Kalau ada yang mempertanyakan kondisi hatinya hari ini;
Ia rasa akan menjawabnya dengan jawaban yang sama. Hampa. Ia merasa hidup ini kosong, setelah kepergian sesuatu yang besar di hidupnya.
Masih terbayang tangannya yang gemetar menjatuhkan telepon rumah. Habis, suara polisi serta kabar sedih yang dibawanya terlalu mencekik. Gaung suara sirine rusuh yang mewarnai hinggap kabar buruk itu rasanya masih bermain di telinganya.
"Jeni jaga Rosie, ya? Ayah dan ibu sudah tiada," suara adik ibunya. Jeni hanya 15 tahun di hari itu. Hari-harinya yang selama ini secerah bumi dengan dua mentari, kini redup selamanya. Ia bahkan tak berani menatap esok.
Jeni ingin mati saja. Mengekori dua raga tak berjiwa yang sudah jauh dari tempat pulang, jika saja ia tak punya balita kecil di gendongannya saat ini.
Rosie namanya. Anak manis yang baru berulang-tahun itu tertidur lelap dengan jempol terhisap. Ia tidak mengerti apa-apa. Yang ia tahu, hari itu, ayah dan ibunya pamit pergi untuk membelikannya kue Frozen.
Harsa Rosie kini adalah tanggung-jawabnya. Atau bahkan sampai selamanya.
eyo wasap gaes
kembali lagi bersama aghu, setaraa a-nya lima (maunya lima)
oiya kapat sooyayasoo jangan sedih lagi ya
intinya semoga welkam
KAMU SEDANG MEMBACA
bertaut. [tercekal sementara]
Fiksi Umum❝Tentang lukisan cerita nelangsa yang namun terlalu cantik untuk ditangisi.❞ 2O21 ; ©STARAAAAA-