"Tuhan menyingkirkan orang-orang dari kehidupanmu karena dia mendengar percakapan yang tidak kamu dengar." -Athanaya Adystia Rafanda.
Aya dan Emili bergegas kembali kekelas mereka masing-masing,meskipun jam pelajaran pertama sudah dipastikan akan segera berakhir.
Dengan kaki yang masih terus melangkah Aya mengamati angka dan tulisan yang tertera dikertas lusuh tersebut.
Pikirannya seketika dipaksa bekerja keras untuk memecahkan kode itu.
Aya menyenggol lengan Emili "Lo bisa nebak gak siapa dalang dibalik kertas ini?".
Emili yang semula masih fokus berjalan pun menoleh ke arah Aya "kalau saat ini gue gak tau ay,dan yang gue lihat dari segi tulisan agak susah buat nyimpulin ini cewek/cowok".
"Soalnya Lo liat sendiri kalo tulisannya dibuat serapi mungkin juga bagus sama si pelaku" Imbuh Emili.
Aya pun setuju dengan pendapat sahabatnya itu.
"Tapi yang gue heran kenapa gak pake ketikan komputer aja?kan itu lebih bisa nyamarin dari pada tulisan tangan" Ujar Emili dengan wajah bingung.
Aya pun baru sadar akan hal itu "iya juga em,Soo pasti ada alasan tersendiri".
Hembusan nafas berat terdengar dari Aya yang terlihat lelah.
Emili memegang pundak Aya"Jangan jadiin beban ay,kita bisa cari bareng-bareng" Ujar Emili dengan senyum meyakinkan.
Melihat sahabatnya tersenyum dan memberi semangat membuat hati Aya bahagia.
Bagi dirinya terkadang hal yang terlihat kecil pun bisa membuat dirinya bahagia bahkan itu terlihat sangat sepele bagi orang lain.
"Iya em,makasih udah mau bantu gue" jawabnya lalu ikut tersenyum.
Emili mengangguk"Yaudah gue kekelas duluan ya" Ujar Emili lalu segera melangkah.
"Ck gue lupa kalo kita beda kelas" Aya berbicara sendiri setelah melihat Emili yang kian menjauh.
_______________
Aya menaiki anak tangga dengan langkah cepat,dirinya ingin segera sampai kelas.
Setidaknya masih tersisa waktu beberapa menit lagi untuk mengikuti mata pelajaran biologi.
Terlihat pintu kelas yang sudah tertutup,Aya segera membuka nya hati-hati.
"Assalamualaikum"
"Permisi bu,maaf saya terlambat" ucap Aya dengan menahan malu.
Ruangan kelas yang semula tenang sekarang digantikan dengan sorakan-sorakan dan celotehan lucu dari teman-temannya.
Dan hanya satu orang yang melihatnya dengan tatapan sinis,dan sudah dipastikan setelah ini dirinya akan disindir dengan kata-kata pedasnya.
Bu Riza selaku guru mata pelajaran biologi pun akhirnya mengangguk karena sudah hafal betul kebiasaan murid yang satu itu.
"Iya tidak apa-apa,kalo bisa jangan terlambat terus ya Aya, bisa-bisa kamu ketinggalan pelajaran terus dijam pertama".
"Apalagi kamu sudah kelas 12 beri contoh yang baik pada adik-adik kelas mu" ujar Bu Riza dengan suara yang terdengar lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athanaya
Teen Fiction[Follow sebelum melanjutkan membaca] •Typo Bertebaran• Jika memilih egois untuk mengutarakan perasaan itu bisa,gue bakal lakuin itu,tapi sayangnya gue gak akan pernah bisa buat lebih milih cinta dibandingkan sahabat.-Athanaya Adystia Rafanda Don't c...