.
.
.
.
Sehari setelah kemunculan Bahamuth yang begitu sensasional, kondisi Tempest masih berjalan seperti biasa. Namun yang berbeda adalah semakin ketatnya penjagaan di negara tersebut.
Rimuru telah memberikan perintah untuk memperketat penjagaan dan hasilnya setiap sudut di negara ini di penuhi oleh para prajurit.
Souie juga melaporkan kepada Rimuru jika aktivitas monster liar di dalam hutan Jura mengalami peningkatan. Para monster menjadi lebih agresif menyebabkan jalur transportasi harus mendapatkan pengamanan ekstra.
'kenapa masalah selalu datang, apa aku sedang dikutuk?!' runtuk Rimuru dalam hati
Saat ini Rimuru berada di ruang kontrol dalam labirin, dia sedang mengawasi keadaan negaranya melalui layar besar di hadapannya. Ia memang sudah memerintahkan para Eksekutifnya agar mengawasi Estarossa dan Bahamuth secara diam-diam, tapi tetap saja dia khawatir apalagi saat ini mereka berdua asyik berkeliaran di kotanya.
"hei Rimuru, kau yakin membiarkan mereka berdua berada disini?" tanya Veldora tapi dia tetap fokus dengan manga di tangannya
"mau bagaimana lagi, lebih mudah mengawasi mereka disini daripada membiarkan mereka berkeliaran bebas di luar" jawab Rimuru sambil bersandar di kursinya
"memangnya apa yang kalian bicarakan Rimuru?" Ramiris mendadak muncul dan bertengger di bahu Veldora
"bencana berjalan" sahut Rimuru datar
"heh? Apa itu?" Ramiris menyahut bingung "shishou apa maksud Rimuru itu?" tanyanya berisik
"berisik" sahut Veldora malas
"shishou, kenapa kau sangat menyebalkan!" Ramiris berteriak kesal sambil terbang rusuh mengitari kepala Veldora
"berisik!" Veldora menyentil peri rusuh itu dan membuatnya terpental ke belakang
Dengan panik Baretta menangkap tuannya "Ramiris-sama, jangan menganggu Veldora-sama seperti itu" nasehatnya pelan
"gaah! Aku tidak mengganggunya tapi shishou memang menyebalkan!" sungut Ramiris sambil melompat-lompat kesal di telapak tangan Baretta
Rimuru melihat itu dengan pandangan datar sedangkan Veldora kembali ke kegiatan awalnya yakni membaca manga.
Fokus Rimuru kembali ke layar besar di depannya dan melihat Estarossa dan Bahamut seperti sedang berdebat atau bertengkar. Dia terus melihat perdebatan itu hingga ke adegan Estarossa meninju Bahamut. Ekspresi Rimuru berubah datar setelah melihat hal itu.
"mereka siapa Rimuru?" sebuah suara mendadak muncul di samping Rimuru
"woaah...eh Milim! sejak kapan kau disini?!" tanya Rimuru bingung
"hehehe...sejak kau fokus ke layar itu" jawab Milim riang dan menunjuk layar di depannya "jadi...mereka siapa Ri-mu-ru??" lanjutnya penasaran
"haaah...menyembunyikannya darimupun percuma. Singkatnya mereka 'tamu' di negaraku" jelas Rimuru dengan helaan nafas pelan
"apa mereka yang membuat aura mengerikan kemarin?" lanjut tanya Milim sambil memainkan rambut Rimuru
"yah itu benar...dan satu dari mereka adalah naga" Rimuru hanya pasrah saat rambutnya di aniaya Milim, sepertinya Milim menata rambutnya dengan model cepol samping
"ooh naga...hee naga?!!!" Milim kaget dan tanpa sengaja berteriak, ia lalu melihat layar di depannya "yang mana naganya?!" ia melupakan rambut Rimuru karena matanya terlalu fokus mencari-cari sosok naga di layar depannya
Rimuru yang rambutnya tercepol satu biji di sisi kanan kepalanya menunjuk satu sosok di tampilan layar "dia naganya, namanya Bahamuth"
"tidak mungkin. Di dunia ini hanya ada 4 naga! Bagaimana bisa ada naga lain!" sahut Milim terkejut dan menoleh ke sahabatnya
"tapi dia beneran naga, yang membuat aura mengerikan ya dia itu. Tanya Veldora jika kamu tidak percaya" jawab Rimuru sambil melepas cepolan rambutnya
Veldora yang mendengar namanya di sebut hanya mendengus, karena sekarang Milim melihatnya dengan mata serius.
"yang di katakannya benar, dia naga dengan 4 sayap dan bertubuh sangat besar" jelasnya malas
"hmm...ini buruk, keseimbangan dunia bukannya bisa kacau jika ada naga selain para True Dragons" Milim melihat kearah Rimuru
"memang bisa kacau, Milim bagaimana dengan Walpurgis, apakah bisa dilakukan? Aku butuh bicara dengan Demon Lords yang lain mengenai masalah ini" tanya Rimuru
"tentu bisa, otoritas tertinggi ada padamu Rimuru, tapi jika kamu membutuhkan stempel sihir aku dan Ramiris bisa memberikannya. Bukan begitu Ramiris?" kata Milim dan menengok kebelakang
Di belakang, tepatnya di sofa yang berada di tengah ruang kontrol nampak Ramiris sedang makan kuenya dengan lahap. Ramiris yang mendengar namanya disebut menoleh dan bertanya dengan polos.
"ada apa Milim?" tanya Ramiris dengan mulut menggembung penuh makanan
"stempel sihir, aku membutuhkannya dan kamu bisa makan kue lebih banyak lagi setelahnya" sahut Rimuru menyogok peri itu
"benarkah?! Tentu saja bisa. Rimuru kamu yang terbaik!!" jawab riang Ramiris. Menyetujui perkataan Rimuru
Rimuru hanya tersenyum miring mendengarnya, Veldora tidak peduli dan hanya mendengus saat mendengar kelicikan temannya itu. Sedangkan Milim bergabung dengan Ramiris untuk menikmati kue di meja.
"tunggu, Milim bagaimana kamu bisa disini?" mendadak Rimuru curiga dan melirik Milim
"eh...ah..aku sudah ijin kok haha..ha..." jawab Milim kaku sambil menghindari lirikan curiga Rimuru
"jadi kau kabur lagi" Rimuru menata datar temannya itu "kalo kamu dimarahi jangan libatkan aku ok?" lanjutnya
"heeee....." Milim melihat Rimuru dengan mata memelas
..
.
.
.
terima kasih sudah mampir (> w <)
YOU ARE READING
TENSURA Fantasy - Tales of The Fallen King's -
FanfictionDia memiliki tubuh kecil, berambut silver panjang, bermata merah Ruby dan memiliki kecantikan yang mempesona siapapun, namun siapa sangka jika orang cantik ini adalah 'Raja' dunia yang telah kehilangan tahtanya. Membawa serta para pelayan setianya...