Cerita ini diilhami oleh sebuah manga dan juga anime yang berjudul "Koi to Uso". Gagasan umumnya sama, tapi jalan ceritanya beda jauh.
Mulai!
🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏
Ketertarikan masyarakat Blue Green dalam pernikahan semakin berkurang dan ini membuat pemerintah Blue Green gerah sebab mereka sangat khawatir akan nasib masa depan bangsa mereka.
Pemerintah sadar, jika generasi muda mereka tetap pada pemikiran bahwa pernikahan tidaklah penting, maka perlahan generasi mereka akan sedikit, terbatas, langka, lalu punah.
Ketakutan akan hal ini, mereka berperan menjadi Tuhan. Mereka merancang sebuah sistem yang mewajibkan semuanya menikah pafs usia 25 tahun dan dengan pilihan mereka. Para ilmuwan bekerja keras untuk menciptakan sistem ini sehingga orang yang dijodohkan oleh pemerintah ini adalah memang sudah diramalkan akan melahirkan generasi yang berkualitas.
Prosedurnya cukup mudah. Mereka akan mendapat notifikasi melalui HP mereka pada saat berusia 20 tahun tentang calon istri dan suaminya itu dan mereka akan melakukan penjajagan selama 5 tahun sebelum akhirnya mereka menikah. Masa penjajagan itu juga diawasi oleh pemerintah dan pemerintah akan tahu mereka sudah melakukannya atu belum dan sejauh mana mereka melakukannya.
Sistem ini tak urung mendapatkan komentar dari masyarakat. Bisa dibilang 89 persen menyetujui sistem ini sebab dengan demikian mereka tak perlu repot mencari cara untuk berkenalan. Mereka akan tahu bahwa pada usia tertentu mereka akan diberitahu siapa calon istri atau suami mereka dan mereka tinggal menjalaninya.
Mereka yang setuju, pikir ini bagus dan mereka hanya perlu berkonsentrasi pada karir mereka. Kebanyakan sistem ini membuahkan hasil dan berhasil membuat masyarakatnya membangun sebuah keluarga, meski tak jarang pula, sebagian dari mereka yang bercerai dan kemudian setelah itu mereka bebas menentukan pilihan sendiri.
Target pemerintah hanya satu memaksa mereka membuat keturunan yang berkualitas dan berharap dapat membangun keluarga pada masa depan agar pemerintah tenang dan bangsa Blue Green tetap eksis di dunia.
11 persen yang menentang atau menyatakan rejection atau menolak perjodohan karena misalnya mereka sudah punya pacar jauh sebelum perjodohan pemerintah, harus melakukan prosedur Challenge.
Ini adalah sebuah sistem di mana selama tiga tahun mereka akan menjalani hubungan dengan pilihan pemerintah dan juga kekasih mereka. Mereka akan melakukan sejumlah kegiatan yang diprogramkan oleh pemerintah dan jika mereka berhasil mempertahankan cinta mereka sendiri, mereka akan terbebas dari sistem itu dan boleh menikahi pilihannya.
Untuk melakukannya, pertama pasangan pilihan pemerintah akan memilih sistem abortion system dan menuliskan alasannya, setelag itu join challenge program dan setelag beberapa minggu orang yang diutus pemerintah akan datang dan membantu mereka menjalankan program itu.
Masing-masing pasangan punya sistem challenge yang berbeda. Ini sangat tergantung pada situasi yang mereka punya dan keputusan pemerintah pula. Mereka hanya tinggal menunggu instruksi dan melakukannya.
Hal inilah yang terjadi pada Mean dan Plan. Dua manusia ini diberikan notifikasi oleh pemerintah menjadi pasangan dan benang mereka sudah tersambung dan mereka diminta untuk melakukan kegiatan selanjutnya, yaitu penjajagan.
Sebelumnya, mereka diberikan waktu selama seminggu untuk mengiyakan atau menolah dengan cara abort the system dan selanjutnya akan melakukan penjajagan atau challenge system. Itu sangat tergantung pada keputusan mereka.
Sore itu, seusai mendapatkan notifikasi tentang calon suaminya, Plan Rathavit mendatangi Universitas Blue untuk menemui Mean Phiravich. Ia menunggu di dekat kelasnya setelah ia berhasil menanyakan keberadaan lelaki itu.
Saat kelas itu bubar, Plan langsung mengecek hpnya dan menatap wajah-wajah yang keluar sambil sesekali melihat ke hpnya. Hasilnya memuaskan. Ia menangkap seorang lelaki yang tengah bergandengan tangan dengan seorang perempuan berambut panjang berjalan menjauhi dirinya.
Dengan cepat, Plan berlari ke arahnya dan kemudian mendahuluinya, menghalangi mereka. Ia tersengal dan kemudian wai seraya masih mengatur napas dirinya. Mean mengernyitkan alisnya. Ia tahu siapa perempuan itu karena ia juga mendapat notifikasi yang sama tentang calon istrinya itu.
"Ah, kau Plan Rathavit," sahut Mean tenang. Plan langsung menganggukkan kepalanya dengan sopan.
"Kalau begitu, kalian bicara saja dulu, na!" ujar sang perempuan yang tangannya dipegang Mean dan ia pergi meninggalkan mereka.
"Apa ini tentang notifikasi kita?" Mean langsung bertanya. Sekali lagi Plan menganggukkan kepalanya.
Mereka duduk berhadapan di sebuah kafe.
"Aku ingin abort the system," ujar Plan dengan tegas.
"O, kau sudah punya pilihan hatimu," komentar Mean.
"Tidak. Aku hanya tak mau menikah," jawab Plan datar.
"Kalau begitu, kita abort saja. Sesudah itu, kita bisa ikut sistem Challenge. Apa kau siap? Katanya sulit," ujar Mean.
"Aku tak keberatan," ujar Plan.
"Baiklah, aku setuju," timpal Mean.
Mereka bersalaman.
Bersambung