Chapter 2

332 45 2
                                    

Setelah mereka sama-sama menolak sistem, mereka mendapat notifikasi bahwa mereka diberikan waktu seminggu untuk berpikir kembali. Mereka kaget. Rupanya mereka masuk ke dalam sistem baru. Sebelumnya tidak ada waktu  rekonsiderasi. Ini artinya mereka harus menunggu selama seminggu lagi untuk menolak dan kemudian masuk sistem challenge.

Namun, sistem rekonsiderasi itu tak mengurungkan niat mereka untuk melakukan abort system. Mereka kembali bertemu pada minggu depannya dan kemudian melakukan hal yang sama.

"Oke, aku sudah melakukannya," sahut Plan sambil menunjukkan hpnya kepada Mean.

"Iya, aku juga sudah," jawab Mean dan menunjukkan juga Hpnya.

Keduanya menganggukkan kepala dan mereka hanya tinggal menunggu notifikasi bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam Challenge System dan mereka akan dihubungi dan bertemu dengan petugas yang akan mengarahkan program mereka.

Mereka baru saja mendapatkan notifikasi dari pemerintah bahwa merek terdaftar dalam Challenge system dan mereka akan segera didatangi oleh petugas dari pemerintah dalam waktu tiga minggu.

"Baiklah, sampai jumpa tiga minggu lagi," sahut Plan. Ia beranjak dari duduknya dan kemudian wai kepada Mean. Lalu ia berbalik dan pergi meninggalkan Mean yang juga tengah bersiap untuk pergi.

"Terima kasih sudah datang ke sini dengan tepat waktu. Aku Yacht dan ini Sammy. Kami petugas dari pemerintah yang akan mengarahkan kalina selama satu setengah tahun dan sisanya, temanku lainnya yang akan memandunya," ujar seorang lelaki yang bernama Yacht duduk di hadapan Mean dan Plan di sebuah kantor urusan Pembatalan perjodohan dan Sistem Tantangan. Ini  terjadi setelah tiga minggu kemudian.

Keduanya menganggukan kepala mereka sambil wai dan menatap bergantian kepada Yacht dan Sammy. Keduanya membalas wai mereka.

"Baiklah. Aku akan menjelaskan prosedur yang akan kalian lakukan dan setelah itu kalian boleh membacanya dalam dokumen yang akan kami berikan nanti," sahut Sammy.

"Iya, terima kasih," ujar keduanya kompak.

"Wah, kompak sekali! Sangat disayangkan ikut sistem ini. Kalian cocok satu sama lain," canda Yacht. Mean dan Plan saling menatap heran.

"Maaf, aku hanya bercanda," sahut Yacht lagi saat menatap Plan dan Mean yang hanya bertatapan heran.

"Prosedur yang pertama, silakan kalian berciuman," ujar Yacht lagi. Sammy sudah siap dengan kamera. Mean dan Plan lagi-lagi mengernyitkan alisnya.

"Maaf, tapi, maksudnya apa ya?" Mean mulai membuka mulut.

"Ya, joob. Kiss, ciuman," ujar Sammy sambil memperagakan dengan tangan dan bibirnya.

"Kami tidak akan menikah. Kami akan berpisah. Kalian paham maksud kami, bukan? Kami, uhm, benar-benar terdaftar dalam sistem challenge, bukan? " timpas Plan.

Yacht dan Sammy langsung tertawa. Mereka seolah terbiasa dengan  raut wajah- raut wajah seperti itu. Mereka langsung menunjukkan dokumen yang akan mereka baca dan prosedur itu tepat ada pada halaman lima. Itu prosedur yang kedua setelah prosedur yang pertama, yaitu petugas wajib memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur sistem Challenge.

Mean dan Plan bertatapan. Pasalnya, ciuman yang diminta dalam dokumen sangatlah spesifik; harus di bibir sambil memejamkan mata seolah mereka adalah pasangan yang saling mencintai. Ini sulit, karena mereka tak saling mengenal atau asing satu sama lain, bagaimana tiba-tiba harus memagut bibir satu sama lain dan di depan mereka pula.

