Bag 3

619 53 7
                                    

Namjoon kembali meneguk beer terakhirnya, lalu ia meletakkan kaleng beer itu bersama kaleng-kaleng beer lain yang sudah kosong dan tergeletak di atas meja. Pipinya sudah memerah, tapi ia masih bisa mengendalikan tubuhnya walau minuman beralkohol itu mulai mempengaruhinya sebagian alam sadarnya.

Setelah puas minum di salah satu kedai dekat dari rumah sakit, ia langsung membayar dan meninggalkan sedikit uang tips. Lalu ia segera pergi meninggalkan kedai dan kembali ke rumah sakit untuk menemani istrinya yang masih di rawat karena tidak ada yang menemani disana.

Ya, Namjoon tidak memberikan kabar kondisi Seokjin saat ini karena ia tidak mau keluarga istrinya mengetahui apa yang sedang terjadi.

Setelah 10 menit berjalan, barulah ia tiba di ruang dimana istrinya masih berbaring. Dan ketika ia masuk, Seokjin yang sebelumnya memperhatikannya langsung memalingkan wajahnya dengan mimik wajah tidak suka. Namjoon hanya tersenyum dan menunduk memaklumi. Mengingat apa yang di ucapkan sebelumnya itu cukup menyinggung. Pria itu terus berjalan mendekati Seokjin yang masih terjaga.

Setelah berada di sampingnya, ia pun tanpa ragu meraih jemari lentik itu dan memegangnya. Sempat ada penolakan dari Seokjin tapi ketika Namjoon mengeratkan genggamannya, Seokjin seketika terdiam seolah di kendalikan.

"aku....aku minta maaf", Namjoon mengucap pelan dan masih tertunduk.

Seokjin menyernyit heran karena sikap Namjoon yang berbeda tiba-tiba. Tapi ia masih enggan untuk menghadapkan wajahnya pada Namjoon.

"aku tidak bermaksud ikut campur dalam urusan pribadimu. Aku hanya...aku hanya ingin mengungkapkan, apa yang aku rasakan"

Namjoon diam sejenak. Ia mengambil duduk pada kursi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri dalam tangan yang masih menggenggam erat tangan istrinya. Lalu pria itu berdeham sebentar.

"Ketika aku mengetahui kau mengandung anaknya, sejujurnya aku merasa sakit. Aku..aku merasa...posisiku seperti tidak berarti, dan aku merasa...aku merasa bersalah harus ada di antara kalian. Kalaupun aku tahu....aku mungkin, akan menolak pernikahan ini..."

Namjoon semakin menundukkan kepalanya. Karena ia merasa matanya mulai memanas dan sangat tidak elegan jika seorang lelaki mengeluarkan air mata di depan wanita. Lagipula ia hanya ingin mengeluarkan apa yang selama ini menjadi tekanannya. Tidak peduli jika Seokjin benar-benar mendengarkannya atau tidak.

"dan ketika aku tahu kau terluka karena kekasihmu, aku bingung apa yang aku rasakan. Tapi setelah aku tahu kau benar-benar ingin menggugurkan kandunganmu,  dan melihat kau menangis kesakitan, aku benar-benar khawatir. Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain membawamu kesini. Mungkin aku mengatur kehendakmu atas bayi yang kau kandung, tapi demi Tuhan. Sehancur apapun perasaanmu saat ini, jangan lampiaskan padanya. Ia hanya sosok kecil yang tidak berdosa. Jika saat ini kau tidak menginginkannya, biar aku yang menjaganya. Aku yang akan merawatnya. Apapun yang kau minta akan aku kabulkan, asal kau tidak menggugurkan bayimu" Namjoon semakin menunduk dan memohon pada wanita yang kini menatapnya dengan miris.

***

Ini sudah hari ke 14 dimana Seokjin di rawat di rumah sakit. Beberapa keluarga sudah menjenguknya karena sepupu nya yang juga seorang dokter mengetahui keberadaan Seokjin yang sedang di rawat.

Sempat terjadi kecurigaan tapi Namjoon terus meyakinkan dengan mengatakan bahwa Seokjin hanya sedikit mengalami kecelakaan. Dan mereka pun akhirnya percaya.

Wanita itu sekarang sedang berjalan mengitari rumah sakit mencoba melatih kembali pergerakan tubuhnya setelah cukup lama ia berbaring di atas ranjang.

Tidak banyak tempat ia kunjungi, hanya tempat yang cukup dekat dengan tempat dimana ia di rawat.

Lalu Seokjin melihat seorang wanita muda sedang menimang bayinya di pinggir taman rumah sakit di temani seorang wanita lain di sisinya. Kemungkinan ia pasien yang baru saja melahirkan melihat bayinya masih begitu rentan.

What Is True Love? (NamJin GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang