Raga membawa Evelyn kedalam kelasnya membuat perasaan bingung timbul dari dalam dirinya. Keadaan kelas cukup ramai karena ulah siswa siswi dikelas tersebut yang saling melemparkan candaan ringan disetiap kelompoknya.
Dengan posisi tangan yang masih ditarik oleh Raga membuat bisikan demi bisikan mengomentari apa yang dilihat oleh mereka. Evelyn merasa tuli tidak mau merespon orang yang julid dengannya. Disetiap bisikan itu Evelyn masih mendengar dengan jelas ketika namanya di sebut, jika tidak membawa namanya topik itu tidak akan panas pikirnya.
Raga mengambil sesuatu yang berada di dalam tas nya, setelah menemukan apa yang dia cari Raga kemudian memberikannya kepada Evelyn.
Evelyn menerima dengan ragu memandangi box berwarna hitam yang dilingkari oleh pita berwarna cokelat.
"Gue?"
"Iya untuk Lo" jawab Raga yang masih memegangi box yang telah disiapkannya beberapa hari yang lalu.
"Kenapa untuk gue?" Evelyn kemudian mengambil box itu dari Raga.
Raga berpikir sejenak, "Karena Lo butuh."
Jawaban Raga sungguh membuatnya ingin tertawa. Apa yang dibutuhkan oleh seorang Evelyn? semuanya lengkap tanpa ada kekurangan, karena itu pemberian dari Raga dia cukup senang dengan perasaan yang masih penasaran dengan isi box nya.
Raga fokus memandangi wajah gadis itu, dirinya saat ini senang ketika hadiahnya diterima oleh Evelyn.
"Penasaran isinya?"
Evelyn mengangguk, "Iya gue penasaran. Boleh dibuka sekarang gak sih."
Raga menuntun Evelyn untuk duduk di kursinya dengan Raga yang berada disampingnya.
"Buka aja."
Tanpa sepatah kata pun Evelyn membuka box tersebut karena tidak sabar mengetahui apa yang di berikan oleh Raga. Evelyn melihat notebook yang berukuran lumayan besar lalu menoleh kearah Raga.
"Lo berpikiran gue butuh ini? gue gak suka nulis Raga!"
Evelyn tidak mengerti dengan jalan pikir yang dipunyai oleh pemuda ini. Raga pun mengambil notebook yang masih berada didalam box itu.
"Lo butuh ini. Punya buku bukan berarti Lo harus suka menulis atau membaca. Kegunaannya ada banyak Vel."
"Yang gue tau Lo selalu sayatin tangan. Gue punya solusi untuk kasih notebook ini biar Lo coret, setidaknya sampai emosi Lo stabil, lebih baiknya Lo tulis uneg uneg yang susah untuk Lo keluarin."
Evelyn berusaha mencerna pernyataan Raga. Apa itu artinya jika pemuda ini perhatian kepadanya? Raga benar benar memperhatikan hal kecil dari Evelyn. Siapa sih yang tidak luluh jika mendapatkan perhatian itu.
Dengan cepat Evelyn mengambil kembali notebook yang berada di tangan Raga.
"Oke gue terima" final Evelyn yang ingin memasukkan kembali barang yang telah menjadi miliknya.Mata Evelyn menangkap sesuatu yang ada didalam box itu lalu mengambilnya untuk memastikan benda apa lagi yang diberikan oleh Raga.
Evelyn memegang gelang dengan bunga mawar sebagai hiasannya.
Evelyn menatap takjub dengan salah satu hadiah pemberian dari Raga.
"Suka?"
Evelyn mengangguk.
Tiba tiba Raga mengambil gelang yang berada di tangan Evelyn lalu mengubah posisi untuk berhadapan dengan gadis itu.
Raga menyuruh Evelyn untuk mengulurkan tangannya, tanpa diduga Raga langsung memakaikan gelang pemberiannya kepada Evelyn. Raga melihat dengan jelas bekas sayatan yang dilakukan oleh gadis itu tepat di lengannya.
Gelang indah itu sangat cocok dipakai oleh Evelyn yang berkulit putih, benar benar perpaduan yang sangat sempurna.
Mata Evelyn tidak lepas dari pergelangan tangannya.
"Apa alasan Lo kasih gue ini?"
Raga tersenyum sebelum menjawab pertanyaan dari gadis tersebut.
"Supaya Lo tau kalau tangan Lo itu lebih bagus dihiasi dari pada di sakiti."
Evelyn tertegun mendengarkan itu. Benar benar tidak bisa di tebak pikirnya.
"Pakai pelet apa sih Lo biar deket sama Raga" sahutan itu berasal dari arah meja yang tidak berada jauh dari mereka.
Tidak ada angin tidak ada hujan ada saja yang memperhatikan mereka berdua sedari tadi. Gadis yang memegang handphone nya itu berdiri sambil berjalan kearah meja mereka.
Dia adalah Aurora gadis yang menjadi lawan Evelyn tempo hari.
"Dengan santainya Lo nunjukin muka sampah itu didepan gue" sarkas Evelyn.
"Kenapa? Lo takut kalau gue nyebar kebenaran tentang Lo?"
"Lo ngomong apaan sih anjing!!" kesal Evelyn lalu berdiri dari tempat duduknya yang diikuti oleh Raga.
"Apa maksud Lo Ra?" tanya Raga.
Aurora tersenyum miring sambil memperlihatkan sesuatu yang berada di handphonenya kepada Raga.
Raga melihat sesuatu dilayar handphone itu dan mulai membaca tulisan yang tertera disana. Sesuatu yang dapat mengejutkan Raga! sungguh hal yang tidak diduga.
"Ini nggak beneran kan?"
"Ini bukti akurat nya, gue gak mungkin sebodoh itu untuk cari tau mana yang nggak bener."
Raga menoleh kearah Evelyn dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Kenapa?"
"Raga udah lihat artikel 5 tahun yang lalu kalau Lo yang udah bunuh nyokap Lo sendiri" jawab Aurora.
Evelyn tersentak kaget ketika mendengar nya, bagaimana mungkin hal itu bisa diungkit kembali? padahal kejadiannya sungguh lama tapi kenapa masih ada dan membahasnya?
"Vel itu beneran?" tanya Raga memastikan.
Tatapan Raga sungguh membuat Evelyn muak. Tatapan sama seperti orang disekelilingnya yang melihat dirinya sebagai iblis.
Evelyn menggigit bibirnya dalam dalam kembali mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Kejadian terburuk yang tidak ingin dia ingat lagi, tapi kenapa? kenapa hari ini semesta lebih memilihnya untuk mengingat hal itu kembali?
Kepala Evelyn berisik mendengar suara yang berada didalam ingatannya. Dengan langkah yang tidak beraturan Evelyn pergi meninggalkan kelas dengan Raga yang memanggilnya untuk kembali.
Siswa siswi mulai menceritakan info terbaru yang mereka dapat tentang Evelyn tentunya menjadikan isu itu semakin panas bagi sekolah Raflesia. Aurora tersenyum licik ketika berhasil mencapai tujuannya. Berbeda dengan Raga yang menatapi kepergian Evelyn berniat untuk mengejar tapi ragu akan niatnya itu.
...
Hai gaiss jangan lupa vote dan komen ya hehe.
sampai jumpa di part selanjutnya 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
EVELYN
Teen FictionDua remaja yang mempunyai karakter bertolakbelakang berhasil menumbuhkan rasa cinta diantaranya. Evelyn dikenal dengan sebutan ratu onar di sekolahannya, lebih parah lagi orang menyebutnya dengan sebutan iblis. Berbeda dengan Raga yang selalu dikagu...