"Ini sulit. Aku tidak mengenal dia," kata Mean, mencoba untuk melewati prosedur itu. Namun, tak berhasil.

"Benar. Karena itu, ini namanya sistem tantangan, bukan?" Sammy menegaskan sambil memainkan kedua alisnya.

Keduanya saling menatap sejenak. Lalu Plan mendekatkan wajahnya dan memejamkan matanya.

"Lakukan saja!" ujar Plan. Ia berkata sambil memejamkan matanya. Mean meneguk ludah. Sejenak, ia mengamati pemandangan di depannya.

Meski sekilas, ia bisa menilai dengan cepat bahwa perempuan yang siap untuk dicium itu sangat cantik. Bulu matanya lentik. Bibirnya merah dan penuh. Kulit wajahnya mulus dan saat matanya terbuka, keduanya berbinar dengan indah. Rambutnya juga hitam legam dan tebal dan dicepol dengan serampangan menekankan kecantikan dirinya.

Secara utuh, Mean bisa bilang, ia perempuan yang sempurna. Seharusnya ia bangga pemerintah memberikan satu bidadari untuknya. Sayangnya, ia sendiri sudah punya pilihan dan tak mungkin Mean meninggalkan Neena begitu saja setelah mereka lama berhubungan dan melakukan banyak hal yang enak-enak bersama.

"Kau akan menciumku atau tidak? Lama sekali! Ini hanya prosedur. Jangan terlalu berpikir serius," nads Plan kesal. Ia membuka matanya dan mengerling kepada Mean.

"Okay. Maaf," ujar Mean.

Yacht dan Sammy tergelak.

Mean menyentuhkan bibirnya ke bibir Plan dan keduanya kaget. Mereka merasakan sesuatu yang hangat pada kedua tubuhnya, padahal hanya melalui sentuhan. Plan membuka mulutnya dan Mean langsung memagutnya. Perlahan, bibir mereka saling beradu seiring dengan mata mereka yang memejan dan bibir mereka bergamitan dan tak lama keduanya mendesah pelan merasakan kenikmatan dari berciuman.

Dada keduanya berdebar kencang dan entah mengapa mereka merasakan hal seperti itu. Mereka tak tahu alasan. Plan hampir melepaskan ciuman itu, tetapi Mean menggamitnya lagi dan ia bahkan tak sadar tengah menangkup wajah mungil itu dengan kedua tangannya yang kekar dan mereka juga tak sadar bahwa Yacht dan Sammy menganga sejak dari awal mereka mulai saling mendesahkan suara kenikmatan.

"Oke, cukup! Aku tak bisa bernapas!" ujar Plan sambil berdehem dan mendorong Mean. Ia merapikan dirinya dan duduk kembali menghadap Yacht dan Sammy yang masih menikmati pagutan mereka.

Sementara itu, Mean juga mencoba menenangkan dirinya dan kemudian menghadap lagi ke Yacht dan Sammy.

"Apa yang selanjutnya harus kami lakukan?" tanya Plan.

"Kalian akan masuk ke ruang Visual dan saling mengenal siapa kalian. Setelah itu, kalian akan kembali ke sini, dan akan mengetahui misi selanjutnya dari kami." Sammy menjelaskan.

"Baiklah. Ayo," ujar Mean dan ia berdiri dengab cepat.

"Kau ikut denganku!" sahut Yacht sambil menunjuk ke arah Mean.

"Kau denganku," sahut Sammy kepada Plan.

"O, kami beda ruangan?" Mean kaget. Ia penasaran.

"Uhm, nanti kalian akan paham. Ayo!"  Sammy dan Yacht sudah berada di ambang pintu.

Keduanya menganggukan kepalanya dan berjalan mengikuti mereka.

Bersambung





CHALLENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang