PANIK atau KHAWATIR ??

533 30 0
                                    

Sebulan sudah hari-hari diantara mereka terasa canggung. Heros hanya bekerja di rumah, dan ia merasakan perubahan pada Vee istrinya.
Kini Vee sangat jarang bicara padanya. Juga kadang Vee tidak menoleh padanya jika Heros mengajak berbicara. Rasanya seperti Heros merasa kehilangan sebuah keluarga yang hangat.
Pagi ini selesai sarapan bersama, dengan bergegas tuan Jhon berangkat keperusahaannya yang sudah ia ambil alih kembali berkat bantuan Heros. Sementara Jassie sudah berangkat lebih dulu untuk kuliah. Rama juga seperti biasa ditemani bi Iis  pergi ke taman bermain anak-anak yang tak jauh dari rumah dan akan pulang ketika ia sudah puas bermain, dan pastinya ia akan puas jika makan siang sudah waktunya.

Heros masih duduk dikursi makannya sambil memperhatikan Vee yang tanpa suara membersihkan sisa makan mereka. Heros bangkit dari duduknya, dia membantu membawa piring kotor ke dalam. Vee tak menggubrisnya, ia tetap asik mengelap meja makan. Setelah selesai, Vee menuju wastafel untuk mencuci piring. Disana sudah ada Heros bersandar pada meja wastafell sambil menyilangkan kedua tangannya di depan. Vee tahu Heros sedang menunggunya, namun ia tetap tak menggubrisnya.
Merasa tak enak di acuhkan, Heros memegang tangan Vee dan membuat istrinya itu berhenti menggosok piring.

" Apa ada yang kau inginkan? " tanya Vee tanpa menoleh. Ia melanjutkan pekerjaannya setelah Heros melepas tangannya.

" Kau," jawabnya singkat.

Vee menghentikan pekerjaannya dan berbalik menatap Heros. Kini mereka saling memandang.

" Aku ingin kau bersikap seperti sebelumnya. "

" Baiklah tuan, jika tuan ingin aku memanggil dengan sebutan tuan seperti dulu."

" Bukan, bukan itu. " Heros sedikit emosi.

" Lalu sikapku yang mana yang kau inginkan? apakah sikap cuekku seperti saat kita pertamakali bertemu?"

" Aku ingin sikapmu yang hangat, sikapmu yang perduli." ucapnya masih dengan menatap mata Vee.

Heros bingung dengan perasaannya. Ada gejolak yang tidak bisa ia kendalikan dalam hatinya. Ini pertama llkalinya ia rasanya ingin memaksa seseorang memperdulikannya. Bahkan dengan Mona saja ia tak pernah seniat ini.

" Aku ingin kau seperti saat sebelum mengetahui pekerjaannku." ucapnya.

Vee memalingkan wajahnya. Ia kembali menyelesaikan cuci piringnya dan keluar dari rumah.
Vee duduk di sebuah kursi panjang yang ada di taman belakang rumah. Heros coba mendekat dan berbicara padanya.

" Aku tahu kau membenciku karna kejadian itu, tidak seharusnya aku memaksamu ikut denganku."

" Cukup, aku tidak ingin mengingatnya."

" Maafkan aku, tapi bisakah kita seperti tidak terjadi apa-apa? Aku tidak suka seperti ini."

" Bertahanlah, hanya tinggal 3 bulan lagi dan kontrak kita akan berakhir. Setelah itu kau tidak akan terganggu oleh sikapku."

Heros terkejut mendengar ucapan Vee.
Tiga bulan? secepat itukah waktu berlalu?
Mengapa,,,,, sepertinya aku tidak ingin ini berakhir. Rasanya aku tidak ingin tiga bulan itu terjadi.

" Seandainya tiga bulan itu tak pernah terjadi " ucap Heros dingin lalu pergi meninggalkan Vee.

****

Di dalam ruang kerjanya, Heros terus memikirkan waktu tiga bulan itu. Rasanya tiga bulan itu waktu akan terus mengejarnya.
Tidak,, ucap batinnya.
Ia tidak lagi konsentrasi pada lembaran-lembaran laporan perusahaannya.

" Aaaakkhhhhh...." teriaknya sambil menepis barang-barang yang ada di meja kerjanya. Vee yang baru saja masuk kerumah mendengar kegaduhan itu dari lantai atas. Cepat-cepat ia berlari menaiki anak tangga.

AKU MENCINTAI MU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang