"M-e-re-ka?" Ucap Aya gagap lalu menutup mulutnya sendiri.
Baik Aya maupun Emili masih syok dengan apa yang baru saja mereka lihat.
Emili melirik ke Aya yang terlihat jelas perubahan wajah seketika menjadi lesu "Ay Lo gak papa?" Tanya Emili hati-hati.
"Aduhh mata gue udah gak perawan em,ehh mata Lo juga ya?" Ujar Aya dengan tawa kecil dan mengabaikan pertanyaan Emili tadi.
Emili menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol sahabatnya itu "Bisa-bisanya mata udah gak perawan,dapet teori dari mana coba" jawab Emili tak habis pikir.
Emili masih memandangi wajah Aya "Lo pinter banget bersandiwara layaknya orang yang gak tau apa-apa walaupun hati kecil Lo nolak buat bersikap biasa aja" Emili membatin.
Aya mengibaskan tangannya didepan wajah Emili "Em Lo kenapa malah bengong sih?masih mikirin gue dapet teori itu dari mana?" Ucap Aya dengan suara berbisik.
Emili seketika sadar dan mengangguk "Bangs*t Lo ay,bikin gue kepikiran aja" jawab Emili berbohong.
Aya tertawa kecil "udah-udah gak usah dipikirin em,mending kita buru-buru pergi dari sini dulu deh,bisa gawat kalo kita ketahuan ngintip orang yang lagi begituan".
Emili menahan Aya yang akan segera pergi "ehh tunggu ay, bentar lagi napa,tanggung nih gue masih penasaran gimana akhirannya" ujar Emili dengan senyum jailnya.
"Dasar mesum!".
Emili mengalah melihat tampang Aya yang sudah memberenggut kesal "iya-iya deh ayo kita pergi dari sini".
Aya langsung tersenyum "Ayo cepetan em" lalu segera menarik tangan Emili.
Belum sampai beberapa langkah untuk pergi dari kawasan gudang OSIS,rupanya nasib baik tidak berpihak pada mereka terbukti sudah terdengar suara laki-laki dari arah belakang dan mengangetkan keduanya.
"Athanaya?".
"Mampus kita ketahuan em" ujar Aya berbisik pada Emili.
Emili pun hanya mengangguk kaku.
Dengan wajah yang terlihat ragu keduanya memutuskan untuk menoleh ke belakang,dan terlihat jelas Gaga dan Dilla yang tengah berdiri didepan pintu gudang.
Aya dan Emili masih terdia kaku ditempatnya, keadaan menjadi sangat canggung,dan tidak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka.
Gaga berjalan mendekat kearah Aya dan Emili,lebih tepatnya kepada Aya karena pandangan mata nya lurus dan hanya tertuju pada Aya.
"Aya gue kangen banget tau,gue mau cerita banyak sama Lo habis ini" ujar Gaga lalu memeluk Aya.
Aya hanya bisa tersenyum walaupun hatinya teriris luka yang sangat menyakitkan.
"Oke gue siap jadi pendengar terbaik Lo" jawab Aya lalu melepaskan pelukannya karena Aya melihat wajah Dilla yang terlihat sangat kesal.
"Janji loh".
"Iya janji".
"Ekhem gue ada disini juga loh ga,masa cuma Aya yang disapa" ujar Emili merajuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athanaya
Teen Fiction[Follow sebelum melanjutkan membaca] •Typo Bertebaran• Jika memilih egois untuk mengutarakan perasaan itu bisa,gue bakal lakuin itu,tapi sayangnya gue gak akan pernah bisa buat lebih milih cinta dibandingkan sahabat.-Athanaya Adystia Rafanda Don't c...