolah di lantai tiga. Disekolahnya dulu, ruang guru selalu berada pada lantai paling atas, mungkin di sini juga begitu.
Ia terus berjalan melewati koridor koridor kelas. Tsabita mulai lelah, sudah sekitar 20 menit, ia masih tak dapat menemukan keberadaan ruang kepala sekolah. Ia tak berani bertanya kepada siswa siswi lain, pasalnya setiap orang yang ia dekati selalu menjauh sambil mencacinya. Bahkan saat dirinya melewati koridor, semua mata memandangnya.
Para murid disana mungkin bingung dengan penampilan Tsabita yang menurut mereka aneh. Tsabita memakai rok panjang, hijab, juga cadar berwarna hitam.
*Brukk.
"Astagfirullah!"
Seorang laki laki seusia Tsabita menabraknya, membuat dirinya terjengkang kebelakang. Laki laki itu juga, ia terjatuh ke lantai. Kejadian itu membuat seluruh makhluk yang berada di sana menatap mereka dengan seketika.
"Eh, sorry sorry. Gak sengaja. Sini!"
Laki laki itu berdiri lalu mengulurkan tangannya kepada Tsabita yang masih sibuk dengan badannya.
Tsabita menoleh kepada laki laki tersebut, ia terkejut pasalanya laki laki itu adalah laki laki yang ia temui minggu lalu. Lee Taeyong.
Tsabita beralih pada telapak tangan Taeyong yang senantiasa terulur. Mengapa Taeyong terus tak mengerti bahwa mereka bukan mahram? Tsabita lantas berdiri dengan sendirinya, tanpa menerima uluran tangan remaja itu.
Taeyong sedikit terkejut melihat itu. Ia ingat pernah mengalami ini, tapi kapan? Setelah Tsabita berdiri, Taeyong terus menatapnya. Ia seperti pernah bertemu dengan gadis itu, tapi ia lupa.
Tentu, mereka tak lepas dari pandangan murid murid lain. Hingga cibiran cibiran pelan mulai terdengar di telinga kedua insan itu.
"Gila, seorang Lee Taeyong di tolak sama cewek?"
"Wah, gak waras tuh cewek?"
"Ya ampun, Taeyong di tolak. Mending sama gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You » Lee Taeyong
Hayran Kurgu[ABAL ABAL] Perbedaan. Dalam suatu hubungan, terdapat perbedaan itu wajar, karena adanya perbedaan bisa untuk melengkapi kekurangan. Namun, bagaimana dengan perbedaan yang satu ini. Bukan untuk saling melengkapi, justru membuat semuanya memporak-por...