Chapter 6

262 39 10
                                    

Helikopter turun dengan Perth dan Por di dalamnya. Mean dan Plan kaget sebab mereka baru menjalani periode itu selama tiga bulan.

"Kami menjemput Neena," ujar Por sambil melihat ke arah Neena yang sudah siap di belakang Mean dan Plan. Mean menoleh dengan kaget. Plan juga bingung. Ia menatap Mean dan Plan lalu Por dan Perth.

"Kami akan memberikan kalian waktu untuk berbicara. Silakan!" Perth menatap Mean dan Neena. Keduanya menganggukkan kepala dan pergi ke dalam rumah. Sementara itu, Plan mengikuti Perth dan Por.

"Neena mendapatkan notifikasi dan ia  menyerah pada perjalanan ini," ujar Por. Ia berkata seperti itu sebab Plan terlihat sangat bingung.

"Ah, begitu. Artinya Mean dan Neena selesai?" Plan bertanya lagi dan wajahnya terlihat bingung.

"Tergantung mereka. Apakah Neena akan menolak atau menerima perjodohan. Kalau menolak, ia harus diskusi dengan calonnya. Jika dua pihak tak sepakat, keputusannya adalah mereka harus menerima dulu, menikah dulu, dan menjalani dulu. Setelah lima tahun dan merasa tak cocok, mereka bisa bercerai dan setelah itu hidup mereka terserah mereka. Pemerintah hanya menginisiasi pada awalnya. Sesudah menikah dan gagal, mereka boleh menentukan kehidupan mereka sendiri." Perth menjelaskan panjang lebar.

"Ah, begitu," ujar Plan lagi.

"Bagaimana petualanganmu?" tanya Perth kepada Plan.

"Aku menikmatinya," ujar Plan sambil tersenyum.

"O, hanya kau yang berkomentar seperti itu. Biasanya semuanya bilang menyebalkan," ujar Por.

"Eh, kenapa begitu?  Aku bisa terbebas dari semua kepenatan hidup tinggal di kota besar dan untukku ini cukup," ujar Plan.

"Kau yang aneh artinya," ujar Por sambil tergelak. 

"Bisa jadi," ujar Plan sambil ikut tergelak.

Tak lama kemudian Neena menghampiri mereka. Mean tidak ikut bersamanya.

"Aku sudah siap," ujarnya. Nadanya terlihat sangat sedih. Ia menoleh ke arah rumah sejenak dan kemudian berjalan menuju helikopter.

"Selamat bersenang-senang," ujar Por dan memberikan tangannya untuk bersalaman kepada Plan. Plan menerimanya dan tertawa kecil.

Sementara itu Perth memasuki ruangan dan menemukan Mean tengah menangis kesal dan juga sedih.

"Dia menerima perjodohan, bukan?" Perth bertanya sambil tersenyum.

"Kau tahu?" tanya Mean. Ia menoleh dan melihat Perth yang juga tengah menatapnya.

"Ia tak mau mengalami ini. Jadi, ia menerima perjodohan. Ia bilang akan menikahi Josswayar dan kalau tak cocok akan bercerai dan kami kemudian bisa bersama. Bagaimana bisa ia berpikir seperti itu? Aku berjuang dan berkorban untuknya. Tapi, ia dengan mudahnya berkata seperti itu. Aku sungguh tak mengerti wanita," ujar Mean sambil duduk dan ia bicara dengan nada menahan amarah.

"Kau sadar bahwa pilihan kami yang terbaik, bukan?" ujar Perth menegaskan.

"Tidak ada yang baik. Sistem ini menyebalkan!" nada Mean kesal.

Perth hanya tersenyum. Dia kemudian keluar dari ruangan meninggalkan Mean sendirian.

Sepi.

Suasana setelah Neena pergi digambarkan dengan satu kata itu. Tak ada lagi lenguhan atau desahan atau gelak tawa dari dalam kamar karena Neena merasa terpuaskan. Mean duduk di beranda melamun seharian atau makan atau melakukan tugas yang sudah mereka bagi sejak awal dan kemudian tidur lagi di halaman rumah. Ia tak peduli angin malam yang merusak kulitnya. Tak peduli dengan ratusan nyamuk yang menggigitnya dan tak peduli dengan semua hal yang ada di sekitarnya.

CHALLENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang