Part 5: Sketsa.

1.3K 23 0
                                    

Pagi hariku begitu cerah akhir-akhir ini. Hari-hariku menjadi semakin bewarna, setiap langkahku bagaikan ditumbuhi bunga, telingaku seperti dinyanyikan lantunan orkestra surga, bila ditanya apa yang sebenarnya terjadi, hanya ada satu jawaban yang dapat ku katakan, aku jatuh cinta.

 Hari-hariku menjadi semakin bewarna, setiap langkahku bagaikan ditumbuhi bunga, telingaku seperti dinyanyikan lantunan orkestra surga, bila ditanya apa yang sebenarnya terjadi, hanya ada satu jawaban yang dapat ku katakan, aku jatuh cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"pagi..." sapaku kepada gadis bertubuh pendek dan sedikit berisi yang tak sengaja berpapasan denganku di tangga.

"eh... pagi", balasnya sambil tersenyum dengan begitu manis padaku.

"mmm..." aku terpaku menatapnya, ia juga diam dan hanya menatapku.

"kenapa?" tanyanya malu-malu.

"gapapa, kamu cantik" balasku jujur.

Ia mencubit lenganku gemas, ia mengedipkan sebelah matanya memberikanku kode. Mengerti dengan maksudnya, aku berjalan lebih dulu menuju ruang makan diikuti ia di belakang. Kami berdua menuju ruang makan untuk sarapan, disana sudah ada kedua orang tua Ariel dan juga ada Eve. Kami duduk bersebelahan di ruang makan ini.

"tumben amat deketan..." Eve melirik kami dengan wajah menyindir.

"apadeh lo, biasanya juga gini" balas Ariel sedikit kesal.

"koh, kok gak disebelah Ip?" kata Eve cemberut padaku.

"Ah iya iya." aku bergegas pindah ke sebelah Eve, Ariel sempat menahanku namun aku memberinya kode untuk melepaskan.

"koh, aku sama badgirl mau jalan-jalan ke puncak dong!" Eve bercerita padaku.

"oh ya?" balasku mendengarkannya.

"iya dong, acara dari sekolah. Kalau bukan acara sekolah aku mau ajak koh Niel." kata Eve padaku.

"yah padahal kokoh mau temenin kamu." balasku pada Eve.

"hmm... ini acara abg jadi koh Niel gak boleh ikut, sorry nih" kata Eve dengan gaya tengilnya yang khas.

"yah kasian deh koh Niel gak diajak." Aku membalasnya sambil tersenyum gemas, anak ini walaupun tengil namun punya sisi yang lucu juga.

"kapan-kapan aku mau ajak koh Niel ke sekolah. Biar cowok-cowok disekolah minder liat kokoh!" kata Eve lagi sambil memberikan acungan jempol padaku.

"hahaha siap!" balasku memberi jempol.

"ehem ehem..." Ariel pura-pura batuk, wajahnya nampak bete melihat kami berdua.

Kedua orang tua Ariel hanya tertawa melihat tingkah kami. Mereka bergegas meninggalkan kami terlebih dahulu, mengajak Eve yang sekalian diantar sekolah oleh mereka. Aku dan Ariel menyelesaikan dulu sarapan kami lalu bersiap-siap berangkat ke kampus. tak butuh waktu lama untuk kami berdua mengganti pakaian dan siap untuk berangkat. Aku memakaikan helm untuk Ariel, menjadi kebiasaanku sekarang untuk memakaikan helm pada kekasihku ini. Ia hanya tersenyum menerima perlakuanku, manis sekali tingkahnya bila hanya berdua denganku, membuatku semakin sayang padanya.

Keep It As A Secret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang